Saturday, February 28, 2009

Akan Diikuti 3.881 Peserta, Ujian PBS Digelar Minggu, 1 Maret 2009

Sebanyak 3.881 peserta Ujian Masuk (UM) UGM jalur Penelusuran Bakat Swadana (PBS) akan mengikuti ujian secara serentak di tujuh kota di Indonesia, Minggu (1/3). Dari jumlah tersebut, 2.091 peserta akan menjalani ujian di Yogyakarta. Peserta selebihnya akan mengikuti ujian yang sama di enam kota lain. Di BSD Tangerang, peserta yang akan berkompetisi sebanyak 332 orang. Jumlah yang lebih sedikit, 170 orang, akan bersaing di Palembang. Peserta lain sebanyak 361 orang akan mengadu kemampuannya di Balikpapan. Jakarta menjadi lokasi pelaksanaan ujian dengan peserta 488 orang. Dua tempat lainnya adalah Pekanbaru dan Lampung dengan jumlah peserta masing-masing 273 dan 166 orang. Dibandingkan dengan peserta tahun 2008 yang berjumlah 3.032 orang, tahun ini jumlah peserta mengalami sedikit peningkatan. Peningkatan sangat terasa di lokasi ujian Yogyakarta. Jika tahun lalu hanya diikuti oleh 1.308 peserta, tahun ini bertambah menjadi 2.091 peserta.

Menurut Sekretaris Direktorat Administrasi Akademik UGM, Drs. Agus Wiranto, ujian PBS di Yogyakarta akan berlangsung di kampus UGM. Tiga fakultas yang akan digunakan sebagai lokasi tes adalah Fakultas Kehutanan, Fakultas Peternakan, dan Fakultas Teknologi Pertanian. Ujian akan dimulai pada pukul 08.00 sampai dengan 12.20. Materi-materi yang diujikan dikelompokkan menjadi dua kategori tes, yakni Tes Bakat Skolastik dan Ilmu Pengetahuan Dasar.

Tes Bakat Skolastik (TBS) akan berupa, antara lain, tes intelegensi. Tes ini bertujuan mengukur potensi dan bakat seseorang untuk belajar di perguruan tinggi. Tes terdiri atas 3 subtes. Pertama, tes kemampuan verbal, dimaksudkan untuk mengukur kemampuan penalaran verbal dan dalam memahami gagasan suatu wacana. Kedua, tes kuantitatif. Tes ini akan mengukur kemampuan peserta dalam mengorganisasi informasi guna menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan angka. Ketiga, tes penalaran, bertujuan untuk mengukur kemampuan mengevaluasi dan menyusun kesimpulan.

Agus yang ditemui di kampus UGM, Jumat (28/2), menambahkan, "Selain itu, diujikan pula Ilmu Pengetahuan Dasar (IPD), yang meliputi tes Matematika Dasar dan Bahasa Inggris. Bagi peserta yg lolos seleksi PBS ini, nantinya wajib mengikuti tes wawancara pada tanggal 15 Maret 2009 di UGM." (Humas UGM)

How To Get An Accredited Online University Degree?

By: Chris Chew

For busy working adults who want to get a university or college degree, perhaps the best way to do so is to study online.There are many long distance accredited and good online colleges and universities to choose from.

Just do a search for online university degrees and you will see many institutions offering online degree courses for basic degrees to MBAs and even Doctorate PhDs in business, wealth management, technology management, information systems, education and even in nursing.

Why study for an online degree? This is because for most working adults, taking time off to go to classrooms or campuses for lessons regularly is almost an impossible task and this is a very important reason why so many working adults are deprived of good university degrees. By giving lessons online, these long distance colleges and universities are able to reach out to these potential adult students who otherwise may never have any opportunities to get a university or college degree.

Since these degrees are long distance online courses, you can simply log on to your computer and start the lessons immediately. The convenience of the Internet makes earning your degree not only possible but much more affordable as well because these universities and colleges do not need to count the costs and overheads they need to incur should you attend classroom on campus lessons.

Many of these universities, for example, The University of Phoenix Online also offer financial assistance and flexible fee payment plans. You may wish to check with the university of your choice on the various types of financial aids available.

Perhaps the most attractive thing about studying for a degree online is that you can study anytime you want to, study where you are without wasting commuting time and for some, there are no timelines for lessons, tutorials, projects and even examinations.

Most online universities and colleges give their long distance learning students the same exacting standard of quality education, curriculum, faculty and resources, the same as those offered at their brick and mortar campuses. You can then have the luxury to complete your education at the time and place most convenient to you. All you need is a computer, a phone connection, and an internet service provider. Most people in developed countries will have no problem setting this up or already have internet connection set up.

With easy to use Internet access software, you have access to lectures, questions and assignments from your professors and then you can print them out and review them off-line. You will also have access to a full range of online research libraries and services.

At the same time, you can also interact with other successful professionals, sharing ideas, debating issues, and learning from their experience.Throughout whatever degree courses you are studying, your instructors will provide guidance and feedback on your progress.

All interaction is conducted online, so you can participate at your own time and convenience. You never have to rush from the office or your home to a night-class or miss a lecture because of some time scheduling conflict.

Want to get an online university degree? Your opportunity may now be here.

Peluncuran Buku Laser Sintering

Laser Sintering merupakan salah satu teknologi untuk pembentukan benda-benda yang tidak dapat dikerjakan dengan proses permesinan. Alat potong tidak mampu mengiris benda-benda tersebut karena memiliki intensitas kekerasan yang cukup tinggi dan bentuk geometri sangat kompleks. Teknologi ini merupakan bentuk variasi perkembangan dari teknologi sinter yang sebenarnya sudah lama digunakan. Ir. Alva Edy Tontowi, M.Sc., Ph.D., dosen Jurusan Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik UGM, mengutarakan hal itu dalam acara peluncuran bukunya yang berjudul “Laser Sintering: Teori, Model Numerik dan Eksperimen” di Ruang Multimedia UGM, Jumat (27/2).

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa penggunaan teknologi ini sebenarnya telah dijumpai sejak dulu dalam setiap aktivitas kehidupan manusia. Kegiatan ini dapat dilihat pada pembuatan benda dan makanan untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Sebagai contoh, antara lain, pembuatan tembikar dan hiasan keramik. Benda-benda tersebut dibentuk terlebih dahulu sebelum dipanaskan dalam tungku. “Untuk saat ini, berbagai industri manufaktur, seperti: industri otomotif, elektronik, medik, telah menggunakan teknologi laser sintering untuk menghasilkan prototipe dalam bentuk yang kompleks dengan cepat,” kata ayah Deva dan Nevi ini.

Dalam kesempatan tersebut, Alva menerangkan secara detail isi buku yang merupakan hasil kajian teori dan penelitiannya di bidang laser sintering. Ia mengajak para peserta bedah buku untuk lebih menelusuri perkembangan proses sintering, teori dasar sintering, model-model analitik dan numerik, teori laser sebagai sumber panas, cara pengembangan model sintering, serta sintering menggunakan sumber panas laser bergerak yang diterapkan dalam proses selective laser sintering (SLS). Ia juga menyampaikan secara singkat tentang material polymer amorpus dan kristalin. Di akhir penjelasan, Alva menjelaskan contoh pengembangan program komputer guna menyimulasi proses SLS dua dimensi untuk material polymer kristalin.

Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., dalam pidato sambutannya menyambut baik hasil riset Alva. Hasil penelitian tersebut merupakan satu bentuk sumbangan bagi ilmu pengetahuan dan diharapkan mampu memotivasi generasi muda untuk terus berkarya. “Semoga dari riset semacam ini bisa membangkitkan semangat kapasitas manusia Indonesia dan kepeloporannya bisa diakui di tingkat dunia,” kata Rektor.

Menanggapi peluncuran buku tersebut, Ir. Heru Santoso Budi Rochardjo, M.Eng., Ph.D., dosen Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik UGM, menyampaikan ulasannya tentang isi buku Laser Sintering. Ia mengkritisi materi buku yang kurang menjelaskan secara rinci urutan proses produksi dari penggunaan laser sintering. Di samping itu, ia juga mengatakan bahwa buku ini kurang begitu menggambarkan posisi laser sintering di dunia. Pada sisi penyajian isi, Heru menilai banyak digunakan kalimat panjang sehingga sulit untuk dipahami para pembaca. Namun di sisi lain, ia memberikan apresiasi positif bahwa terbitnya buku ini dapat memberikan rujukan bagi pengembangan teknologi.

Tampak hadir dalam acara tersebut, Mora Panjaitan dari PT Hartono Istana Teknologi sebagai pengguna mesin laser sintering. Mora menyampaikan alasan penggunaan teknologi laser sintering dalam industri produk Polytron. Persaingan bisnis yang sangat ketat dan kemauan konsumen terhadap sesuatu yang serba cepat dan akurat menyebabkan perusahaannya menjatuhkan pilihan pada laser sintering. Desainer produk Polytron ini juga menuturkan beberapa keuntungan dan kelemahan penggunaan teknologi laser sintering. “Keuntungan dari penggunaan teknologi ini adalah selain dapat menghasilkan prototipe dengan cepat, powder dapat didaur ulang, dan juga umur lasernya bisa lama. Sementara kekurangannya, konsumsi energi listrik cukup besar, finishing membutuhkan waktu yang lama, bahan bakunya juga mahal,” jelas Mora. (Humas UGM/Ika)

Peduli Pemilu, Mahasiswa Fisipol UGM Menangkan Program Kreativitas Mahasiswa

Memanfaatkan tawaran Depdiknas, lima mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisipol UGM, Susilo Harjono, Ardi Hermanto, Denni Ade Putra, Silfiana (2006), dan Ratnaningsih Damayanti (2005) memenangkan Lomba Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat (PKMM) tahun 2009. Mengusung proposal berjudul "Upaya Mencerdaskan Masyarakat dalam rangka Peningkatan Efektivitas Sosialisasi Pemilu 2009 melalui Pembentukan Padukuhan Teladan Sadar Pemilu 2009 di Padukuhan Soka Tegal, Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Yogyakarta", mereka terobsesi ingin mencerdaskan masyarakat dalam memilih di pemilu 2009 ini.


Dalam pandangan kelima mahasiswa ini, kondisi masyarakat Soka Tegal dalam menghadapi pemilu 2009 sangat memprihatinkan. Tidak jarang mereka mendapati komentar sinis sebagian masyarakat, "Milih ki nggo opo tho? Wong aku ora milih yo ora opo-opo. Milih ki ngopo tho? Wong ora penting, ora ono untunge." (Terjemahan: 'Memilih itu untuk apa? Saya tidak memilih juga tidak apa-apa. Mengapa memilih? Tidak penting, tidak ada untungnya.').


Menurut Ratnaningsih Damayanti, nuansa keprihatinan sesungguhnya tidak hanya terjadi di Dusun Soka, tetapi juga di dusun-dusun yang lain. Oleh karena itu, melalui programnya, kelompok mahasiswa ini berkeinginan menjadikan Dusun Soka sebagai replika bagi dusun lain, yaitu menjadi masyarakat teladan yang cerdas dalam memilih. "Ya, nantinya kita akan mengadakan launching pedukuhan teladan ini. Sebagai pendukung, salah satunya kita akan menerbitkan buku saku bertema memilih yang cerdas dalam versi bahasa Jawa," ujar Ratna, Jumat (27/2), di ruang Fortakgama.


Untuk mewujudkan dusun teladan tersebut, mereka mengadakan program koranisasi sebagai bentuk sistem informasi. Selain itu, diadakan pula simulasi pemilu guna mempermudah masyarakat dalam pelaksanaan pemilu nanti. Ratna menambahkan, "Dengan simulasi ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana sih detailnya nanti."


Menjadi dusun teladan tentu tidak mudah. Dalam operasionalnya, tidak akan terlepas dari peran pihak-pihak lain, misalnya KPUD Sleman, KPU Provinsi, dan Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisipol UGM. Susilo Harjono mengatakan bahwa kerja sama dengan ketiga institusi tersebut dijalin untuk menerapkan program kerja di dusun Soka. Jalinan ini telah dimulai sejak Desember 2008 lalu, sewaktu terdengar kabar bahwa tim akan lolos seleksi. "Ternyata mundur, baru awal Februari diumumkan. Setelah tim dinyatakan menang, maka akan dibiayai Dikti untuk menjalankan program kerjanya. Jadi, kita ingin mengadakan sosialisasi dengan KPU dan masyarakat. Obsesinya masyarakat cerdas dalam memilih sehingga yang pertama kali dilakukan adalah menjajagi kondisi masyarakat, seperti apa sih," tutur Susilo.


Berbeda dengan pendidikan pemilih pemula, kata Susilo, tim ingin membidik satu lokasi untuk dijadikan ikon, yakni ikon untuk publik yang sadar memilih. Dari program tersebut, mereka ingin melihat masyarakat Dusun Soka sebagai masyarakat yang terdidik secara politik dan cerdas dalam memilih. "Kami juga membuat pamflet, leaflet, dan juga memasang bendera semua parpol. Namun dari semua itu, yang menarik, kita akan mengadakan hearing antara akademisi dari Jurusan JIP dan parpol yang difasilitasi oleh KPUD Sleman. Dengan begitu akan mempermudah komunikasi. Semuanya itu nanti akan dibungkus dan dilaunching sebagai pedukuhan teladan sadar pemilu," lanjut Susilo mewakili teman-temanya. (Humas UGM).

Search Web Here :

Google
Hope all visited can search anything in "Goole Search" above. click button BACK" in page search)