Sunday, March 22, 2009

Dosen UGM Manfaatkan Potensi Aluminium Bekas di Yogyakarta

Di Yogyakarta, barang bekas berbentuk aluminium (skrap) tidak lagi dibuang di tempat sampah atau dijual ke pengumpul untuk dijual kembali ke pabrik. Saat ini, aluminium bekas telah banyak dimanfaatkan oleh para perajin. Setelah melewati “daur ulang cerdas”, mereka menyulap barang bekas tersebut menjadi barang-barang yang dapat digunakan kembali. Para perajin tidak hanya dapat menghasilkan produk alat-alat rumah tangga, seperti wajan, panci, dan alat kukus, tetapi juga jenis produk lainnya, antara lain aksesoris dan perlengkapan otomotif.

Cikal bakal metode ini diperkenalkan oleh Dr. Suyitno, S.T., M.Sc. yang merupakan staf pengajar Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik UGM. Sekarang ini telah ada sekurang-kurangnya 59 unit usaha yang bergerak dalam usaha daur ulang aluminium dan berhasil menyerap 971 tenaga kerja langsung.

“Bahan baku aluminium di Yogyakarta per tahun mencapai 120 ton sehingga potensial untuk dimanfaatkan dan menyerap tenaga kerja lokal,” kata Suyitno saat ditemui di ruang kerjanya.

Suyitno menceritakan awal mula pengenalan daur ulang cerdas kepada perajin di Yogyakarta. Semua berangkat dari keprihatinannya terhadap perajin alumunium yang hanya menghasilkan produk seragam dan massal, yakni peralatan rumah. “Kondisi ini menjadi dilematis. Saat bahan baku produksi mengalami kelangkaan di pasaran dan para perajin tidak bisa menaikan harga jual, yang terjadi adalah kelesuan di sektor usaha ini,” ujarnya.

Akhirnya, untuk mengatasi kondisi tersebut, Suyitno menawarkan kepada perajin untuk melakukan diversifikasi produk hasil daur ulang alumunium. Dikatakan oleh pria yang meraih gelar master dan doktor di Department of Materials Science and Engineering Delft University of Technology, Belanda, ini bahwa pendampingan terhadap perajin skrap Yogyakarta telah dimulai sejak 2006. Saat itu, ia membuat segmentasi pada perajin skrap dengan berdasar output yang dihasilkan.

Menurut Suyitno, ada empat kelompok perajin. Pertama, perajin yang tetap fokus meneruskan produksi alat rumah tangga. Kelompok kedua, perajin yang berfokus membuat aksesoris. Ketiga, perajin yang fokus pada pembuatan alat-alat otomotif. Yang terakhir adalah kelompok perajin yang memproduksi ingot. Ingot adalah alumunium yang telah dilebur, tetapi hanya dibentuk batangan-batangan, belum menjadi suatu produk.

Daur ulang aluminium ini memiliki berbagai keunggulan. Keunggulannya ialah dapat menjadi tradisi yang tiada henti, memberikan kontribusi bagi lingkungan, proses lebih sederhana, hemat energi, dan dapat menjadi bisnis internasional. “Alumunium merupakan bahan yang sangat luwes. Berbagai produk peralatan rumah tangga sampai teknologi modern bisa dihasilkan dari bahan alumunium,” jelas Suyitno.

Konsep “daur ulang cerdas” pada prinsipnya adalah melakukan daur ulang dengan pemilahan skrap. Skrap kemudian dikelompokkan sesuai dengan jenisnya. Setelah itu dilakukan peleburan secara terpisah dan dicetak. “Misal barang bekas alat rumah tangga, didaur ulang menjadi alat rumah tangga. Bekas otomotif didaur ulang menjadi perlengkapan otomotif. Begitu juga dengan skrap lainnya,” tutur pria yang menekuni kajian metalurgi ini.

Pemisahan sangat berpengaruh terhadap kualitas produk hasil daur ulang. Melalui pemisahan skrap akan dihasilkan produk dengan kualitas yang lebih tinggi. Jika tidak dilakukan pemisahan, yang dihasilkan adalah produk berkualitas rendah. “Produk-produk berkualitas tinggi tercampur dengan produk berkualitas rendah, maka output yang dihasilkan adalah produk yang kualitasnya juga rendah. Secara otomatis produk yang dihasilkan kualitasnya akan turun karena pencampuran tersebut,” kata Suyitno.

Lebih lanjut dijelaskannya, proses peleburan juga sangat penting dalam upaya peningkatan kualitas produk. Sebagai contoh, tempat yang digunakan sebagai wadah peleburan dapat mempengaruhi kualitas output. Wadah peleburan dari besi dapat menurunkan kualitas produk karena besi akan turut larut di dalamnya. Suyitno menawarkan keramik sebagai wadah peleburan untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.

Selama ini perajin memang belum mampu mencampur dan mengomposisi bahan. Harapannya, para perajin tidak hanya dapat melakukan daur ulang, tetapi juga mampu menciptakan suatu produk. “Ke depannya saya akan mulai menularkan pengetahuan secara teknis pembuatan produk-produk dari skrap. Mulai dari bahan apa saja yang harus digunakan serta besaran persentase bahan penyusunnya,” kata Suyitno.

Dicontohkannya, untuk membuat veleg motor, bahan-bahan penyusunnya adalah mangan, silikon, dan alumunium. Persentase penggunaan bahan seusai dengan standar dunia. “Karena produknya bisa menjadi bisnis internasional,” ujar pria kelahiran Semarang, 3 November 1970 ini. (Humas UGM/Ika)

No comments:

Post a Comment

Search Web Here :

Google
Hope all visited can search anything in "Goole Search" above. click button BACK" in page search)