Monday, July 20, 2015

Obutive, Bantu Dokter Gigi Tentukan Warna Gigi Tiruan Secara Cepat dan Akurat

Pemasangan gigi tiruan merupakan metode untuk menggantikan gigi yang hilang. Cara ini banyak dilakukan tidak hanya ditujukan untuk menggantikan fungsi gigi yang telah hilang tetapi juga mempertahankan penampilan. Penentuan warna gigi tiruan menjadi pertimbangan penting saat pemilihan gigi tiruan disamping kualitas dan ukuran.

Biasanya untuk mencari warna gigi tiruan yang sesuai dengan warna gigi aslinya, dokter gigi melakukan pemilihan warna secara manual dengan tooth shade guide yang ada dipasaran. Pemilihan warna secara manual dilakukan dengan cara membandingkan warna antara tooth shade guide dan gigi asli yang masih ada dirongga mulut. Metode pemilihan warna gigi tiruan secara visual menggunakan tooth shade guide dengan 16 skala warna gigi kurang efektif. Hal ini dikarenakan warna gigi tiruan yang terpilih kurang akurat akibat subjektifitas yang tinggi. Tidak hanya itu, pemilihan secara manual juga membutuhkan waktu lama dalam proses penentuan warna gigi yang akan dipilih.

Kenyataan itu mendorong lima mahasiswa UGM mengembangkan sebuah aplikasi yang membantu memudahkan dokter gigi dalam menentukan gigi tiruan. Mereka adalah Alfira Harifi, Zahratul Iftikar, dan Yudhistira Pradiptya mahasiswa Fakultas Kedokteran GIGI, serta Dwi Prasetya dan Damar Adi Prabowo mahasiswa Ilmu Komputer FMIPA yang berhasil membuat “Obutive” berupa aplikasi  Tooth Shade Guide berbasis android untuk menentukan warna gigi tiruan secara objektif.

Cara kerja aplikasi ini cukup mudah hanya dengan membuka aplikasi obutive. Selanjutnya cukup dengan menekan tombol add maka kamera interface akan terbuka dan siap untuk digunakan memfoto gigi pasien. Foto gigi pasien kemudian di crop pada satu gigi sehingga  akan muncul hasil skala warna gigi. “Hasil skala warna ini bisa disimpan dengan menambahkan identitas pasien. Hasil yang tersimpan bisa terintegrasi dengan server kami dengan domain obutive.com,”jelas Alfira Selasa (14/7) di Kampus UGM.

Lebih lanjut disampaikan Alfira, pembuatan aplikasi memakan waktu hampir tiga bulan lamanya karena melalui banyak proses. Diantaranya pengambilan gambar skala gigi untuk library aplikasi, membangun environment aplikasi, serta pengkodingan.  Selain itu mereka juga terkendala pencahayaan saat pengembilan gambar untuk database. “Jarak nilai warna gigi pada database terlalu sedikit sehingga terkadang sistem salah menerjemahkan gambar yang kami ambil. Hal ini akan diatasi dengan SOP  yang akan kami buat,”urainya.

Ditambahkan Damar, kedepan mereka berupaya  membuat Obtutive dapat diunduh di Play store lalu user bisa log in di website mereka. Akun dari user digunakan untuk menyimpan data hasil skala warna gigi dengan identitas pasien secara sederhana. “Kami berharap aplikasi ini nanatinya dapat membantu lebih banyak dokter gigi dalam menentukan warna gigi tiruan secara cepat dan akurat,”harapnya. (Humas UGM/Ika)

Sunday, July 12, 2015

UGM Kembangkan Bisnis Budidaya Cacing Tanah

Cacing tanah spesies Lumbricus rubellus merupakan jenis cacing yang sangat potensial untuk dibudidayakan. Pasalnya jenis cacing ini memiliki pertumbuhan lebih cepat dibanding dengan jenis cacing lainnya. Tidak hanya itu, cacing tanah ini juga tergolong mudah pemeliharaan dan perawatannya karena bisa berkembang di media limbah organik. Sehingga tidak mengherankan jika banyak dimanfaatkan dalam dunia pertanian dan peternakan, serta industri farmasi.

Dalam industri farmasi cacing ini banyak digunakan sebagai bahan obat dan bahan kosmetik. Bahkan permintaan akan cacing tanah terus meningkat untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam jumlah besar. Namun begitu, ketersediaan cacing tanah jenis ini masih terbatas dengan harga relatif mahal karena belum banyak yang melakukan budidaya.

Melihat kondisi tersebut, tiga mahasiswa UGM dari Fakultas Pertanian dan Fakultas Kedokteran Hewan mencoba peluang usaha pengembangan ternak cacing tanah. Nur Ainu Sulton, Muhammad Abiyyu U.A., Rahmad Syafrilianta  adalah mahasiswa yang mencoba membangun usaha budidaya cacing tanah untuk memenuhi kebutuhan industri obat dan kosmetik. “Pengembangan ternak cacing tanah masih sangat jarang dilakukan. Kebanyakan orang menganggap bahwa cacing tanah merupakan binatang yang menjijikkan. Padahal cacing ini berpotensi dapat dibudidayakan dan menjadi peluang usaha yang prospektif,” kata Nur Ainu, Kamis (9/7) di Kampus UGM.

Nur Ainu mengungkapkan dari 1 ekor cacing dewasa mampu memproduksi 10-20 anakan setiap 10 hari. Sehingga dalam 1 tahun bisa menghasilkan 1.000 anakan. “Dari pengalaman 1 kg cacing tanah dalam 3 bulan bisa berkembang menjadi sekitar 6 kg cacing tanah,”jelasnya.

Menurutnya usaha budidaya cacing tanah ini cukup prospektif karena dapat memberikan keuntungan yang besar. Dalam satu periode pemanenan atau sekitar 3 bulan dengan 20 kg indukan cacing tanah akan menghasilkan 120 kg cacing tanah. Sementara harga perkilogram cacing ini mencapai Rp. 60 ribu. “Dalam waktu 3 bulan bisa menghasilkan omset sekitar Rp. 7,2 juta,” ujarnya.

Ditambahkan Abiyyu, dalam melakukan budidaya cacing tanah memanfaatkan limbah organik yang berada di sekitar tempat tinggal mereka.  Hal ini ditujukan untuk mengurangi dampak negatif limbah media bekas cacing (kascing) dengan memanfaatkanya sebagai pupuk kompos. “Limbah ini dapat diolah menjadi pupuk kompos cacing (kascing). Biasanya pupuk ini dijual di pasaran mencapai Rp. 2.000 per kilogramnya,” urainya.

Sementara untuk pemasaran cacing tanah hasil budidaya, mereka saat ini tengah membangun kerja sama dengan industri obat dan kosmetik secara langsung. Selain itu juga menyasar dunia peternakan dengan mendatangi peternak ikan, peternak unggas, kolam pemancingan dan toko pakan hewan. Disamping itu juga memanfaatkan media jejaring sosial dan mengikuti pameran guna melakukan promosi. “Rencananya kami akan mendirikan asosiasi peternak cacing di berbagai daerah untuk memperkuat jaringan pasar dan menekan kompetitor, sehingga usaha budidaya cacing ini akan terus berkembang,” pungkasnya.(Humas UGM/Ika)

Thursday, July 9, 2015

Sarang Walet Berkhasiat Sembuhkan Luka Rongga Mulut

Pasien diabetes melitus (DM) berisiko tinggi mengalami kerusakan gusi dan luka di rongga mulut. Tingginya kadar gula memicu faktor infeksi luka gusi dan juga menurunnya sistem imun. Tidak hanya itu, proses penyembuhan luka pada gusi pun menjadi lama.

Selain itu, gusi yang terinfeksi terlalu lama bisa mengakibatkan gangguan pada tulang penyangga gigi. Gigi menjadi tidak kuat untuk mengunyah makanan dan rentan untuk lepas sehingga pasien menjadi ompong.

Melihat kenyataan tersebut mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) dan Fakultas Farmasi UGM tergerak untuk melakukan penelitian untuk menemukan solusi bagi penderita diabetes yang acapkali mengalami luka pada bagian gusi. Mereka adalah Eufrasia Claudia, Lauda Pascha, Effendi Halim, dan Adityakrisna Yoshi dari FKG dan  Dunstania Maria dari Fakultas Farmasi dibawah bimbingan drg. Juni Handajani, melakukan eksperimen menggunakan sarang walet untuk mempercepat penyembuhan luka gusi penderita diabetes.

Dunstania menyebutkan sarang walet yang digunakan merupakan air liur dari burung Aerodramus fuciphagus yang telah mengeras. Pemilihan bahan ini sebagai solusi obat karena berbagai khasiat yang dimilikinya. Dalam  sarang walet mengandung sejumlah senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan khususnya bisamempercepat masa penyembuhan luka gusi. “Sarang walet mengandung asam sialat yang hanya diproduksi dari air liur, kalsium, glikoprotein dan Epidermal Growth Factor (EGF). Kandungan-kandungan inilah yang mampu untuk mempercepat penyembuhan luka di gusi,” urainya, Rabu (8/7) di Kampus UGM.

Komponen EGF pada sarang walet ini, kata dia, jumlahnya cukup banyak  dan mampu menutup luka serta garis luka pada daerah yang rusak. Disamping hal itu, EGF juga membantu pembentukan sel-sel baru dan mempengaruhi sel disekitarnya untuk regenerasi sehingga proses penutupan sel yang rusak dapat cepat terobati. “Gel sarang walet yang kami namai swiftlet gel ini didapatkan dengan cara mengekstraksi sarang walet dengan air dan ditambah zat pengental. Untuk menjamin mutu dari gel sarang walet dilakukan sterilisasi dengan sinar UV,” terangnya.

Guna mengetahui khasiat sarang walet, Dunstania dan keempat rekannya melakukan uji coba pada hewan uji yakni tikus galur Sprague dawley sebanyak 24 ekor yang dibagi menjadi dua kelompok. Sebelum dilakukan pengujian, sebelumnya seluruh tikus diinduksi zat Streptozotocin (STZ). Zat ini mampu untuk menaikan kadar gula darah mamalia seperti tikus. Setelah pemberian zat tersebut terjadi peningkatan kadar gula darah tikus yang normalnya kurang dari 110 mg/dL meningkat mencapai 300-500 mg/dL. “Peningkatan kadar gula darah tikus ini diindikasikan bahwa tikus telah mengalami penyakit diabetes melitus,” ujarnya.

Selanjutnya tikus yang telah terkena DM diberi perlukaan di bagian rongga mulut. Setelah tikus mengalami luka di rongga mulutnya, kelompok tikus perlakuan diberi obat menggunakan gel sarang walet sementara kelompok kontrol positif diberi gel yang mengandung Aloe vera  selama 14 hari. Dari hasil pengamatan pada hari ke-3,7,10 dan 14 menunjukkan bahwa pada kelompok tikus perlakuan dengan gel sarang walet, lukanya telah menutup sempurna.

“Dari pengamatan mikroskop, sel epitel disekitar luka sudah halus, serabut kolagen yang terbentuk sudah banyak dan mulai memadat sehingga bisa mendukung jaringan di atasnya. Jumlah sel pembuluh darah yang terbentuk pun lebih banyak dibandingkan dengan kelompok tikus  yang diaplikasikan gel aloclair,” imbuh Effendy Halim.

Effendy mengatakan dari hasil tersebut memperlihatkan sel telah mengalami penyembuhan. Sel-sel rusak mulai tergantikan dengan sel baru yang menandakan bahwa luka telah sembuh.  Penggunaan gel sarang walet ini mampu memberikan efek sembuh 3 hari lebih cepat dibandingkan dengan pengobatan kontrol positif. “Gel sarang walet ini memiliki potensi yang besar bagi pasien DM yang sering mengalami kesulitan penyembuhan luka rongga mulut. Jadi, gel sarang walet dapat dijadikan refrensi pengobatan khususnya untuk dokter gigi yang memiliki pasien DM,” pungkasnya. (Humas UGM/Ika)

Sunday, July 5, 2015

Pemanfaatan Citra Inderaja dan SIG Untuk Penyusunan Model Daerah Rentan Kekeringan

Sebagian besar wilayah di Indonesia rentan mengalami kekeringan saat musim kemarau tiba. Demikian halnya di sebagian wilayah Jawa Tengah dan DIY . Musim kemarau yang panjang ini sangat mengganggu kegiatan pertanian sehingga mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani.

Dosen prodi Kartografi dan Penginderaan Jauh Fakultas Geografi UGM, Drs. Sudaryatno,M.Si., menyampaikan dengan memanfaatkan sistem informasi geografi (SIG)  dapat digunakan untuk deteksi dini dan pemantaun wilayah yang dilanda kekeringan. Melalui interpretasi citra penginderaan jauh bia diperoleh berbagai informasi yang berguna untuk penentuan kekeringan lahan dan kekeringan pertanian. Misalnya, dari data citra Landsat 8 dapat diketahui informasi tentang kondisi drainasi, bentuk lahan, dan penggunaan lahan. “Informasi tersebut bisa dipakai untuk menentukan tingkat kerentanan dan kekeringan lahan di suatu wilayah,”terangnya, Selasa (16/6) saat menjalani ujian terbuka program doktor di Fakultas Geografi UGM.

Sudaryatno mengatakan dari saluran merah dan infra merah citra MODIS dapat menghasilkan informasi indeks vegetasi (NDVI). Sedangkan dari saluran termal citra MODIS melalui proses ekstraksi suhu permukaan dihasilkan informasi sebaran suhu permukaan (LST). Sementara dari citra STRM bisa diketahui informasi mengenai kontur yang kemudian diolah menjadi peta kemiringan lereng sebagai input penyusunan satuan lahan. Dari penelitian yang dilakukan di wilayah Jawa Tengah dan DIY diperoleh tingkat ketelitian nilai NDVI sebesar 80 persen dan nilai ketelitian nilai ekstraksi suhu citra terhadap suhu lapangan 84,87 persen, dan uji ketelitian kekeringan lahan menggunakan data lapangan diperoleh ketelitian 91 persen.

Menurut Sudaryatno dari data-data fisik lahan itu bisa disusun peta kekeringan lahan yang berguna untuk menilai kemampuan lahan terhadap dampak kekurangan air. Paremeter paling dominan dalam penentuan tingkat kerentanan kekeringan lahan adalah bentuk lahan dan tanah. Hasil penelitian menunjukkan di zona utara meliputi Kabupaten Brebes, Tegal, Kota Tegal, Pemalang, Pekalongan, Kota Pekalongan BatangKendal, Kota Semarang, Demak, Kudus, Jepara, Pati, Grobogan, Rembang dan Blora mengalami tingkat kekeringan lahan tinggi dijumpai di sebagian besar wilayah terutatama sisi timur zona ini karena adanya perbukitan Kendeng yang berbatuan gamping.

Sementara di bagian zona tengah yaitu Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo, Temanggung, Magelang, Kota Magelang, Boyolali, Selman, Kota Yogyakarta, Semarang, Kota Salatiga, Klaten, Sukoharjo, Kota Surakarta, Karanganyar, dan Sragen mengalami kekeringan lahan tinggi dikarenakan faktor kereng yang terjal di daerah pegunungan. Sedangkan di zona selatan kekeringan lahan tinggi lebih dipengaruhi dari topografi karst. Zona selatan mencakup Kabupaten Cilacap, Kebumen, Purworejo, Kulon Progo, Bantul, Gunung Kidul, dan Wonogiri.

Saat mempertahankan disertasi berjudul Integrasi Citra Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis Untuk Penyusunan Model Kerentanan Kekeringan (Kasus di Jawa Tengah dan DIY), Sudaryatno mengatakan  model kerentanan kekeringan wilayah yang dibentuk dari tumpang susun peta kekeringan meteorologi, peta kekeringan lahan dan peta kekeringan pertanian dapat diamati secara spasial dari bulan ke bulan. Suatu wilayah yang potensial masuk pada kekeringan lahan namun jika curah hujan tinggi maka di wilayah tersebut tidak terjadi kekeringan demikian pula sebaliknya.

Hasil penelitian memperlihatkan di zona utara daerah penelitian awal kekeringan sudah terasa mulai bulan April dengan tingkat kekeringan tinggi dan puncak kekeringan pada bulan Juni-September. Pada zona tersebut semakin ke arah timur tingkat kekeringan  yang terjadi semakin tinggi dengan cakupan wilayah yang lebih luas dibanding wilayah barat. Sementara zona selatan kekeringan dimulai sejak April dengan puncak kekeringan mulai Juni-September. Di wilayah itu kekeringan terjadi semakin tinggi mengarah ke timur dengan cakupan wilayah yang lebih luas dibandingkan wilayah barat.  Selanjutnya di zona tengah awal kekeringan mulai terilhat bulan Mei dan puncak kekeringan di bulan Agustus-September  dengan tingkat kekeringan sedang dengan cakupan luwas wilayah yang terdampak kekeringan tingkat tinggi tidak seluas wilayah di zona selatan maupun utara. (Humas UGM/Ika)

Friday, July 3, 2015

Tidak Miliki Kemampuan Fonologi, Sulit Pahami Ujaran Bahasa Inggris

Memahami ujaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing tidaklah mudah bagi mereka yang berlatar bahasa non-bahasa Inggris. Salah satu faktor yang sering disebut sebagai penyebab terjadinya kesulitan dalam proses memahami ujaran bahasa Inggris adalah keterbatasan kosakata yang dimiliki seseorang.

Pernyataan tersebut dinilai logis, karena kosakata merupakan jantung bahasa, ia sebagai prasyarat keberhasilan dalam proses mendengarkan ujaran bahasa asing. Kosakata bersifat fundamental dalam proses informasi bahasa asing. Selain itu, kosakata menjadi syarat terjadinya komunikasi lisan sebab tanpa kosakata tidak ada yang dapat disampaikan.

"Meski begitu kosakata saja tidak cukup. Seseorang yang memiliki kosakata cukup memadai tidak selalu dapat secara konsisten menunjukkan kemampuannya dalam mendengarkan ujaran bahasa Inggris," ujar Drs. Adi Sutrisno, M.A., di Fakultas Ilmu Budaya UGM, Kamis (2/7).

Adi Sutrisno menandaskan, kesulitan 'mendengarkan' ujaran bahasa Inggris tidaklah semata-mata disebabkan keterbatasan kosakata yang dimiliki seseorang, namun terkait pula dengan kemampuan individu mempersepsi ujaran secara fonologis. Hasil tes listening versi A dan B yang ia lakukan dalam desertasinya, memperlihatkan bahwa para subyek penelitian secara konsisten menunjukkan hasil yang lebih tinggi tes A daripada tes B.

"Implikasi dari temuan ini menyimpulkan seseorang yang tidak memiliki kemampuan mempersepsi ujaran secara fonologis akan mengalami kesulitan memahami ujaran bahasa Inggris," tandasnya dalam ujian terbuka guna memperoleh gelar doktor Ilmu Linguistik FIB UGM dengan bertindak selaku promotor Prof. dr. Soepomo Poedjosoedarmo dan ko-promotor Prof. Dr. Stephanus Djawanai.
Mempertahankan desertasi "Kesulitan Mempersepsi Bunyi Ujaran Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing di Indonesia dan Penyebab-Penyebabnya", Adi Sutrisno menjelaskan kemampuan mempersepsi bunyi ujaran menjadi kunci penting dalam proses pemahaman ujaran bahasa Inggris karena kemampuan ini bersentuhan langsung dengan proses decoding sinyal akustik dalam peristiwa komunikasi lisan. Menurutnya, proses ini rumit karena menyangkut elemen-elemen bunyi, perubahan kualitas bunyi vokal dan konsonan tertentu sebagai akibat dari adanya asimilasi ujaran yang disebabkan oleh keras lemahnya bunyi, ritme ucapan dan kompresi tempo ucapan.

"Ketika proses decoding berlangsung dengan lancar maka persepsi ujaran pun berjalan dengan benar. Sebaliknya manakala proses decoding mengalami hambatan dan bunyi ujaran tidak dapat diinterpretasi dengan benar, mispersepsi pun terjadi", jelas dosen FIB UGM Jurusan Sastra Inggris. (Humas UGM/ Agung)

Tuesday, June 30, 2015

Sarat Kepentingan, Pembangunan PLTN Harus Dihentikan

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir yang diusulkan BATAN yang sarat dengan muatan kepentingan proyek dan berakibat pada resiko dampak sosial yang merugikan rakyat harus dihentikan. Pembangunan tersebut dinilai tidak menguntungkan bagi Indonesia.

"Sebaiknya dana yang tidak sedikit tersebut bisa dipergunakan untuk membangun pembangkit energi terbarukan di daerah terpencil", ujar Iwan Kurniawan, Ph.D, Ahli Fisika Nuklir Eksperimen Universitas Indonesia pada Seminar Dampak Sosial Teknologi Nuklir, Mendorong Keterbukaan Informasi Publik Terhadap Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, di Perpustakaan UGM, Kamis sore (25/6).

Menurut Iwan Kurniawan, pembangunan PLTN sangat mahal, berbahaya dan kotor. Hasil studi kelayakan PLTU Bangka yang dibiayai APBN menunjukkan, biaya pembangunan listrik PLTN sebesar 12 sen USD/kWh, dua kali biaya listrik PLTU Batubara 6 sen USD/kWh. Sementara biaya pembangunan PLTN Bangka diatas 6300 USD/kWh, yaitu sebesar 4 hingga 5 kali biaya pembangunan PLTU Batubara yang memakan biaya 1200 - 1500 USD/kWh.

"Nampaknya BATAN menyembunyikan laporan studi kelayakan PLTN Bangka, karena biaya listrik dan pembangunan PLTN sangat mahal", ungkapnya.

Melihat kondisi yang ada, Iwan Kurniawan berharap Indonesia mestinya  bisa bersabar dalam keinginan membangun PLTN. Baginya, Indonesia bisa mewujudkan keinginan itu ketika sudah lahir generasi PLTN yang benar-benar aman.

"Biarkan saja sekarang negara-negara maju bereksperimen. Kita menunggu sampai benar-benar lahir generasi baru PLTN yang sungguh-sungguh aman", harapnya.

Sementara itu, Prof. Dr. Rinaldy Dalimi mengatakan satu-satunya negara yang menempatkan energi nuklir sebagai energi baru hanyalah Indonesia, padahal nuklir bukan energi baru lagi. Ketika nuklir ditempatkan sebagai energi baru yang dalam istilah di Indonesia merupakan Energi Baru Terbarukan (EBT), maka pemerintah mengalami kesulitan membuat kebijakan EBT yang harus disubsidi.
"Tidak akan mungkin menyubsidi energi yang sangat berbahaya", ujar Rinaldu, Anggota Dewa Energi Nasional (DEN).

Karena itu, istilah nuklir sebagai energi baru harus direvisi agar mudah dalam membuat kebijakan. Iapun menilai Indonesia belum saatnya membangun PLTN, masih banyak potensi lain yang bisa dibangun diluar PLTN.

Seminar yang digagas  Masyarakat Reksa Bumi (Marem) dan Sosiology Research Centre (Sorec) UGM ditutup dengan berbuka puasa bersama. Tampak Hadir pembicara lain, Prof. Dr. Heru Nugroho dan Ahli Turbin 'Marem' Lilo Sunaryo, Ph.D dan dipandu Sosiolog UGM, Arie Sujito, S.Sos., M.Si. (Humas UGM/ Agung)

Sunday, June 28, 2015

Bebas Ether, UGM Kembangkan Melon Tacapa

Setelah berhasil mengembangkan melon Hikapel, melon yang memiliki ukuran dan kenampakan seperti buah apel, UGM kembali mengembangkan melon unggulnya yang memiliki ukuran lebih besar, yaitu melon Tacapa.

Berbeda dengan Hikapel, melon Tacapa memiliki ukuran yang besar dengan berat rata-rata berkisar antara  1,7 sampai dengan 3,2 kg. Melon Tacapa memiliki warna kulit hijau gelap untuk Tacapa Green Black dan Putih keperakan untuk Tacapa Silver serta warna daging buah kuning kehijauan. Melon ini memiliki sejumlah keunggulan yaitu tahan terhadap jamur tepung penyebab powdery mildew dan potensial untuk dikembangkan di lahan kritis karst dalam upaya konservasi lahan.
“Melon ini dapat dibudidayakan menggunakan media tanam abu vulkanik,” tutur peneliti melon UGM, Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc, Kamis (25/6).

Ia menambahkan ketahanan melon Tacapa khususnya terhadap jamur tepung dapat meminimalisir penggunaan pestisida selama proses penanaman sehingga memperkecil kemungkinan adanya residu pestisida dalam buah melon. Biasanya, untuk mendapatkan hasil panen yang bagus tidak sedikit petani melon menggunakan pestisida untuk mencegah kerusakan atau pembusukan pada tanaman. Menurut Budi penggunaan pestisida pada komoditas pertanian yang berlebihan menimbulkan potensi bahaya bagi kesehatan petani dan konsumen.

“Akibat mengkonsumsi produk hortikultura yang mengandung residu pestisida, maka konsumen dapat terkena gangguan kesehatan seperti kanker, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) pada anak, gangguan sistem saraf dan melemahkan sistem kekebalan tubuh,” papar dosen Fakultas Biologi itu.

Budi menjamin melon rakitannya ini minim residu pestisida dan bebas ethrel. Melon Tacapa tidak membutuhkan intensitas penyemprotan fungisida yang tinggi karena sudah memiliki gen ketahanan terhadap jamur tepung.

Seperti diketahui, secara alami tumbuhan menghasilkan etilen pada proses respirasi buah, daun dan jaringan lainnya di dalam tanaman, sehingga hormon ini dapat mempercepat pemasakan buah. Saat ini etilen hasil sintetis (buatan manusia) banyak yang beredar dan diperdagangkan bebas dalam bentuk larutan ethrel. Ethrel inilah yang dalam praktik sehari-hari banyak digunakan oleh petani melon untuk mempercepat proses pemasakan buah.

Melon Tacapa memiliki daya simpan yang cukup lama, yaitu 15 sampai dengan 30 hari. Proses pemasakan yang alami dan warna daging buah melon Tacapa yang menarik membuat melon ini tidak memerlukan ethrel untuk mempercepat proses pemasakan sebagaimana yang umumnya terjadi pada melon varietas lainnya. Penggunaan ethrel pada melon dapat mengurangi lamanya daya simpan dan dapat mengecewakan pembeli karena terkecoh oleh warna yang menarik tetapi buah melonnya sendiri kurang umur (kurang masak) sehingga rasanya tidak manis. (Humas UGM/Satria)

Monday, June 22, 2015

Pemerintah Prioritaskan Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi di Daerah

YOGYAKARTA – Sekjen Kemenristek Dikti, Prof. Dr. Ainun Naim, MBA., mengatakan pemerintah akan memprioritaskan peningkatan kualitas akademik pendidikan tinggi secara merata di semua daerah. Hal itu sesuai dengan rencana kebijakan jangka menengah pemerintahan Jokowi tahun 2015-2019. “Jika dulu pemerintah masih menempatkan akses (pendidikan) sebagai prioritas. Saat ini kualitas yang dijadikan prioritas, terutama peningkatan kapasitas perguruan tinggi di daerah,” kata Ainun Naim kepada wartawan sebelum melaksanakan pertemuan dengan Dekan Sekolah Bisnis dari seluruh Indonesia dengan CEO AACSB International di ruang faculty meeting Gedung Magister Manajemen UGM, Senin (22/6). Hadir dalam pertemuan tersebut, diantaranya  President and CEO AACSB International Tom R Robinson, Senior Vice President and CEO Asia Pasific AACSB Internastional Eileen Peacook dan Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM Prof. Wihana Kirana Jaya, M.Soc.Sc., Ph.D.

Untuk meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan tinggi, kata Ainun, Kemenristek Dikti telah melakukan pembenahan dan perbaikan terkait dengan kendali mutu dan sistem akreditasi. “Sesuai dengan amanat UU Dikti, kementerian harus memilki sistem model akreditasi dan sistem kualitas kontrol untuk meningkatkan kualitas,” ujarnya.

Menurutnya apabila dua sistem tersebut berjalan dengan baik, tidak menutup kemungkinan perguruan tinggi yang telah menjalan sistem pendidikan jaminan mutu tersebut akan mendapatkan pengakuan tidak hanya Badan Akreditasi namun juga dari lembaga akreditasi internasional. “Lembaga akreditasi internasional yang telah memiliki reputasi tinggi,” katanya.

Meski demikian, imbuh Ainun, pengakuan akreditasi bukanlah tujuan dari pelaksanaan pendidikan tinggi. Melainkan misi pendididkan tinggi untuk memberikan kontribusi pada pembangunan. “Inovasi, keterlibatan dan kontribusi yang diberikan perguruan tinggi harus punya peran di masyarakat,” ujarnya.

Wihana Kirana Jaya mengatakan akreditasi internasional merupakan salah satu cara dari pendidikan sekolah bisnis untuk mendapatkan pengakuan dari dunia internasional. Dengan pengakuan tersebut akan membuka peluang kerja sama yang lebih luas dengan institusi pendidikan, lembaga dan industri di tingkat internasional. Bahkan akan menarik minat perguruan tinggi asing untuk mengirim mahasiswanya belajar ke Indonesia.

Wihana menuturkan FEB UGM sejak tahun lalu memperoleh akreditasi internasional dari AACSB untuk kategori sekolah bisnis. Saat ini, FEB UGM merupakan sekolah bisnis pertama di indonesia yang mendapatkan akreditasi dari lembaga akreditasi internasional yang bermarkas di Amerika Serikat dan sudah berdiri sejak 100 tahun lalu. “Untuk memperoleh akreditasi ini butuh proses hingga 6-7 tahun,” katanya.

Tom R Robinson mengatakan ada 736 sekolah bisnis terkemuka di dunia yang tersebar di 48 negara, namun tidak lebih dari 5 persen yang terlah mendapatkan akreditasi tersebut.  Sulitnya mendapatkan akreditasi AACSB menurut Tom dikarenakan lembaga ini menerapkan proses seleksi yang ketat.
“Ada 15 standar yang harus dipenuhi, salah satunya melakukan inovasi pendidikan berkelanjutan,” katanya.

Dia mengatakan saat ini sudah ada 17 perguruan tinggi di indonesia yang mendaftarkan untuk mendapatkan proses akreditasi namun baru lima yang telah melakukkan tahapan proses untuk akreditasi. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Friday, June 19, 2015

Berrybleach, Cara Baru Putihkan Gigi Dengan Bahan Alami

Pemutihan gigi atau bleaching saat ini telah menjadi tren di masyarakat. Keinginan untuk menghilangkan warna gigi yang kusam semakin banyak dilakukan untuk menunjang penampilan dan meningkatkan kepercayaan diri.

Proses bleaching pada umumnya menggunakan bahan kimia seperti hidrogen peroksida dan karbamid peroksida. Namun, bahan-bahan kimia tersebut mempunyai efek samping yang membahayakan kesehatan apabila tidak digunakan dengan tepat. Sejumlah efek samping yang acap kali muncul antara lain gusi menjadi sensitif dan mudah berdarah, terjadi gangguan pengecapan pada lidah, serta perubahan permukaan lapisan terluar gigi. “Bahkan dapat memunculkan efek karsinogenik atau pemicu kanker,” kata Dyah Anindya Widyasrini, mahasiswi FKG UGM, Rabu (17/6) di kampus setempat.

Melihat kondisi tersebut Dyah bersama dengan tiga rekannya dari FKG yakni Dimar Pangestika Sari, Onni Fitriani Solikhah, dan Enggardini Rachma Hakim berupaya mengembangkan sebuah formula baru untuk pemutih gigi dengan menggunakan bahan alami sehingga minim menimbulkan efek samping. Mereka memanfaatkan buah stroberi  sebagai bahan utama untuk pemutihan  gigi. “Stroberi mengandung asam elagat yang dapat membantu mencerahkan warna gigi,”terangnya.

Disamping menggunakan stroberi sebagai bahan aktif dalam proses pemutihan gigi, mereka juga memakai bahan lain yakni baking soda. Kedua bahan ini telah banyak digunakan masyarakat sebagai pemutih gigi  secara terpisah. “Masyarakat sudah banyak yang memakai stroberi dan baking soda sebagai home bleaching, tetapi cara penggunaanya belum sesuai dengan prosedur bleaching yang seharusnya,” jelas Onni menambahkan.

Karenanya mereka berupaya mengkombinasikan stroberi dan baking soda menjadi gel pemutih gigi. Gel dibuat hingga menghasilkan PH netral untuk menghindari rusaknya jaringan keras gigi. “Bahan pemutih gigi tidak boleh bersifat asam karena dapat merusak jaringan keras gigi,”ujar Onni.

Gel pemutih gigi yang diberinama Berrybleach ini telah di uji secara in vitro di laboratorium dan menunjukkan bahwa gel tersebut terbukti efektif mengembalikan warna alami dari gigi. “ Namun kedepan perlu dilakukan uji lanjutan untuk mengetahui efek samping terhadap jaringan keras maupun jaringan lunak pendukung gigi,” pungkasnya. (Humas UGM/Ika)

Sunday, June 14, 2015

28603 Peserta Ujian Tulis di Empat Kota

Sebanyak 28.603 orang mengikuti Ujian Tulis UGM tahun 2015. Mereka melaksanakan ujian secara serentak di 4 (empat) kota di Indonesia, Yogyakarta, Jakarta, Balikpapan dan Pekanbaru.

Ujian Tulis di Yogyakarta diikuti 22.492 peserta tersebar di 9 lokasi, yaitu UGM, SMPN 1, SMAN 9, SMAN 6, SMPN 8, SMA Stella Duce, SMA Bopkri 1, SMPN 6 dan SMAN 11.

"Jumlah ini meningkat dibanding tahun 2013, karena di tahun lalu hanya diikuti 13 ribu peserta", ujar Wijayanti, S.IP., M.Sc, Kabid Humas UGM, disela-sela kunjungan ujian pimpinan universitas dan fakultas di SMAN 9 Yogyakarta, Minggu (15/6).

Wijayanti mengatakan seleksi Ujian Tulis merupakan penjaringan terakhir yang dilakukan UGM untuk program reguler dan jalur penerimaan pertama untuk program Sekolah Vokasi (diploma). Sebelumnya, UGM telah melakukan seleksi mahasiswa baru melalui program Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN) dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

"Utul ini digelar agar masyarakat mendapat akses yang lebih besar untuk memperoleh pendidikan tinggi. Dengan Utul ini diharapkan putra-putri terbaik Indonesia berkesempatan untuk bisa kuliah di UGM", katanya.

Ditambahkan sebanyak 28.603 peserta, dirinci kelompok ujian IPA 19.061, IPS 8.195 dan IPC 1.347 peserta dan hasil seleksi Utul akan diumumkan pada tanggal 15 Juli 2015. Setelah penyelenggaraan Utul, UGM akan menjaring mahasiswa Utul untuk Program Diploma Sekolah Vokasi gelombang 2 dan seleksi Program Sarjana kelas internasional.

"Untuk Program Sarjana kelas internasional ini, tidak semua fakultas menyelenggarakan, hanya Program Studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Hukum, Fakultas Kedokteran, Fakultas MIPA dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik", ungkap Wiwit Wijayanti. (Humas UGM/ Agung)

Friday, June 12, 2015

Belajar dari 10 Tahun Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono

YOGYAKARTA – Sepuluh tahun kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhyono diakui pertumbuhan ekonomi cenderung stabil. Pasalnya Yudhoyono mengutamakan pentingnya stabilitas politik dan penegakan hukum berjalan dengan baik sehingga tidak menimbulkan gejolak di masyarakat. Meski demikian di bidang penuntasan kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia, subsidi BBM dan hubungan politik luar negeri dianggap belum optimal dan bahkan mengalami stagnasi. Di era pemerintahan Presiden Joko widodo, masyarakat berharap Presiden bisa mengatasi berbagai tantangan berat dalam bidang ekonomi serta segera menyelesaikan kasus pelanggran HAM. Bahkan yang terpenting memberikan dukungan pada lembaga hukum dalam proses penegakan hukum.
Demikian yang mengemuka dalam Diskusi Buku The Yudhoyono Precidency Indonesia:Decade of Stability and Stagnation yang berlangsung di ruang seminar timur Fisipol UGM, Kamis (11/6). Hadir sebagai pembicara, peneliti pemerhati politik indonesia dari La Trobe University, Australia, Dirk Tomsa, Ph.D., Ekonom UGM Dr. Rimawan Pradipto dan pengamat komunikasi politik UGM Dr. Dodi Ambardi.


Dirk Tomsa mengatakan di masa era pemerintahan Presiden SBY, stabilitas ekonomi berjalan dengan baik. Bahkan angka pertumbuhan ekonomi bisa dipertahankan di atas 5 persen, “Lebih bagus dibanding dengan beberapa negara barat,” katanya.

Namun begitu, dalam penuntasan kasus pelanggran HAM di masa lalu belum dituntaskan. Apa yang disampaikan Dick Tomsa ini juga diamini oleh oleh Sosiolog UGM Najib Azca, S.Sos, MA, Ph.D, yang menjadi pemandu dalam diskui bukuitu. “Di awal pemerintahannya, SBY pernah mengatakan ini (kasus Munir) ujian bagi sejarah, bahkan di akhir periodenya dia membuktikan, kalau dia gagal menyelesaikan kasus munir,” katanya.

Tomsa mengatakan Yudhoyono merupakan presiden RI pertama yang dipilih secara langsung dan dipilih kembali pada periode keduanya. SBY dianggap mampu mengawali pelaksanan pilkada  berjalan dengan baik bahkan kelompok militer tidak terlibat dalam politik praktis. “Meski dalam proses pilkada di berbagai daerah masih diwarnai terjadi berbagai tindak kecurangan,” katanya
 Ekonom UGM Dr. Rimawan Pradipto, mengatakan perkonomian RI dalam masa 10 tahun kepemimpinan SBY cenderung tumbuh stabil dan cukup tinggi karena didukung stabilitas politik dan stabilitas penegakan hukum berjalan dengan baik. Di masa tersebut, perekonomian RI juga diuntungkan dengan naiknya harga barang mentah terutama batubara dan kelapa sawit.

Untuk bidang penegakan hukum, Rimawan mengatakan dukungan SBY kepada KPK sangat tinggi sehingga KPK berhasil menuntaskan setiap kasus korupsi yang ditanganinya. “Keberhasilan KPK tidak terlepas dari dukungan dari pemerintah. Apakah Pak Jokowi memiliki keberanian yang sama dalam hal pemberantasan korupsi?karena korupsi di negeri ini sudah melembaga,” katanya.
Sementara Dodi Ambardi,  mengatakan Yudhoyono merupakan salah satu tipikal pemimpin yang mengambil keputusan dengan berusaha meminimalisir kontroversi di masyarakat atas setiap hasil keputusannya. “Bisa dikatakan SBY itu ‘beriman’ pada survei. Ia membuat keputusan dengan mempertimbangkan apa yang dipikirkan publik maka dia akan merumuskan,” katanya.

Berdasarkan hasil pengamatan Dodi dari hasil survei yang pernah dilakukan 48 lembaga survei selama 10 tahun pemerintahan SBY menunjukkan tingkat kepuasan publik terhadap kinerjanya mengalami fluktuasi.  Publik sendiri, kata Dodi, sebenarya tidak memiliki informasi yang cukup dalam menilai kinerja pemerintah namun mereka tetap puas pada kinerja SBY jelang periode kedua pemerintahannya. “Tingkat kepuasaan publik paling tinggi di tahun 2009, namun menurun terus hingga di akhir periode pemerintahannya,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Monday, June 8, 2015

Indonesia Potensial Jadi Pusat Peradaban

Indonesia potensial menjadi pusat peradaban di Asia. Hal ini cukup beralasan mengingat pusat peradaban mulai beralih dari Eropa dan Amerika ke kawasan Asia. Hal ini diungkapkan Mensesneg Pratikno pada Kongres Pancasila VII di Balai Senat UGM, Minggu (31/5). Kongres yang digagas oleh Pusat Studi Pancasila (PSP) UGM ini berlangsung hingga Senin (1/6).

“Pusat peradaban kini beralih ke Asia dan Indonesia berpotensi menjadi pusat peradaban,” papar Pratikno.

Menjadi pusat peradaban di Asia menurut Pratikno sekaligus akan menghantarkan Indonesia sebagai bangsa berdaulat. Indonesia akan mampu memutuskan sendiri apa yang akan dilakukan tanpa harus didikte oleh bangsa lain. Sejauh ini Indonesia telah memiliki beberapa modal berharga untuk menjadi bangsa berdaulat, seperti kepemimpinanya dalam Konferensi Asia Afrika (KAA) di tahun 1955.

“Indonesia dikenal bangsa antikolonialisme. Selain itu kita salah satu pendiri ASEAN,” katanya.
Di tempat sama Menkopolhukam Tedjo Edhy Purdijatno menyinggung bahwa Pancasila adalah dasar negara dan bukan semata-mata sebagai pilar kebangsaan. Pancasila tidak bisa disejajarkan dengan UUD 1945. Pada kesempatan itu Tedjo juga sempat menyinggung tentang demoralisasi yang tengah melanda Indonesia.

“Yang terpenting saat ini adalah moral bangsa. Moral bangsa sekarang ini nampaknya jauh dari ajaran para pendahulu,”ujar Tedjo.

Sementara itu pengamat ekonomi UGM Revrisond Baswir mengatakan jika ingin maju Indonesia harus berani menolak kapitalisme. Kapitalisme di Indonesia masih akan ada selama demokrasi yang mengemuka hanya demokrasi politik tanpa demokrasi ekonomi. Seharusnya, seperti masa Soekarno, Indonesia perlu menjalankan sosiodemokrasi yang meliputi politik dan ekonomi.

“Akibatnya demokrasi saat ini hanya menjadi sarana capital merampas kekuasaan dan tidak memperbaiki nasib rakyat,” tegas Revrisond. (Humas UGM/Satria)

Sunday, June 7, 2015

Peluang Kerja Bidang Perpajakan Masih Terbuka

Indonesia saat ini masih kekurangan tenaga akuntan muda. Selain itu, kebutuhan tenaga ahli perpajakan juga sangat besar, apalagi sejak Dirjen Pajak memperketat peraturan perpajakan Indonesia, dan banyak kasus perpajakan yang melibatkan berbagai perusahaan. Untuk itulah saat ini perusahaan semakin berbenah dan mencari tenaga kerja yang selain mengerti tentang akuntansi juga memahami perhitungan pajak.

“Dengan demikian peluang kerja di bidang akuntansi perpajakan masih cukup terbuka,”papar Kepala Laboratorium Akuntansi Sekolah Vokasi Departemen Ekonomika dan Bisnis UGM, Drs. Herman Legowo, M.Si.Ak., pada kuliah umum Peranan Pajak Memajukan Pendidikan di Sekolah Vokasi UGM, Jumat (5/6).

Herman mengatakan biasanya perusahaan akan mencari tenaga kerja untuk kebutuhan masing-masing jurusan, yaitu tenaga akuntan sendiri dan tenaga perpajakan sendiri. Hadirnya prodi akuntansi konsentrasi perpajakan, maka mahasiswa akan memperoleh dua ilmu sekaligus, yaitu ilmu akuntansi dan ilmu perpajakan.

“Dua ilmu ini sangat berkaitan karena perhitungan pajak tidak akan lepas dari perhitungan akuntansi dan begitu pula sebaliknya,”imbuhnya.

Ia yakin perusahaan akan lebih cenderung memilih lulusan yang memiliki kedua ilmu tersebut daripada merekrut dua tenaga kerja dengan dua jurusan yang berbeda karena akan menghemat biaya dan lebih cepat pekerjaaannya.

Senada dengan itu Direktur Bijak Karyamitra, Edy Wahyudi, S.E., M.M., BKP., menambahkan karir di bidang pajak memang masih sangat luas. Ia memberikan gambaran jumlah pegawai pajak per 2015 hanya 32.000 orang dari 28.000.000 wajib pajak baik orang maupun badan usaha. Selain itu, jumlah account representative (AR) dari Direktorat Jenderal Pajak di seluruh Indonesia per 2015 hanya 6000 orang, artinya 1 orang AR melayani sekitar 4500 wajib pajak.

“Apalagi jumlah konsultan pajak terdaftar di Indonesia per 2015 ini hanya 2000-an, baik perorangan maupun badan usaha,”ujar Edy (Humas UGM/Satria)

Monday, June 1, 2015

Pemerintah dan DPR Dihimbau Bentuk Otonomi Khusus Daerah Perbatasan

YOGYAKARTA – Hasil Kongres Pancasila VII yang diselenggarakan di kampus Universitas Gadjah Mada menghasilkan beberapa butir rekomendasi kepada pemerintah terutama penguatan kebijakan pengelolaan kawasan perbatasan. Dalam beberapa butir rekomendasi tersebut disampaikan tentang pentingya pembenahan masalah pendidikan dan kebudayaan pada masyarakat di daerah perbatasan sehingga negara diminta perlu lebih proaktif. “Pendidikan di kawasan perbatasan, baik sebagai lembaga maupun proses belum mampu mentransformasi nilai-nilai Pancasila di dalam memperkuat identitas keindonesiaan,” kata Prof. Dr. dr. Sutaryo, Ketua Tim Ahli Pusat Studi Pancasila saat membacakan rekomendasi, Senin (1/6), di Balai Senat Universitas Gadjah Mada.

Pemerintah, kata Sutaryo, dihimbau melakukan pengembangan infrastruktur pendidikan yang lebih memadai dan proporsional dengan didukung penyusun program pendidikan di tingkat pendidikan formal,informal,non-formal. Yang tidak kalah penting, dalam mengatasi persoalan di perbatasan perlu dibentuknya lembaga atau badan khusus yang mengelola masalah pendidikan dan kebudayaan serta pembangunan di wilayah perbatasan. Meski saat ini sudah ada Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan sudah ada dibawah struktur Kementerian Dalam Negeri dan jabatan pejabat ex officio, namun dirasa tidak memadai. “Pelaksana pembangunan oleh kementrian teknis selama ini dirasakan belum memadai, sehingga  diusulkan ada suatu badan koordinasi percepatan pembangunan daerah perbatasan, langsung dibawah Presiden,” katanya.

Sutaryo menegaskan, kawasan perbatasan merupakan batas wilayah yang penting sebagai garda depan bagi negara dalam menjaga keutuhan NKRI. Namun begitu, wilayah perbatasan juga berpotensi bisa menimbulkan permasalahan yang berujung pada sengketa dengan negara tetangga yang berbatasan langsung baik di darat maupun di lautan Indonesia. Oleh karena itu, paradigma pengelolaan kawasan perbatasan yang memposisikan kawasan perbatasan sebagai “teras depan” NKRI  harus dikelola secara optimal dan konsisten. “Salah satunya, persoalan ketidakadilan sosial khususnya di kawasan perbatasan disebabkan oleh karena penuangan makna “keadilan sosial” ke dalam hukum atau aturan perundang-undangan dan kebijakan negara masih kurang tepat,” ujarnya
Tidak cukup hanya itu, imbuhnya, pelaksanaan nilai Pancasila di daerah 3 T (Kawasan Terluar, Terdepan dan Tertinggal) dibidang ekonomi harus kembali kepada ekonomi yang disusun berdasar azas kekeluargaan seperti yang tercantum pada UUD 45 Pasal 33. Peningkatan kesejahteraan salah satunya melalui melalui pembentukan koperasi-koperasi yang mandiri disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.

Di kongres pancasila kali ini, kata Sutaryo, peserta kongres memandang pentingnya kawasan perbatasan mendapatkan regulasi dari DPR dan pemerintah semacam otonomi khusus sehingga kawasan tersebut secara geopolitik memiliki kedaulatan, secara ekonomi memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Rektor  UGM, Pof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., menilai kongres pancasila VII kali ini berhasil diselenggarakan dengan baik dan lancar dengan banyak menghimpun berbagai pemikiran terobosan untuk pemerintah.”Yang penting adalah berikutnya tindak lanjutnya dari rekomendasi tersebut,” katanya.

Rekomendasi kongres pancasila ini kata Dwikorita tidak hanya ditujukan pada pemerintah selaku pengambil kebijakan namun akan menjadi bahan evaluasi bagi pimpinan Universitas Gadjah Mada untuk terus meningkatkan peran dari pusat studi untuk terus menghasilkan pemikiran yang bermanfaat bagi masyarakat. “PR bagi kami yang ke depan bagaimana proses pembelajaran yang akan dikembangkan ke depan dan meningkatkan peran pusat studi untuk terus  diperkuat dan diperluas jangkauan pemikirannya dalam menegakkan kedaulatan bangsa,” terangnya.
Dwikorita juga mengapresiasi peserta kongres yang secara gigih memperjuangkan nilai-nilai pancasila dalam konsep pembangunan bangsa terutama untuk daerah perbatasan. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Friday, May 29, 2015

Penguatan Koperasi Untuk Kesejahteraan Rakyat

Mantan Menteri Koperasi Kabinet Pembangunan VI dan VII, Dr. (HC) Subiakto Tjakrawerdaja menyebutkan bahwa koperasi merupakan salah satu wadah gerakan ekonomi  rakyat untuk pengentasan kemiskinan di Indonesia dan mengadapi Masyarakat ekonomi Asean( MEA). Karenanya penting dilakukan pembangunan koperasi secara besar-besaran, terencana, dan terukur untuk mewujudkan kesejahteraan seluruh masyarakat. “Untuk mencapai tujuan itu maka pembangunan sistem ekonomi pancasila dan koperasi Indonesia selayaknya disinergikan dengan paradigma ekonomi biru,”katanya, Kamis (28/5) di University Club UGM.

Dalam kegiatan bedah bukunya berjudul Koperasi Indonesia, Konsep Pembangunan Ekonomi Politik yang diselenggarakan oleh Mubyarto Institute bekerja sama dengan Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM dan Universitas Trilogi , Subiakto menyampaikan pentingnya untuk membangun koperasi Indonesia yang memiliki konsep, taktik, serta strategi khas Indonesia. Koperasi dibangun dengan jiwa dan semangat kekeluargaan dan gotong royong diantara semua pelaku ekonomi nasional. Selain itu juga menerapkan hubungan kerja yang dinamis dan harmonis.

Subiyakto mengatakan koperasi di Indonesia harus berbeda dengan koperasi kebanyakan yang tumbuh dan berkembang di negara-negara barat. Karena menganut sistem ekonomi pancasila semestinya tidak berbau kapitalis. Namun memberdayakan dan memberikan perlindungan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi ekonomi dan sosial anggotanya. Juga mudah diakses oleh keluarga miskin. “Koperasi Indonesia beda dengan koperasi-koperasi di luar negeri. Koperasi Indonesia ditujukan untuk mengentaskan kemiskinan. Anggotanya justru masyarakat miskin, kalau di luar negeri anggota koperasinya bukan orang miskin,” urainya.

Sementara itu, pakar ekonomi Prof. M.Dawam Rahardjo menyebutkan  bahwa saat ini terdapat dua aliran utama mengenai koperasi di Indonesia.Pertama, aliran universalis yang dirintis Ibnoe Soedjojo yang memandang koperasi sebagai sistem ekonomi mikro dalam perekonomian pasar bebas. Kedua, aliran Koperasi Indonesia yang memandang koperasi sebagai sistem ekonomi mikro maupun makro. Pandangan ini dianut oleh Subiakto Tjakrawerdaja dan Muslimin Nasution. “ Kalau Muslimin Nasution berpandangan koperasi sebagai sistem ekonomi makro direstorasi seperti saat orde baru dimana ada sinergi antara koperasi, bulog, dan BRI. Sementara Subiakto ingin melakukan reformasi dengan menjadikan bulog sebagai trading house koperasi dan BRI menjadi bank koperasi,”jelasnya.
Tidak hanya itu, Dawam mengatakan  Subiakto juga menyusun arsiterktur ekonomi rakyat berbasis koperasi yang mencakup IKOPIN sebagai lembaga pendidikan. Kemudian koperasi audit sebagai lembaga audit koperasi dalam suatu arsitektur kelembagaan.

Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Prof. Dr. H. Edy Suandi Hamid, M.Ec., menyebutkan pemikiran Subiakto dengan Koperasi Indonesia sangat releven untuk diimplemntasikan dalam menghadapi globalisasi ekonomi. Langkah pertama dengan melakukan penguatan kelembagaan koperasi. Melalui cara tersebut koperasi diharapkan menjadi bangun usaha ekonomi rakyat banyak untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. “Penguatan koperasi tentunya juga didukung oleh persuahaan-perusahaan swasta serta BUMN yang kokoh sehingga masyarakat dapat menghadapi arus globalisasi ekonomi dan sejahtera,”terangya. (HUmas UGM/Ika)

Wednesday, May 27, 2015

Perempuan dan Laki-Laki Miliki Peluang sama Bermigrasi ke kota

Di abad 21, globalisasi, liberalisasi dan studi migrasi memberi perhatian pada migrasi internasional. Hal tersebut menjadikan migrasi internal, terutama migrasi desa - kota kurang mendapat perhatian sehingga terdapat kekosongan informasi terkait migrasi kota - desa.

Demikian disampaikan pakar kependudukan UGM, Prof. Dr. Tadjuddin Noer Effendi, M.A pada seminar "Pembangunan, Migrasi dan Kebijakan" di Auditorium Gedung Masri Singarimbun, Kamis (2/4). Seminar dalam rangka HUT ke-42 Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM, ini hadir beberapa pembicara diantaranya Prof. Chris Manning, Ph.D (ANU, Adjunct), Prof. Ir. Tommy Firman, M.Sc., Ph.D (ITB), Palmira Permata Bachtiar, M.Sc., M.A (SMERU) dan Dr. Sukamdi, M.Sc (PSKK UGM).

Tadjuddin mengatakan ditengah kecenderungan meningatnya angka migrasi internasional, isu migrasi desa - kota dinilai masih cukup penting guna memicu dan mendorong pertumbuhan penduduk kota. Oleh karena itu, baginya, penting untuk kembali meneliti tren serta pola migrasi desa - kota sebagai gejala sosial - ekonomi yang berdampak penting untuk peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup.
"Salah satu dampaknya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Selain itu, perlu diketahui bagaimana pola migrasi internal, terutama desa - kota dan implikasinya bagi kesejahteraan migran di kota di abad 21 ini," katanya.

Menyampaikan data temuan survei Rural-urban Migration in China and Indonesia (RUMiCI) di empat kota di Indonesia, yaitu Tangerang, Samarinda, Medan dan Makassar, Tadjuddin menyatakan selama lima tahun terakhir peluang perempuan perdesaan untuk bermigrasi  ke kota hampir sama dengan peluang laki-laki. Di Tangerang, misalnya peluang perempuan untuk bermigrasi dari desa ke kota mencapai 48 persen.

"Angka ini tidak terpaut jauh dengan peluang laki-laki bermigrasi ke kota, yaitu 52 persen", ungkapnya.

Sementara itu, jika dilihat dari karakteristik umurnya, risen migran maka di semua kota berusia muda. Baik perempuan maupun laki-laki dominan berada pada kelompok umur 20 sampai 29 tahun. Pada kelompok umur ini, jumlah perempuan masih lebih banyak di bandingkan laki-laki.

"Risen migran menurut definisi BPS, adalah orang yang pada saat sensus penduduk atau pencacahan tinggal di provinsi yang berbeda dengan provinsi tempat tinggalnya saat lima tahun yang lalu. Dan risen migran perempuan baik yang melanjutkan pendidikan seperti di Makassar maupun yang bekerja di pabrik seperti di Tangerang adalah memang berusia muda", imbuhnya.

Dari studi empat kota ini, menurut Tadjuddin, memperlihatkan kesejahteraan para migran desa - kota mengalami perbaikan meskipun perbaikan kesejahteraan tersebut belum seperti penduduk kota lainnya. Seperti untuk tingkat pendidikan, risen migran perempuanjuga masih lebih tinggi dibanding laki-laki, terkecuali di Samarinda.

"Para migran perempuan usia muda dari perdesaan dalam lima tahun terakhir memang memiliki tingkat pendidikan yang relatif lebih baik. Peluangnya untuk bermigrasi ke kota pun relatif sama dengan laki-laki, dan mereka banyak bekerja di sektor manufaktur. Meski, tak sedikit pula yang bekerja dengan upah rendah dan berstatus outsorching", katanya lagi.

Prof. Tommy Firman, pakar perencanaan wilayah dan kota dari ITB menyatakan migrasi desa - kota atau urbanisasi sering dikaitkan dengan tingkat perkembangan ekonomi. Urbanisasi terjadi seiring dengan pergeseran struktur ekonomi dari agraris ke sektor industri dan jasa.

"Selama periode 2000 hingga 2010, penduduk perkotaan tumbuh dari 85 juta menjadi 118 juta lebih. Tingkat urbanisasi, yaitu proporsi penduduk perkotaan naik signifikan dari 41,9 persen menjadi 49,7 persen selama sepuluh tahun," katanya.

Dalam kurun waktu sepuluh tahun itu, kata Tommy, jumlah daerah perkotaan di Indonesia  mengalami peningkatan. Derah perkotaan di Jawa dinilai lebih meningkat signifikan dibanding dengan wilayah lain di luar Jawa, yaitu dari 30,02 persen menjadi 36,66 persen. Sementara di luar Jawa kota yang mengalami peningkatan tertinggi adalah Bali, dari 34,22 persen menjadi 36,92 persen disusul Sumatera Utara dan Kalimantan Timur.

Meski penduduk perkotaan berkembang pesat dengan berbagai tingkat variasi, namun penduduk perkotaan sebagian besar masih terkonsentrasi di kota-kota besar di Jawa terutama di Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). "Oleh karena itu, dari pembangunan perkotaan dan perspektif perencanaan mestinya diharapkan ada kebijakan perkotaan nasional yang dilaksanakan secara konsisten guna merangsang pembangunan kota-kota di pulau-pulau terluar Indonesia", tandas Tommy. (Humas UGM/ Agung)

Sunday, May 24, 2015

Koordinasi Perencanaan Transportasi Antar Wilayah

Manajemen rekayasa lalu lintas telah diterapkan Pemerintah DIY di sejumlah kawasan guna mengurai kemacetan yang semakin meningkat. Meskipun demikian, perlu dilakukan sinkronisasi perencanaan transportasi di setiap wilayah agar perencanaan transportasi yang dihasilkan tidak menimbulkan dampak negatif bagi wilayah lainnya. Hal tersebut mengemuka dalam Forum Lalu Lintas Angkutan Jalan DIY (LLAJ) di Pusat Studi Transportasi dan Logistik (PUSTRAL) UGM baru-baru ini.

Deni Prasetio Nugroho, S.T., M.T., peneliti Pustral UGM menyampaikan dalam forum yang dihadiri perwakilan pemangku kebijakan, penegak hukum, akademisi, dan masyarakat DIY ini dibahas berbagai upaya untuk memecahkan permasalahan lalu lintas angkutan jalan DIY. Selain merekomendasikan adanya koordinasi dalam pembuatan masterplan transportasi, pemerintah juga diharapkan dapat membuat rekayasa lalu lintas dalam lingkup yang lebih luas.“Selama ini sudah diselesaikan permasalahan rekayasa lalu lintas terbatas, kedepan perlu rekayasa dalam cakupan yang lebih besar,” jelasnya.

Penyiapan daerah dalam menyambut sejumlah kegiatan liburan rutin seperti libur lebaran dan libur sekolah juga penting dilakukan untuk meminimalisir dampak lalu lintas kunjungan wisata. Misalnya saja dengan membuat perencanaan dan pembagian kewenangan sesuai dengan tupoksi masing-masing lembaga terkait. “Beberapa kegiatan yang sudah pasti terjadi dampak lalu lintasnya bisa disiapkan sejak awal cara penanganannya,” ujarnya.

Dalam forum tersebut turut dilakukan evaluasi manajemen rekayasa lalu lintas yang telah dilakukan salah satunya di Jalan Godean. Untuk mengurangi kemacetan di ruas jalan tersebut, khususnya antara simpang Mirota Godean hingga Simpang Bener dalam jangka pendek perlu ditempatkan pembatas jalan dengan traffic cone, selanjutnya dalam jangka panjang bisa ditambahkan dengan devider. Selain itu juga pelebaran dengan perbaikan pada bahu jalan. “Kita juga usulkan Simpang Jatikencana menjadi simpang 4 agar bisa menjadi jalur allternatif penghubung ke arah utara,”imbuhnya. (Humas UGM/Ika)

Friday, May 22, 2015

Rupiah Melemah, Pemerintah Harus Pulihkan Kepercayaan Publik

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang saat ini melebihi Rp 13.000 per dolar dinilai telah melebihi nilai sebenarnya. Jika pernyataan pemerintah dan Bank Indonesia yang menyatakan bahwa fundamental ekonomi Indonesia kuat, kelebihan nilai dolar terhadap rupiah tersebut lebih disebabkan oleh sentimen atau kepercayaan terhadap pemerintah sedang turun.

Demikian benang merah yang mengemuka dari diskusi Teras Kita, yang diselenggarakan oleh PP Kagama bekerjasama dengan Kompas Komunitas dan Radio Sonora Network, Sabtu (28/3) di Jakarta.

Haryadi Himawan dari PP Kagama berharap agar pemerintah segera melakukan langkah-langkah nyata untuk memenuhi kepercayaan publik. Presiden Jokowi harus kembali menunjukan strong leadership. Berlarutnya persoalan suksesi Kapolri, misalnya, harus diselesaikan segera tanpa perlu berlarut-larut lagi.

“Selain itu persoalan pungutan di sektor retail dan jalur transportasi harus dibereskan agar para pelaku ekonomi tidak terkena biaya ekstra yang tidak perlu. Jika ini masih terjadi pada gilirannya hanya membebani pembeli rakyat kebanyakan,” kata Haryadi.

Menurut Haryadi ada harapan peluang penguatan nilai tukar rupiah yang akan mengikuti koreksi harga minyak. Tapi tentu pemerintah tidak bisa hanya bersandar pada kekuatan pasar minyak mentah. Pekerjaan rumah yang nyata bagi pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk memperbaiki kelambatan pengambilan keputusan, memperbaiki perilaku aparatur negara agar memulihkan kepercayaan publik terhadap pemerintahan ini. ‎

“Untuk jangka panjang pemerintah juga perlu memulihkan asa memperkuat sektor manufaktur agar tekanan nilai tukar dolar terhadap rupiah dapat diperlemah,” terangnya. (Humas UGM/Satria)

Tuesday, May 19, 2015

Rutin Vaksinasi, Unggas di DIY Bebas Flu Burung

YOGYAKARTA – Tim Peneliti dari Fakultas Kedokteran Hewan  (FKH) UGM melakukan penelitian terhadap 8 delapan peternakan unggas skala komersial yang ada di DIY. Penelitian yang dilakukan selam 1,5 tahun itu ditemukan bahwa tidak terdapat indikasi adanya virus Avian influenza (AI) H5N1 atau dikenal dengan nama flu burung. Hal itu disampaikan  Dr. drh. Michael Haryadi Wibowo, M.P., peneliti mikrobiologi dari Fakultas Kedokteran Hewan UGM dalam pemaparannya yang disampaikan di University Club UGM, Kamis (26/3).

Penelitian yang dilakukan pada lokasi peternakan unggas di Kabupaten Sleman, Kulonprogo dan Gunungkidul. Berdasarkan uji HI, RT-PCR dan VI pada titer antibodi tidak terindikasi infeksi virus H5N1 pada ayam yang berumur 18-68 minggu.  “Semua farm tidak terdeteksi AI,” katanya.
Tidak terdapatnya indikasi virus AI, Haryadi menengarai karena masing-masing peternakan melaksanakan proses biosekuriti dan sanitasi secara ketat serta vaksinasi secara teratur. “Biosekuriti dan vaksinasi bisa menekan kasus AI,” katanya.

Penelitian yang bekerja sama dengan peneliti dari Australia ini diketahui peternakan unggas di DIY rata-rata melaksanakan vaksinasi 2-4 kali. Berbeda dengan di Jawa barat, peternak umumnya melaksanakan vaksinasi hingga 4-6 kali.  “Vaksinasi AI sebenarnya bisa dilakukan pada umur 35-40 minggu agar titer HI memadai sampai usia menjelang afkir,” katanya.

Selain itu,  kata Haryadi, praktek sanitasi dan desinfeksi juga perlu ditingkatkan untuk mengendalikan penyakit yang bersifat imunosupresi. “Tentunya dengan didukung manajemen tata laksana yang baik,” tuturnya.

Dalam kesempatan tersebut, Haryadi menyarankan agar peternak memperlakukan penyemprotan desinfektan pada setiap keranjang telur dan rak telur karena berpotensi sebagai sumber penularan. “Tempat telur dan rak telur seharusnya diberi desinfektan,” katanya.

Peneliti Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta drh. Hendra Wibawa, Ph.D., mengatakan sejak 2012, virus H5N1 yang dominan ditemukan pada unggas di Indonesia adalah clade 2.1.3.1 dan clade 2.3.2.1. Strategi dalam penanganan perubahan genetik dan antigenik virus ini sangat perlukan melalui tindakan vaksinasi dengan memperhatikan strain maing-masing clade, jenis vaksin lokal yang efektif dan memonitor virus secara rutin. “Tujuannya mengetahui virus yang bersirkulasi,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Monday, May 18, 2015

Suku Bajo Kabalutan Tinggal di Pinggir Laut

YOGYAKARTA –Suku Bajo di Pulau Kabalutan Sulawesi Tengah memiliki kearifan sosial budaya dan pengetahuan lokal dalam pembentukan permukiman di pesisir laut. Sebanyak 72 persen rumah penduduk tinggal di pinggir laut dan membangun rumahnya persis menghadap laut. Pola pemukiman pun tidak dibuat linear namun melengkung mengikuti topografi bukit karang untuk melindungi rumah meraka dari ancaman badai dan gelombang tsunami. “Meski ada ancaman badai dan tsunami, perkembangan pemukiman mereka cenderung berkembang ke arah laut daripada menuju ke daratan,” kata mahasiwa program pascasarjana Fakultas Teknik UGM, Ahda Mulyati dalam ujian terbuka promosi doktor di ruang KPTU Fakultas Teknik UGM, Kamis (12/3).

Dosen Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah ini mengatakan arsitektur permukiman suku Bajo ini didasari falsafah sama di lao’disimbolkan oleh ruang lao’ atau laut sebagai pusat permukiman. “Konsep Sama di Lao’ memperkaya makna dan wawasan arsitektur permukiman khususnya permukiman vernakular perairan yang dibangun atas pengetahuan lokal,” katanya.

Cara bermukim yang unik ini, kata Mulyati, berawal dari bido’ (perahu) nelayan suku Bajo yang menetap di suatu Labuan atau tempat dimana mengandalkan laut sebagai sebagai sumber utama mata pencaharian. Masyarakat lokal mempercayai arsitektur permukiman yang mereka bangun memiliki tiga konsep utama yakni sama/same (identitas diri), malabu/madara (cara bermukim) dan pasidakanan (filosofi hidup). “Ketiga konsep ini membentuk konsep teori lokal sebagai pengikat dan mewarnai pemukiman secara sosial, spasial dan spiritual,” katanya.

Dikatakan Mulyati, model permukiman di tepi laut ini memperlihatkan identitas sosial suku Bajo Kabalutan yang tetap menjadikan laut sebagai sumber inspirasi. Konsepsi ini masih dipelihara dan dipertahankan sampai kini. Bagi penduduk Suku Bajo Kabalutan ini, laut dan mesjid selalu menjadi bagian dari ruang permukiman sebagai ruang spirit, “Hal itu tercermin dalam ruang spasial permukiman dan kehidupan sosialnya,” terangnya.

Dikatakan Mulyati, pemerintah daerah setempat pernah membangun rumah baru untuk pemukiman bagi penduduk suku bajo Kabalutan. Namun permukiman yang  dibangun jauh dari habitat mereka, laut, sehingga rumah-rumah tersebut terbengkalai. “Pemerintah tidak mempertimbangkan kearifan lokal suku Bajo yang bertahun-tahun hidup di pinggir laut,” tuturnya.

Meski demikian, imbuhnya, pengetahuan dan pendidikan Suku Bajo mayoritas masih sangat rendah. Hal itu dapat dilihat dari hasil tangkapan ikan yang melimpah tidak dijual dengan harga pasar melainkan dengan tengkulak bahkan sering ditukar dengan barang. “Mereka terbiasa menghabiskan hasil dari penjualan tangkapan ikan di hari itu juga,” paparnya.

Mulyati merekomendasikan agar pemerintah untuk memperhatikan kearifan lokal masyarakat setempat terutama dalam perencanaan pembangunan tata ruang di sekitar daerah pesisir serta meningkatkan taraf pendidikan masyarakat suku Bajo Kabalutan. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Sunday, May 17, 2015

Cegah Abrasi, Mahasiswa UGM Tanam 4 Ribu Bibit Mangrove

Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Komunitas Pecinta Mangrove UGM menanam 4.000 bibit mangrove di Pantai Trisik, Kulon Progo. Bibit mangrove ditanam di sepanjang Pantai Trisik, tepatnya di wilayah Desa Banaran, Kecamatan Galur, Kulon Progo.

“Penanaman pohon bakau ini untuk mengurangi abrasi pantai yang semakin meluas, erosi dan juga mencegah tsunami,” kata Ketua Komunitas Pecinta Mangrove UGM Sinom Sinung Probo Hapsoro, Senin (16/3) di Kampus UGM.

Probo menuturkan bahwa tingkat abrasi di wilayah DIY semakin mengkhawatirkan. Bahkan pada beberapa wilayah telah merusak infrastruktuf pemukiman warga. Kondisi tersebut juga terjadi di Pantai Trisik, tidak sedikit bangunan di sekitar pantai rusak bahkan terancam roboh akibat tergerus gelombang air laut yang semakin meluas dan menjorok ke daratan.

“Sejak 2014 lalu kita mulai tanam pohon bakau dari jenis Rhizophora sp. Dan Avecennia sp. Nantinya kita berharap pohon-pohon ini bisa berfungsi sebagai penahan dan pemecah ombak sehingga mengurangi abrasi,” ujarnya.

Dikatakan Probo, sebelumnya di kawasan tersebut telah terdapat hutan bakau. Namun karena tidak dikelola dengan baik menjadi hilang. Guna menjaga kelestarian daerah rintisan hutan bakau, pihaknya di  bawah bimbingan Dr. Budiadi, S.Hut., M.Agr., menggandeng masyarakat setempat dalam pengelolaannya.

“Semoga kedepannya hutan bakau ini bisa lestari sehingga tidak hanya menjadi pelindung pantai tetapi bisa memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar,” harapnya. (Humas UGM/Ika)

Saturday, May 16, 2015

5000 Orang Akan Ramaikan Aubade Pancasila di UGM

YOGYAKARTA – Pusat Studi Pancasila (PSP) Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan Paduan Suara Gelora Bahana Patria Yogyakarta kembali menyelenggarakan Aubade atau parade menyanyikan lagu-lagu nasional dan lagu mars perjuangan yang akan berlangsung di lapangan Graha Sabha Pramana, Universitas Gadjah Mada, Rabu (20/5). Kegiatan yang bertajuk Aubade Pancasila ini melibatkan 5000 orang anggota paduan suara yang berasal dari siswa sekolah dasar, sekolah menengah, mahasiswa perguruan tinggi, anggota karangtaruna, anggota PKK, organisasi pemuda dan kelompok paduan suara tionghoa. “Peserta paduan suara sangat beragam, ada yang berumur 8 tahun hingga yang berumur 80 tahun,” kata ketua panitia penyelenggara Surono kepada wartawan, Jumat (15/5).

Bila tahun sebelumnya, kegiatan aubade yang diselenggrakan PSP UGM ini mampu mengerahkan 1.350 anggota paduan suara, aubade kali ini PSP UGM berhasil mengumpulkan 5.000 orang anggota paduan suara dari wilayah Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kegiatan rutin diselenggrakan setiap hari kebangkitan nasional ini menurut Surono dalam bertujuan untuk menumbuhkan semangat nasionalisme, membangun karakter dan kemandirian bangsa di kalangan generasi muda. “Kita ingin mengaktualisaikan semangat bersatu melalui lagu nasional dan perjuangan,” katanya.

Sementara Priyo Dwiardo salah satu konduktor kelompok paduan suara mengatakan aubade kali ini peserta kelompok paduan suara akan menyanyikan 7 buah lagu yakni lagu Yogyakarta Istimewa, Aku Anak Indonesia, Mars Ki Hadjar Dewantara, Pahlwan Tanpa Tanda Jasa, Bendera, Negeriku, dan Indonesia Jaya. Kekenam lagu tersebut akan dinyanyikan secara. Acara akan dimulai pukul 15.00 hingga berakhir pukul 17.45. Sebelum itu, akan ada penyampaikan orasi budaya oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani dan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.“Keduanya akan menyampaikan orasi,” katanya.

Priyo menuturkan dia menyambut baik pelaksanaan aubade yang digagas PSP UGM. Menurutnya para generasi muda dan tenaga pendidik belakanga  ini  sangat jarang dikenalkan dengan lagu-lagu perjuangan. Meski begitu, menyanyikan lagu perjuangan tidak sekedar hanya hapal namun harus bisa menyanyikan lagu tersebut sesuai dengan notasi musik. “Sayang, lagu-lagu perjuangan seolah tenggelam karena beratnya beban kurikulum, menyanyi bukan lagi sebagai mata pelajaran saat saya pernah mengalminya di sekolah dulu,” kata Priyo.

Beberapa peserta anggota paduan suara yang akan meramaikan aubade Pancasila di UGM diantaranya, SD Bayangkara Yogyakarta, SDN Wonosari, SD Marsudirini, SMK Penabur Jalarta, SMAN 1 Purworejo, SMA Taruna Nusantara, Paduan Suara Universitas Mercu Buana Universitas Islam Indonesia, Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada, dan Paduan Suara Hakka Komunitas Tionghoa Malioboro. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Wednesday, May 13, 2015

UGM Dorong Pusat Studi Kembangkan Inovasi

UGM mendorong pusat studi di UGM untuk meningkatkan kontribusi dalam membangun ilmu pengetahuan. Salah satunya dilakukan dengan mengembangkan lebih banyak inovasi dalam berbagai aspek kehidupan yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara.

“Pusat studi diharapkan bisa mengembangkan inovasi yang dapat langsung bisa diterapkan untuk membangun pilar sosial ekonomi bangsa,” kata Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., Rabu (1/4) di Ruang Multimedia Kantor Pusat UGM saat pelantikan Kepala Pusat Studi di lingkungan UGM.

Rektor menyampaikan bahwa saat ini UGM bergerak menuju socio-enterperneur university yang dimulai dengan mendekati pihak industri dalam upaya hilirisasi hasil-hasil penelitian para peneliti UGM. Melalui langkah tersebut diharapkan berbagai hasil penelitian UGM dapat segera diaplikasikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

“Kita berusaha untuk tidak hanya di kegiatan tridharma saja, tetapi mengupayakan berbagai hasil tersebut bisa dihilirkan di industri dan segera diterapkan di komunitas,” jelasnya.

Dwikorita berharap ke depan pusat studi dapat bersinergi dengan fakultas dalam mengembangkan riset. Selain itu juga mampu menjalin interaksi dengan masyarakat dan industri agar menghasilkan produk yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat.

“Sangat kita harapkan sinergi pusat studi  agar UGM bisa menjadi lebih berarti untuk kepentingan nasional bahkan dunia,” tandasnya.

Adapun 19 Kepala Pusat Studi yang dilantik adalah Prof. Ir. Nur Yuwono, Dip.H.E.,Ph.D. (Kepala Pusat Studi Transportasi), Prof. Dr. Sigit Riyanto, S.H., LLM. (Kepala Pust Studi Keamanan dan Perdamaian), Prof.Dr.Ir. Siti Subandiyah, M.Agr.Sc. (Kepala Pusat Studi Bioteknologi), Prof. Dr. Ur. Umar Santoso, M.Sc. (Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi), Ir. Agam Marsoyo, M.Sc., Ph.D. (Kepala Pusat Studi Perencanaan dan Pembangunan Regional), Dr. Deendarlianto, S.T.,M.Eng. (Kepala Pusat Studi Energi), dan Dr. Djati Mardianto, S.Si., M.Si. (Kepala Pusat Studi Bencana).
Berikutnya, Ir. Subaryono, M.A., Ph.D., (Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup), Dr.Bambang Hudayana, M.A. (Kepala Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan), Dr. Agus Heruanto Hadna, S.IP., M.Si. (Kepala Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan), Dr. Poppy Sulistyaning Winanti, S.IP., M.P.P, M.Sc. (Kepala Pusat Studi Perdagangan Dunia), Dr.Phil. Hermin Indah Wahyuni, S.IP., M.Si. (Kepala Pusat Studi Sosial Asia Tenggara), Dr. Anthonius Tony Prasentiantono, M.Sc. (Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik), dan Dr. Aprinus Salam, M.Hum. (Kepala Pusat Studi Kebudayaan).
Kemudian, Dr. Ir. Djoko Wijono, M.Arch. (Kepala Pusat Studi Parwisata), Dr.rer.nat. Yosi Bayu Murti, S.Si., M.Si. (Kepala Pusat Studi Sumberdaya dan Teknologi Kelautan), Drs. Soperapto, S.U. (Plt. Kepala Pusat Studi Wanita), Dr. Ir. Soewarno, M.S. (Plt. Kepala Pusat Studi Pengelolaan Sumber Daya Hayati), dan Drs. Dumairy, M.A. (Kepala Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan). Dalam kesempatan itu turut dilantik  Dr.biol.hom. Nastiti Wijayanti, M.Si. (Kepala Subdirektorat Program Penelitian pada Direktorat Penelitian), dan Arif Nurwidyantoro, M.Cs. (Kepala Subdirektorat Integrasi dan Tata Kelola Sistem Informasi pada Direktorat Sistem dan Sumber Daya Informasi). (Humas UGM/Ika)

Tuesday, May 12, 2015

Mahasiswa UGM Raih Penghargaan Internasional Kompetisi UNESCO 2015

Agam Budi Satria, mahasiswa Fakultas Farmasi UGM angkatan 2011 meraih penghargaan internasional dalam US Federation UNESCO Clubs (USFUCA) Worldwide Multimedia Competition 2015. Pada kompetisi ini Agam meraih juara 2 dengan mengangkat keberhasilan program KKN PPM yang pernah dilaksanakan bersama teman-temannya di Papua Barat, Juli-Agustus 2014 lalu.

Agam menjelaskan pada kompetisi ini dirinya membuat video berdurasi 3 menit mengenai Program Pemasangan Panel Surya di Pulau Manyaifun, Raja Ampat, Papua Barat. Video ini menceritakan tentang perjalanan 30 mahasiswa UGM dalam menghadirkan sumber energi terbarukan melalui pemasangan panel surya di Pulau Manyaifun.

“Panel surya disana cukup penting karena pasokan listrik sangat terbatas. Kebetulan tema kompetisi ini adalah Year of Light,” papar Agam, Senin (20/4) di UGM.

Ia menuturkan kompetisi tersebut diikuti oleh ratusan pemuda dari 78 negara dalam 3 kategori, yaitu umur 11-15 tahun, 16-20 tahun dan 20-24 tahun. Mereka ditantang untuk berinovasi dalam memanfaatkan teknologi sustainable berbasis cahaya yang dapat digunakan bagi pendidikan, pertanian, kesehatan maupun energi.

“Selain video, ide bisa dituangkan dalam bentuk esai, presentasi maupun karya seni lain,” imbuhnya.
Menurut Agam kompetisi ini dibuka 17 November 2014 hingga 25 Januari 2015. Pada tahap penjurian dilakukan penilaian berdasarkan relevansi, kreativitas, orisinalitas, pengembangan, audiensi, serta kohesi. Setelah itu, pada 30 Maret 2015 UNESCO mengumumkan Top Nine Winners, dan Agam, masuk menjadi salah satunya.

“Juara pertama diraih oleh Universitas di Iran sedangkan yang ketiga diraih ITS,” papar Agam.
Pemasangan panel surya di Manyaifun, kata Agam, selain bermanfaat untuk penerangan sekaligus membantu kesuksesan program rumah belajar di sana. Sebagai bentuk apresiasi dari UNESCO-World Genesis Foundation, Agam mendapatkan kesempatan untuk menghadiri perkemahan musim panas, UNESCO Center for Peace Summer Cam, yang akan diselenggarakan di Maryland, AS selama 2 minggu, yaitu 19 Juli-1 Agustus 2015 sekaligus akan ada Special Ceremony untuk para pemenang. (Humas UGM/Satria)

Monday, May 11, 2015

Produksi Kedelai Nasional Masih Rendah

Selain beras dan jagung, kedelai merupakan salah satu komoditi pangan utama di Indonesia. Kebutuhan terhadap komoditas kedelai ini terus meningkat dari tahun ke tahun karena mempunyai banyak fungsi, baik sebagai bahan pangan utama, pakan ternak, maupun sebagai bahan baku industri skala besar hingga kecil atau rumah tangga.

Menurut Dr. Dudik Harnowo dari Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, rata-rata kebutuhan kedelai setiap tahun mencapai 2,2 juta. Sayangnya, produksi kedelai dalam negeri belum mampu memenuhi permintaan secara baik.

“Produksi kedelai dalam negeri baru mampu memenuhi kebutuhan sekitar 30% dan setidaknya 70% harus impor,” papar Dudik pada Seminar Nasional Agribisnis Kedelai: Antara Swasembada dan Kesejahteraan Petani di Fakultas Pertanian UGM, Kamis (7/5).

Dudik mencontohkan tahun 2013 produksi kedelai dalam negeri hanya mencapai 779.992 ton atau 33,9% dari total kebutuhan yang mencapai 2,2 juta ton sehingga kekurangannya sekitar 1,4 juta ton. Sementara tahun 2014 produksi kedelai mencapai 921.336 ton. Di sisi lain, peluang peningkatan produksi kedelai di dalam negeri masih terbuka lebar, baik melalui peningkatan produktivitas maupun perluasan areal tanam.

“Produksi kedelai di tingkat petani sebenarnya masih bisa ditingkatkan melalui inovasi teknologi, strategi peningkatan produktivitas dan areal tanam,” imbuhnya.

Dosen Fakultas Pertanian UGM, Prof. Dr. Ir. Masyhuri melihat selain terbatasnya lahan, teknologi bercocok tanam petani juga kurang baik. Kurang lebih 20% petani tidak menggunakan pupuk dan 31% yang menggunakan pupuk organik dan anorganik.

“Belum jika kita bicara tentang modal minim untuk produksi hingga pemasaran hasil,” kata Masyhuri.
Melihat kondisi tersebut Masyhuri menilai perlu peningkatan daya saing dan kesejahteraan petani maupun peningkatan produksi. Beberapa langkah yang bisa dilakukan yaitu perluasan lahan, teknologi budidaya dan akses penjaminan usaha.

Senada dengan Masyhuri, dosen Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Prof. Dr. Ir. Mary Astuti, MS mengatakan bahwa agroindustri kedelai dapat berkembang dengan baik jika didukung oleh petani dan kelompok tani yang melakukan kemitraan dengan industri pangan dan non pangan. Pengembangan industri berbasis kedelai harus didukung oleh pemerintah dengan mempermudah perijinan dan perbaikan infrastruktur. (Humas UGM/Satria)

Sunday, May 10, 2015

Calon Mahasiswa UGM Diterima Melalui SNMPTN 2015

Direktur Pendidikan dan Pengajaran UGM, Dr. Agr. Ir. Sri Peni Wastutiningsih, menyampaikan bahwa pada tahun ini ‎UGM menerima 3.371 calon mahasiswa Program Sarjana melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Calon mahasiswa yang diterima ini merupakan 5% dari jumlah pendaftar SNMPTN yang mendaftar di UGM. "Calon mahasiswa yang diterima ini berhasil masuk UGM setelah rekam prestasi akademiknya unggul bersaing dengan 66.748 peserta SNMPTN yang mendaftar di UGM," papar Peni. 

Peni juga menyampaikan informasi dari Panitia Nasional, bahwa pada tahun ini secara nasional pendaftar SNMPTN mencapai 852.093. “Pendaftar yang diterima secara nasional sebanyak 137.005 atau 16,08% dari pendaftar keseluruhan,” tutur Peni.

Peni menyampaikan bahwa prodi dengan pendaftar terbanyak dalam SNMPTN di UGM ‎kali ini adalah Program Studi Manajemen. Lima prodi bidang IPA dengan pendaftar terbanyak adalah Farmasi, Pendidikan Dokter, Teknologi Informasi, Teknik Sipil, dan Teknik Mesin. Sedangkan untuk bidang IPS adalah Manajemen, Psikologi, Akuntansi, Ilmu Hukum, dan Ilmu Komunikasi.

Selanjutnya Peni menjelaskan setelah ‎dinyatakan diterima di UGM, calon mahasiswa harus mengisi biodata yang tersedia di laman penerimaan mahasiswa baru UGM um.ugm.ac.id pada tanggal 12-18 Mei 2015. Selain mengisi biodata, calon mahasiswa harus mengunggah dokumen yang disyaratkan di laman tersebut. Peni menghimbau sebaiknya calon mahasiswa mempersiapkan dengan baik dokumen-dokumen yang akan diunggah tersebut seawal mungkin supaya dapat menyelesaikan pengisian biodata dengan baik.

Registrasi dilakukan secara online melalui tautan di laman um.ugm.ac.id pada tanggal 9-11 Juni 2015. Selain itu calon mahasiswa juga wajib mengikuti Academic English Proficiency Test (AcEPT) dan Tes Potensi Akademik (TPA) pada tanggal 9 Juni 2015 di kampus UGM sebagai salah satu syarat registrasi. “Lokasi dan waktu tes dapat dilihat di laman um.ugm.ac.id pada tanggal 5 Juni 2015 mulai pukul 17.00 WIB,’ kata Peni.

"Calon mahasiswa yang tidak melaksanakan re‎gistrasi sampai dengan tanggal 11 Juni 2015 pukul 16.00 WIB dianggap melepaskan haknya sebagai mahasiswa UGM di Tahun Akademik 2015/2016," pungkasnya. (Humas UGM)

Friday, May 8, 2015

Iptek Pengelasan Penting Bagi Pengembangan Industri Strategis di Indonesia

Dalam rangka menghadapi perdagangan bebas ASEAN (AFTA) dan antarnegara Asia-Pasifik (APEC) yang akan diberlakukan tahun 2020, pemerintah Indonesia meningkatkan daya saing industri di tingkat regional maupun internasional dengan mencanangkan visi Pembangunan Industri Nasional. Peraturan Presiden No 8 tahun 2008 menyebut Kebijakan Industri Nasional, visi Indonesia adalah menjadi negara industri tangguh di tahun 2025, dan sebagai visi antara Indonesia menjadi negara industri maju baru pada tahun 2020.

Bahkan selama kurun waktu 2010 s.d 2020, pertumbuhan industri rata-rata ditargetkan sebesar 9,43 persen dengan pertumbuhan industri kecil, menengah, dan industri besar masing-masing 10 persen, 17,47 persen dan 6,34 persen. Oleh karena itu, untuk merealisasikan target tersebut, salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi industri.
Pertumbuhan produksi manufaktur besar dan kecil pada triwulan II 2014 (BPS 2014), khususnya industri mesin, logam dasar, dan otomotif yang mengalami kenaikan cukup signifikan dibanding tahun sebelumnya merupakan kondisi yang menggembirakan bagi perekonomian Indonesia. Mengingat industri manufaktur merupakan sektor yang menyerap banyak tenaga kerja.

"Untuk itu, peran ilmu dan teknologi pengelasan menjadi penting bagi industri manufaktur di Indonesia, mengingat sebagian besar proses produksi di industri permesinan dan struktur menggunakan teknik pengelasan," ucap Prof. Mochammad Noer Ilman, S.T., M.Sc., Ph.D di Balai Senat, Selasa (7/4) saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
Noer Ilman menyatakan teknik pengelasan logam merupakan salah satu proses manufaktur yang banyak digunakan di berbagai industri. Disamping di bidang otomotif, teknik pengelasan logam dipergunakan pula di perpipaan, perkapalan, jembatan, bengunan lepas pantai, dan bahkan akhir-akhir ini dipergunakan untuk menyambung panel-panel pada bodi pesawat terbang (faselage).

Pemakaian las ini lebih luas dibanding dengan teknik penyambungan lainnya. Selain konstruksi mesin/struktur menjadi ringan las dapat dibuat dengan kekuatan tarik mendekati atau bahkan melebihi logam induknya, keandalan tinggi dan proses pengelasan relatif mudah dilakukan.
"Keunggulan lainnya pekerjaan pengelasan dapat dilakukan robot dan otomatisasi seperti di industri otomotif sehingga pekerjaan menjadi lebih efektif, menghasilkan produk dengan presisi tinggi, dan pekerjaan yang berbahaya dan sulit dikerjakan secara manual oleh manusia dapat dilakukan dengan mudah", ujar pria kelahiran Purwodadi, 28 November 1967 yang mengucap pidato berjudul "Inovasi Teknologi Pengelasan untuk Menunjang Industri Manufaktur di Indonesia".

Di luar itu, kata Noer Ilman, faktor ekonomi juga menjadi dasar dalam pemilihan las sebagai teknik penyambungan pada proses perakitan di industri manufaktur. Biaya total pengelasan meliputi biaya peralatan las, tenaga kerja, material consumable dan energi.
"Pada kondisi dimana industri manufaktur dituntut lebih kompetitif dan konsumen menuntut produk yang berkualitas, tetapi murah maka pemakaian robot dalam proses pengelasan merupakan salah satu alternatif untuk menekan komponen biaya tenaga kerja seperti pada industri otomotif", paparnya.
Ditinjau dari kepentingan nasional, menurut Noer Ilman, beberapa industri manufaktur dapat dikelompokkan sebagai industri strategis. Industri strategis yang menekankan penguasaan teknologi guna kepentingan nasional dalam upaya menciptakan kemandirian dalam bidang teknologi maupun pertahanan dan keamanan negara. Industri strategis ini meliputi industri yang terkait dengan kepentingan wilayah kelautan, udara, darat dan lingkungan hidup seperti industri perkapalan, kedirgantaraan, permesinan dan lain-lain.

"Di era globalisasi, industri-industri strategis ini dituntut padat modal, melakukan inovasi, dan bersifat integratif agar mampu bersaing di tingkat regional dan internasional. Industri strategis membutuhkan added cost yang cukup tinggi terutama untuk kepentingan penelitian dan pengembangan guna menciptakan added value sebesar-besarnya. Karena itulah peranan ilmu dan teknologi pengelasan sangat penting dalam pengembangan industri strategis di Indonesia", pungkasnya. (Humas UGM/ Agung)

Thursday, May 7, 2015

Dosen UNY Raih Doktor Usai Teliti Dimensi Estetik Seni Rupa Publik Yogyakarta

Dosen Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta, Drs. Hadjar Pamadhi, M.A., meraih gelar doktor dari Fakultas Filsafat UGM, Jum’at (24/4) usai menjalani ujian terbuka promosi doktor. Pria kelahiran Yogyakarta, 60 tahun silam ini berhasil mempertahankan disertasi yang mengkaji dimensi estetik seni rupa publik di Yogyakarta dalam relevansinya bagi pengembangan pendidikan seni di Indonesia.
Dihadapan tim penguji, Hadjar mengatakan bahwa seni rupa publik tidak menyekat medium dan gaya yang dipengaruhi oleh filsafat kontemporer dan posmodernisme. Ditandai dengan kebebasan mencipta, mengolah bentuk, medium seperti lukis, grafis, patung, musik dan tari. Misalnya dalam wayang dekonstruksi karya Heri Dono yang mendasarkan proporsi golden section dengan realis atau naturalis. Proporsi wayang sesuai pakem (kanon) seperti proporsi tubuh manusia secara realistik. Sedangkan pemikiran dekonstruksi bentuk wayang oleh Heri Dono terletak pada usaha melakukan penolakan proporsi metafisik bentuk wayang pakem seperti mengubah parodial bentuk ksatria menjadi Kstaria Kelelawar (Batman). “Gerakan ini menunjukkan karakteristik estetika urban Yogyakarta yaitu apropriasi terhadap seni tradisi dan prinsip modernisme pada penciptaan pada sisi fisik atau bentukan luar,”katanya.


Konteks perkembangan ideologi, apropriasi ide kerakyatan, lanjutnya, masih dipertahankan sebagai platfrom penciptaan. Posmodernisme mendorong bebas menggunakan mendium dan menjadikan estetika sebagai alat reprentasi ideologi dan sejarah sosial. Sehingga hal tersebut memberikan kemungkinan pembelajaran ekspresi bebas kepada anak.
Sementara hasil penelitian Hadjar yang lain memperlihatkan bahwa dimensi estetik yang terkandung dalam seni rupa publik berupa nilai sosial yang dikemas dalam abstraksi bentuk, abstraksi fisik, abstraksi metafisik bersifat dekonstruktif. Dalam dimensi proses estetika hadir saat penikmat dan perupa memberikan arti pada sebuah karya. Sedangkan dimensi pendidikan estetika seni rupa publik terletak pada kemampuan transfer nilai dan tarnsfer pelatihan perupa seni rupa publik yang menghasilkan habitus seni dan pendidikan karakter.
Terkait estetika seni rupa dalam pengembangan pendidikan seni di Indonesia, Hadjar mengatakan estetika radikal atau paralogi memberikan kesempatan anak memberi nilai dan melatih memahamai arti, bentuk, dan nilai sebuah objek. Pergeseran nilai estetika radikal dapat dijadikan model untuk mengajarkan berseni dan mengapresiasi karya seni. Lalu konsep paralogisme untuk memahami pergeseran subjek estetika secara histori dan radikal estetika bawah dapat dikemas untuk pendidikan rasa. (Humas UGM/Ika)

Dosen STAIN Kudus Raih Doktor Usai Teliti Tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah

Dosen STAIN Kudus, Saliyo, S.Ag., M.Si.,  memperoleh gelar doktor usai menjalani ujian terbuka program doktor dari Fakultas Psikologi UGM, Kamis (7/5). Dalam kesempatan tersebut Saliyo mempertahankan disertasi berjudul “Intensitas Zikir, Religiusitas, Makna Hidup dengan Subjective Well Being Santri Spiritual Tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah”.

Dari penelitian yang dilakukan pria kelahiran Kebumen, 43 tahun silam ini pada tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah di Pondok Pesantren Al-Huda Kebumen diketahui bahwa intensitas zikir, religiusitas, dan makna hidup yang dimiliki oleh pengikut tarekat tersebut secara bersama-sama tau mandiri berpengaruh terhadap pemenuhan fungsi kesejahteraan psikologis individu berkaitan dengan kehidupan lingkungannya (subjective well being). Anggota tarekat yang secara teratur dan berkualitas dalam berzikir, pengalaman agama dan makna hidupnya akan meningkat subjective well being-nya. “Secara psikologis, kata dia, orang yang baik subjective well being-nya akah melahirkan rasa tenang, damai, bahagia, dan kualitas hidup yang lebih baik. Orang itu akan dihiasi dengan sifat pasrah, ikhlas, ridho, legowo dan selalu bersyukur menjalani hidup,” terangnya.

Saliyo menyebutkan bahwa anggota tarekat yang melakukan zikir secara intensif, pengalaman keagamaan yang berkualitas, hidup bermakna dan memiliki kesejahteraan psikologis serta teratur berolahraga berpengaruh terhadap kesehatan hidupnya. Hal tersebut terbukti banyak anggota yang memiliki umur panjang dan sehat.

Menurutnya, pendidikan spiritual tarekat Naqsabandiyah Holidiyah ini merupakan pendidikan yang positif dan menyehatkan secara psikologis dan fisiologis dan dapat diterapkan pada usia dewasa. Sehingga pendidikan spiritual tarekat ini dapat dijadikan contoh bagi pendidikan lainnya karena mendidik karakter yang menciptakan peserta didik berakhlak mulia. (Humas UGM/Ika)

Search Web Here :

Google
Hope all visited can search anything in "Goole Search" above. click button BACK" in page search)