Saturday, March 21, 2009

Tingkatkan Mobilitas Mahasiswa, Perguruan Tinggi di ASEAN Perlu Melakukan Persamaan Standar Pendidikan

Seluruh perguruan tinggi se-Asia Tenggara perlu melakukan harmonisasi dalam rangka persamaan standar pendidikan tinggi. Salah satu tujuannya adalah agar semua gelar pendidikan dapat diakui di lebih banyak negara. Hal tersebut mengemuka dalam pertemuan 30 dekan dari beberapa perguruan tinggi ASEAN. Acara yang dikemas dalam Dialogue on Inovative Higher Education Strategies (DIESA) International Deans' Course Part III ini digelar di Balai Senat UGM, Senin (16/3).

Kepada wartawan, Dr. Supra Wimbarti, M.Sc. selaku salah seorang program committee DIESA mengatakan untuk merealisasikan persamaan standar pendidikan tinggi dilakukan dengan menerapkan sistem transfer kredit. Sistem ini bertujuan untuk memudahkan mahasiswa mengikuti perkuliahan di masing-masing negara.

“Sistem transfer kredit, jaminan mutu, pengembangan kurikulum, dan internasionalisasi memudahkan mobilitas mahasiswa antarnegara di kawasan ASEAN,” ujar staf pengajar Fakultas Psikologi UGM ini.

Diakui Supra, di Asia Tenggara belum diterapkan sistem kredit transfer seperti yang dilakukan di Eropa. Di sana, tidak hanya sistem transfer yang diberlakukan, tetapi kurikulum dan biaya kuliah juga turut disamakan.

Pendapat senada juga disampaikan oleh Prof. Dr. Peter Mayer dari University of Osnabruek, Jerman. Ia mengatakan situasi yang dihadapi pendidikan tinggi di Asia Tenggara persis dengan negara-negara Eropa sepuluh tahun lalu.

“Sejak dimulai tahun 1994, dengan adanya sistem credit transfer, mobilisasi, dan pembayaran kuliah yang disamakan, sekarang mahasiswa Eropa bisa pindah ke negara-negara tetangganya. Setidaknya 75%, sudah sukses,” kata Peter Mayer.

Menurutnya, negara-negara di Asia Tenggara harus kompak dan bersatu dalam menerapkan kebijakan ini, terutama dalam memperbanyak jumlah transfer kredit di setiap perguruan tinggi di negara yang berbeda. Ia menambahkan, “Kalau sedikit yang bisa dilakukan credit transfer, maka kualitasnya belum bisa diakui.”

Dalam kesempatan itu, Direktur SEAMEO Regional Center for Higher Education and Development (SEAMEO-RIHED), Prof. Supachai Yavaprabas, juga menyampaikan informasinya. Ia menyebutkan di kawasan Asia Tenggara, Indonesia merupakan negara yang paling banyak memiliki jumlah perguruan tinggi, yakni mencapai 3.000. Berikutnya, Filipina dengan 2.000 perguruan tinggi dan diikuti Malaysia yang mempunyai perguruan tinggi sebanyak 527. Untuk jumlah mahasiswa, Indonesia memiliki 4 juta orang. Filipina mempunyai 2,5 juta mahasiswa. Sementara itu, Thailand dan Vietnam jumlah mahasiswanya masing-masing 2 juta orang. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

No comments:

Post a Comment

Search Web Here :

Google
Hope all visited can search anything in "Goole Search" above. click button BACK" in page search)