Friday, May 29, 2015

Penguatan Koperasi Untuk Kesejahteraan Rakyat

Mantan Menteri Koperasi Kabinet Pembangunan VI dan VII, Dr. (HC) Subiakto Tjakrawerdaja menyebutkan bahwa koperasi merupakan salah satu wadah gerakan ekonomi  rakyat untuk pengentasan kemiskinan di Indonesia dan mengadapi Masyarakat ekonomi Asean( MEA). Karenanya penting dilakukan pembangunan koperasi secara besar-besaran, terencana, dan terukur untuk mewujudkan kesejahteraan seluruh masyarakat. “Untuk mencapai tujuan itu maka pembangunan sistem ekonomi pancasila dan koperasi Indonesia selayaknya disinergikan dengan paradigma ekonomi biru,”katanya, Kamis (28/5) di University Club UGM.

Dalam kegiatan bedah bukunya berjudul Koperasi Indonesia, Konsep Pembangunan Ekonomi Politik yang diselenggarakan oleh Mubyarto Institute bekerja sama dengan Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM dan Universitas Trilogi , Subiakto menyampaikan pentingnya untuk membangun koperasi Indonesia yang memiliki konsep, taktik, serta strategi khas Indonesia. Koperasi dibangun dengan jiwa dan semangat kekeluargaan dan gotong royong diantara semua pelaku ekonomi nasional. Selain itu juga menerapkan hubungan kerja yang dinamis dan harmonis.

Subiyakto mengatakan koperasi di Indonesia harus berbeda dengan koperasi kebanyakan yang tumbuh dan berkembang di negara-negara barat. Karena menganut sistem ekonomi pancasila semestinya tidak berbau kapitalis. Namun memberdayakan dan memberikan perlindungan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi ekonomi dan sosial anggotanya. Juga mudah diakses oleh keluarga miskin. “Koperasi Indonesia beda dengan koperasi-koperasi di luar negeri. Koperasi Indonesia ditujukan untuk mengentaskan kemiskinan. Anggotanya justru masyarakat miskin, kalau di luar negeri anggota koperasinya bukan orang miskin,” urainya.

Sementara itu, pakar ekonomi Prof. M.Dawam Rahardjo menyebutkan  bahwa saat ini terdapat dua aliran utama mengenai koperasi di Indonesia.Pertama, aliran universalis yang dirintis Ibnoe Soedjojo yang memandang koperasi sebagai sistem ekonomi mikro dalam perekonomian pasar bebas. Kedua, aliran Koperasi Indonesia yang memandang koperasi sebagai sistem ekonomi mikro maupun makro. Pandangan ini dianut oleh Subiakto Tjakrawerdaja dan Muslimin Nasution. “ Kalau Muslimin Nasution berpandangan koperasi sebagai sistem ekonomi makro direstorasi seperti saat orde baru dimana ada sinergi antara koperasi, bulog, dan BRI. Sementara Subiakto ingin melakukan reformasi dengan menjadikan bulog sebagai trading house koperasi dan BRI menjadi bank koperasi,”jelasnya.
Tidak hanya itu, Dawam mengatakan  Subiakto juga menyusun arsiterktur ekonomi rakyat berbasis koperasi yang mencakup IKOPIN sebagai lembaga pendidikan. Kemudian koperasi audit sebagai lembaga audit koperasi dalam suatu arsitektur kelembagaan.

Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Prof. Dr. H. Edy Suandi Hamid, M.Ec., menyebutkan pemikiran Subiakto dengan Koperasi Indonesia sangat releven untuk diimplemntasikan dalam menghadapi globalisasi ekonomi. Langkah pertama dengan melakukan penguatan kelembagaan koperasi. Melalui cara tersebut koperasi diharapkan menjadi bangun usaha ekonomi rakyat banyak untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. “Penguatan koperasi tentunya juga didukung oleh persuahaan-perusahaan swasta serta BUMN yang kokoh sehingga masyarakat dapat menghadapi arus globalisasi ekonomi dan sejahtera,”terangya. (HUmas UGM/Ika)

Wednesday, May 27, 2015

Perempuan dan Laki-Laki Miliki Peluang sama Bermigrasi ke kota

Di abad 21, globalisasi, liberalisasi dan studi migrasi memberi perhatian pada migrasi internasional. Hal tersebut menjadikan migrasi internal, terutama migrasi desa - kota kurang mendapat perhatian sehingga terdapat kekosongan informasi terkait migrasi kota - desa.

Demikian disampaikan pakar kependudukan UGM, Prof. Dr. Tadjuddin Noer Effendi, M.A pada seminar "Pembangunan, Migrasi dan Kebijakan" di Auditorium Gedung Masri Singarimbun, Kamis (2/4). Seminar dalam rangka HUT ke-42 Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM, ini hadir beberapa pembicara diantaranya Prof. Chris Manning, Ph.D (ANU, Adjunct), Prof. Ir. Tommy Firman, M.Sc., Ph.D (ITB), Palmira Permata Bachtiar, M.Sc., M.A (SMERU) dan Dr. Sukamdi, M.Sc (PSKK UGM).

Tadjuddin mengatakan ditengah kecenderungan meningatnya angka migrasi internasional, isu migrasi desa - kota dinilai masih cukup penting guna memicu dan mendorong pertumbuhan penduduk kota. Oleh karena itu, baginya, penting untuk kembali meneliti tren serta pola migrasi desa - kota sebagai gejala sosial - ekonomi yang berdampak penting untuk peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup.
"Salah satu dampaknya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Selain itu, perlu diketahui bagaimana pola migrasi internal, terutama desa - kota dan implikasinya bagi kesejahteraan migran di kota di abad 21 ini," katanya.

Menyampaikan data temuan survei Rural-urban Migration in China and Indonesia (RUMiCI) di empat kota di Indonesia, yaitu Tangerang, Samarinda, Medan dan Makassar, Tadjuddin menyatakan selama lima tahun terakhir peluang perempuan perdesaan untuk bermigrasi  ke kota hampir sama dengan peluang laki-laki. Di Tangerang, misalnya peluang perempuan untuk bermigrasi dari desa ke kota mencapai 48 persen.

"Angka ini tidak terpaut jauh dengan peluang laki-laki bermigrasi ke kota, yaitu 52 persen", ungkapnya.

Sementara itu, jika dilihat dari karakteristik umurnya, risen migran maka di semua kota berusia muda. Baik perempuan maupun laki-laki dominan berada pada kelompok umur 20 sampai 29 tahun. Pada kelompok umur ini, jumlah perempuan masih lebih banyak di bandingkan laki-laki.

"Risen migran menurut definisi BPS, adalah orang yang pada saat sensus penduduk atau pencacahan tinggal di provinsi yang berbeda dengan provinsi tempat tinggalnya saat lima tahun yang lalu. Dan risen migran perempuan baik yang melanjutkan pendidikan seperti di Makassar maupun yang bekerja di pabrik seperti di Tangerang adalah memang berusia muda", imbuhnya.

Dari studi empat kota ini, menurut Tadjuddin, memperlihatkan kesejahteraan para migran desa - kota mengalami perbaikan meskipun perbaikan kesejahteraan tersebut belum seperti penduduk kota lainnya. Seperti untuk tingkat pendidikan, risen migran perempuanjuga masih lebih tinggi dibanding laki-laki, terkecuali di Samarinda.

"Para migran perempuan usia muda dari perdesaan dalam lima tahun terakhir memang memiliki tingkat pendidikan yang relatif lebih baik. Peluangnya untuk bermigrasi ke kota pun relatif sama dengan laki-laki, dan mereka banyak bekerja di sektor manufaktur. Meski, tak sedikit pula yang bekerja dengan upah rendah dan berstatus outsorching", katanya lagi.

Prof. Tommy Firman, pakar perencanaan wilayah dan kota dari ITB menyatakan migrasi desa - kota atau urbanisasi sering dikaitkan dengan tingkat perkembangan ekonomi. Urbanisasi terjadi seiring dengan pergeseran struktur ekonomi dari agraris ke sektor industri dan jasa.

"Selama periode 2000 hingga 2010, penduduk perkotaan tumbuh dari 85 juta menjadi 118 juta lebih. Tingkat urbanisasi, yaitu proporsi penduduk perkotaan naik signifikan dari 41,9 persen menjadi 49,7 persen selama sepuluh tahun," katanya.

Dalam kurun waktu sepuluh tahun itu, kata Tommy, jumlah daerah perkotaan di Indonesia  mengalami peningkatan. Derah perkotaan di Jawa dinilai lebih meningkat signifikan dibanding dengan wilayah lain di luar Jawa, yaitu dari 30,02 persen menjadi 36,66 persen. Sementara di luar Jawa kota yang mengalami peningkatan tertinggi adalah Bali, dari 34,22 persen menjadi 36,92 persen disusul Sumatera Utara dan Kalimantan Timur.

Meski penduduk perkotaan berkembang pesat dengan berbagai tingkat variasi, namun penduduk perkotaan sebagian besar masih terkonsentrasi di kota-kota besar di Jawa terutama di Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). "Oleh karena itu, dari pembangunan perkotaan dan perspektif perencanaan mestinya diharapkan ada kebijakan perkotaan nasional yang dilaksanakan secara konsisten guna merangsang pembangunan kota-kota di pulau-pulau terluar Indonesia", tandas Tommy. (Humas UGM/ Agung)

Sunday, May 24, 2015

Koordinasi Perencanaan Transportasi Antar Wilayah

Manajemen rekayasa lalu lintas telah diterapkan Pemerintah DIY di sejumlah kawasan guna mengurai kemacetan yang semakin meningkat. Meskipun demikian, perlu dilakukan sinkronisasi perencanaan transportasi di setiap wilayah agar perencanaan transportasi yang dihasilkan tidak menimbulkan dampak negatif bagi wilayah lainnya. Hal tersebut mengemuka dalam Forum Lalu Lintas Angkutan Jalan DIY (LLAJ) di Pusat Studi Transportasi dan Logistik (PUSTRAL) UGM baru-baru ini.

Deni Prasetio Nugroho, S.T., M.T., peneliti Pustral UGM menyampaikan dalam forum yang dihadiri perwakilan pemangku kebijakan, penegak hukum, akademisi, dan masyarakat DIY ini dibahas berbagai upaya untuk memecahkan permasalahan lalu lintas angkutan jalan DIY. Selain merekomendasikan adanya koordinasi dalam pembuatan masterplan transportasi, pemerintah juga diharapkan dapat membuat rekayasa lalu lintas dalam lingkup yang lebih luas.“Selama ini sudah diselesaikan permasalahan rekayasa lalu lintas terbatas, kedepan perlu rekayasa dalam cakupan yang lebih besar,” jelasnya.

Penyiapan daerah dalam menyambut sejumlah kegiatan liburan rutin seperti libur lebaran dan libur sekolah juga penting dilakukan untuk meminimalisir dampak lalu lintas kunjungan wisata. Misalnya saja dengan membuat perencanaan dan pembagian kewenangan sesuai dengan tupoksi masing-masing lembaga terkait. “Beberapa kegiatan yang sudah pasti terjadi dampak lalu lintasnya bisa disiapkan sejak awal cara penanganannya,” ujarnya.

Dalam forum tersebut turut dilakukan evaluasi manajemen rekayasa lalu lintas yang telah dilakukan salah satunya di Jalan Godean. Untuk mengurangi kemacetan di ruas jalan tersebut, khususnya antara simpang Mirota Godean hingga Simpang Bener dalam jangka pendek perlu ditempatkan pembatas jalan dengan traffic cone, selanjutnya dalam jangka panjang bisa ditambahkan dengan devider. Selain itu juga pelebaran dengan perbaikan pada bahu jalan. “Kita juga usulkan Simpang Jatikencana menjadi simpang 4 agar bisa menjadi jalur allternatif penghubung ke arah utara,”imbuhnya. (Humas UGM/Ika)

Friday, May 22, 2015

Rupiah Melemah, Pemerintah Harus Pulihkan Kepercayaan Publik

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang saat ini melebihi Rp 13.000 per dolar dinilai telah melebihi nilai sebenarnya. Jika pernyataan pemerintah dan Bank Indonesia yang menyatakan bahwa fundamental ekonomi Indonesia kuat, kelebihan nilai dolar terhadap rupiah tersebut lebih disebabkan oleh sentimen atau kepercayaan terhadap pemerintah sedang turun.

Demikian benang merah yang mengemuka dari diskusi Teras Kita, yang diselenggarakan oleh PP Kagama bekerjasama dengan Kompas Komunitas dan Radio Sonora Network, Sabtu (28/3) di Jakarta.

Haryadi Himawan dari PP Kagama berharap agar pemerintah segera melakukan langkah-langkah nyata untuk memenuhi kepercayaan publik. Presiden Jokowi harus kembali menunjukan strong leadership. Berlarutnya persoalan suksesi Kapolri, misalnya, harus diselesaikan segera tanpa perlu berlarut-larut lagi.

“Selain itu persoalan pungutan di sektor retail dan jalur transportasi harus dibereskan agar para pelaku ekonomi tidak terkena biaya ekstra yang tidak perlu. Jika ini masih terjadi pada gilirannya hanya membebani pembeli rakyat kebanyakan,” kata Haryadi.

Menurut Haryadi ada harapan peluang penguatan nilai tukar rupiah yang akan mengikuti koreksi harga minyak. Tapi tentu pemerintah tidak bisa hanya bersandar pada kekuatan pasar minyak mentah. Pekerjaan rumah yang nyata bagi pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk memperbaiki kelambatan pengambilan keputusan, memperbaiki perilaku aparatur negara agar memulihkan kepercayaan publik terhadap pemerintahan ini. ‎

“Untuk jangka panjang pemerintah juga perlu memulihkan asa memperkuat sektor manufaktur agar tekanan nilai tukar dolar terhadap rupiah dapat diperlemah,” terangnya. (Humas UGM/Satria)

Tuesday, May 19, 2015

Rutin Vaksinasi, Unggas di DIY Bebas Flu Burung

YOGYAKARTA – Tim Peneliti dari Fakultas Kedokteran Hewan  (FKH) UGM melakukan penelitian terhadap 8 delapan peternakan unggas skala komersial yang ada di DIY. Penelitian yang dilakukan selam 1,5 tahun itu ditemukan bahwa tidak terdapat indikasi adanya virus Avian influenza (AI) H5N1 atau dikenal dengan nama flu burung. Hal itu disampaikan  Dr. drh. Michael Haryadi Wibowo, M.P., peneliti mikrobiologi dari Fakultas Kedokteran Hewan UGM dalam pemaparannya yang disampaikan di University Club UGM, Kamis (26/3).

Penelitian yang dilakukan pada lokasi peternakan unggas di Kabupaten Sleman, Kulonprogo dan Gunungkidul. Berdasarkan uji HI, RT-PCR dan VI pada titer antibodi tidak terindikasi infeksi virus H5N1 pada ayam yang berumur 18-68 minggu.  “Semua farm tidak terdeteksi AI,” katanya.
Tidak terdapatnya indikasi virus AI, Haryadi menengarai karena masing-masing peternakan melaksanakan proses biosekuriti dan sanitasi secara ketat serta vaksinasi secara teratur. “Biosekuriti dan vaksinasi bisa menekan kasus AI,” katanya.

Penelitian yang bekerja sama dengan peneliti dari Australia ini diketahui peternakan unggas di DIY rata-rata melaksanakan vaksinasi 2-4 kali. Berbeda dengan di Jawa barat, peternak umumnya melaksanakan vaksinasi hingga 4-6 kali.  “Vaksinasi AI sebenarnya bisa dilakukan pada umur 35-40 minggu agar titer HI memadai sampai usia menjelang afkir,” katanya.

Selain itu,  kata Haryadi, praktek sanitasi dan desinfeksi juga perlu ditingkatkan untuk mengendalikan penyakit yang bersifat imunosupresi. “Tentunya dengan didukung manajemen tata laksana yang baik,” tuturnya.

Dalam kesempatan tersebut, Haryadi menyarankan agar peternak memperlakukan penyemprotan desinfektan pada setiap keranjang telur dan rak telur karena berpotensi sebagai sumber penularan. “Tempat telur dan rak telur seharusnya diberi desinfektan,” katanya.

Peneliti Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta drh. Hendra Wibawa, Ph.D., mengatakan sejak 2012, virus H5N1 yang dominan ditemukan pada unggas di Indonesia adalah clade 2.1.3.1 dan clade 2.3.2.1. Strategi dalam penanganan perubahan genetik dan antigenik virus ini sangat perlukan melalui tindakan vaksinasi dengan memperhatikan strain maing-masing clade, jenis vaksin lokal yang efektif dan memonitor virus secara rutin. “Tujuannya mengetahui virus yang bersirkulasi,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Monday, May 18, 2015

Suku Bajo Kabalutan Tinggal di Pinggir Laut

YOGYAKARTA –Suku Bajo di Pulau Kabalutan Sulawesi Tengah memiliki kearifan sosial budaya dan pengetahuan lokal dalam pembentukan permukiman di pesisir laut. Sebanyak 72 persen rumah penduduk tinggal di pinggir laut dan membangun rumahnya persis menghadap laut. Pola pemukiman pun tidak dibuat linear namun melengkung mengikuti topografi bukit karang untuk melindungi rumah meraka dari ancaman badai dan gelombang tsunami. “Meski ada ancaman badai dan tsunami, perkembangan pemukiman mereka cenderung berkembang ke arah laut daripada menuju ke daratan,” kata mahasiwa program pascasarjana Fakultas Teknik UGM, Ahda Mulyati dalam ujian terbuka promosi doktor di ruang KPTU Fakultas Teknik UGM, Kamis (12/3).

Dosen Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah ini mengatakan arsitektur permukiman suku Bajo ini didasari falsafah sama di lao’disimbolkan oleh ruang lao’ atau laut sebagai pusat permukiman. “Konsep Sama di Lao’ memperkaya makna dan wawasan arsitektur permukiman khususnya permukiman vernakular perairan yang dibangun atas pengetahuan lokal,” katanya.

Cara bermukim yang unik ini, kata Mulyati, berawal dari bido’ (perahu) nelayan suku Bajo yang menetap di suatu Labuan atau tempat dimana mengandalkan laut sebagai sebagai sumber utama mata pencaharian. Masyarakat lokal mempercayai arsitektur permukiman yang mereka bangun memiliki tiga konsep utama yakni sama/same (identitas diri), malabu/madara (cara bermukim) dan pasidakanan (filosofi hidup). “Ketiga konsep ini membentuk konsep teori lokal sebagai pengikat dan mewarnai pemukiman secara sosial, spasial dan spiritual,” katanya.

Dikatakan Mulyati, model permukiman di tepi laut ini memperlihatkan identitas sosial suku Bajo Kabalutan yang tetap menjadikan laut sebagai sumber inspirasi. Konsepsi ini masih dipelihara dan dipertahankan sampai kini. Bagi penduduk Suku Bajo Kabalutan ini, laut dan mesjid selalu menjadi bagian dari ruang permukiman sebagai ruang spirit, “Hal itu tercermin dalam ruang spasial permukiman dan kehidupan sosialnya,” terangnya.

Dikatakan Mulyati, pemerintah daerah setempat pernah membangun rumah baru untuk pemukiman bagi penduduk suku bajo Kabalutan. Namun permukiman yang  dibangun jauh dari habitat mereka, laut, sehingga rumah-rumah tersebut terbengkalai. “Pemerintah tidak mempertimbangkan kearifan lokal suku Bajo yang bertahun-tahun hidup di pinggir laut,” tuturnya.

Meski demikian, imbuhnya, pengetahuan dan pendidikan Suku Bajo mayoritas masih sangat rendah. Hal itu dapat dilihat dari hasil tangkapan ikan yang melimpah tidak dijual dengan harga pasar melainkan dengan tengkulak bahkan sering ditukar dengan barang. “Mereka terbiasa menghabiskan hasil dari penjualan tangkapan ikan di hari itu juga,” paparnya.

Mulyati merekomendasikan agar pemerintah untuk memperhatikan kearifan lokal masyarakat setempat terutama dalam perencanaan pembangunan tata ruang di sekitar daerah pesisir serta meningkatkan taraf pendidikan masyarakat suku Bajo Kabalutan. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Sunday, May 17, 2015

Cegah Abrasi, Mahasiswa UGM Tanam 4 Ribu Bibit Mangrove

Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Komunitas Pecinta Mangrove UGM menanam 4.000 bibit mangrove di Pantai Trisik, Kulon Progo. Bibit mangrove ditanam di sepanjang Pantai Trisik, tepatnya di wilayah Desa Banaran, Kecamatan Galur, Kulon Progo.

“Penanaman pohon bakau ini untuk mengurangi abrasi pantai yang semakin meluas, erosi dan juga mencegah tsunami,” kata Ketua Komunitas Pecinta Mangrove UGM Sinom Sinung Probo Hapsoro, Senin (16/3) di Kampus UGM.

Probo menuturkan bahwa tingkat abrasi di wilayah DIY semakin mengkhawatirkan. Bahkan pada beberapa wilayah telah merusak infrastruktuf pemukiman warga. Kondisi tersebut juga terjadi di Pantai Trisik, tidak sedikit bangunan di sekitar pantai rusak bahkan terancam roboh akibat tergerus gelombang air laut yang semakin meluas dan menjorok ke daratan.

“Sejak 2014 lalu kita mulai tanam pohon bakau dari jenis Rhizophora sp. Dan Avecennia sp. Nantinya kita berharap pohon-pohon ini bisa berfungsi sebagai penahan dan pemecah ombak sehingga mengurangi abrasi,” ujarnya.

Dikatakan Probo, sebelumnya di kawasan tersebut telah terdapat hutan bakau. Namun karena tidak dikelola dengan baik menjadi hilang. Guna menjaga kelestarian daerah rintisan hutan bakau, pihaknya di  bawah bimbingan Dr. Budiadi, S.Hut., M.Agr., menggandeng masyarakat setempat dalam pengelolaannya.

“Semoga kedepannya hutan bakau ini bisa lestari sehingga tidak hanya menjadi pelindung pantai tetapi bisa memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar,” harapnya. (Humas UGM/Ika)

Saturday, May 16, 2015

5000 Orang Akan Ramaikan Aubade Pancasila di UGM

YOGYAKARTA – Pusat Studi Pancasila (PSP) Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan Paduan Suara Gelora Bahana Patria Yogyakarta kembali menyelenggarakan Aubade atau parade menyanyikan lagu-lagu nasional dan lagu mars perjuangan yang akan berlangsung di lapangan Graha Sabha Pramana, Universitas Gadjah Mada, Rabu (20/5). Kegiatan yang bertajuk Aubade Pancasila ini melibatkan 5000 orang anggota paduan suara yang berasal dari siswa sekolah dasar, sekolah menengah, mahasiswa perguruan tinggi, anggota karangtaruna, anggota PKK, organisasi pemuda dan kelompok paduan suara tionghoa. “Peserta paduan suara sangat beragam, ada yang berumur 8 tahun hingga yang berumur 80 tahun,” kata ketua panitia penyelenggara Surono kepada wartawan, Jumat (15/5).

Bila tahun sebelumnya, kegiatan aubade yang diselenggrakan PSP UGM ini mampu mengerahkan 1.350 anggota paduan suara, aubade kali ini PSP UGM berhasil mengumpulkan 5.000 orang anggota paduan suara dari wilayah Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kegiatan rutin diselenggrakan setiap hari kebangkitan nasional ini menurut Surono dalam bertujuan untuk menumbuhkan semangat nasionalisme, membangun karakter dan kemandirian bangsa di kalangan generasi muda. “Kita ingin mengaktualisaikan semangat bersatu melalui lagu nasional dan perjuangan,” katanya.

Sementara Priyo Dwiardo salah satu konduktor kelompok paduan suara mengatakan aubade kali ini peserta kelompok paduan suara akan menyanyikan 7 buah lagu yakni lagu Yogyakarta Istimewa, Aku Anak Indonesia, Mars Ki Hadjar Dewantara, Pahlwan Tanpa Tanda Jasa, Bendera, Negeriku, dan Indonesia Jaya. Kekenam lagu tersebut akan dinyanyikan secara. Acara akan dimulai pukul 15.00 hingga berakhir pukul 17.45. Sebelum itu, akan ada penyampaikan orasi budaya oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani dan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.“Keduanya akan menyampaikan orasi,” katanya.

Priyo menuturkan dia menyambut baik pelaksanaan aubade yang digagas PSP UGM. Menurutnya para generasi muda dan tenaga pendidik belakanga  ini  sangat jarang dikenalkan dengan lagu-lagu perjuangan. Meski begitu, menyanyikan lagu perjuangan tidak sekedar hanya hapal namun harus bisa menyanyikan lagu tersebut sesuai dengan notasi musik. “Sayang, lagu-lagu perjuangan seolah tenggelam karena beratnya beban kurikulum, menyanyi bukan lagi sebagai mata pelajaran saat saya pernah mengalminya di sekolah dulu,” kata Priyo.

Beberapa peserta anggota paduan suara yang akan meramaikan aubade Pancasila di UGM diantaranya, SD Bayangkara Yogyakarta, SDN Wonosari, SD Marsudirini, SMK Penabur Jalarta, SMAN 1 Purworejo, SMA Taruna Nusantara, Paduan Suara Universitas Mercu Buana Universitas Islam Indonesia, Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada, dan Paduan Suara Hakka Komunitas Tionghoa Malioboro. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Wednesday, May 13, 2015

UGM Dorong Pusat Studi Kembangkan Inovasi

UGM mendorong pusat studi di UGM untuk meningkatkan kontribusi dalam membangun ilmu pengetahuan. Salah satunya dilakukan dengan mengembangkan lebih banyak inovasi dalam berbagai aspek kehidupan yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara.

“Pusat studi diharapkan bisa mengembangkan inovasi yang dapat langsung bisa diterapkan untuk membangun pilar sosial ekonomi bangsa,” kata Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., Rabu (1/4) di Ruang Multimedia Kantor Pusat UGM saat pelantikan Kepala Pusat Studi di lingkungan UGM.

Rektor menyampaikan bahwa saat ini UGM bergerak menuju socio-enterperneur university yang dimulai dengan mendekati pihak industri dalam upaya hilirisasi hasil-hasil penelitian para peneliti UGM. Melalui langkah tersebut diharapkan berbagai hasil penelitian UGM dapat segera diaplikasikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

“Kita berusaha untuk tidak hanya di kegiatan tridharma saja, tetapi mengupayakan berbagai hasil tersebut bisa dihilirkan di industri dan segera diterapkan di komunitas,” jelasnya.

Dwikorita berharap ke depan pusat studi dapat bersinergi dengan fakultas dalam mengembangkan riset. Selain itu juga mampu menjalin interaksi dengan masyarakat dan industri agar menghasilkan produk yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat.

“Sangat kita harapkan sinergi pusat studi  agar UGM bisa menjadi lebih berarti untuk kepentingan nasional bahkan dunia,” tandasnya.

Adapun 19 Kepala Pusat Studi yang dilantik adalah Prof. Ir. Nur Yuwono, Dip.H.E.,Ph.D. (Kepala Pusat Studi Transportasi), Prof. Dr. Sigit Riyanto, S.H., LLM. (Kepala Pust Studi Keamanan dan Perdamaian), Prof.Dr.Ir. Siti Subandiyah, M.Agr.Sc. (Kepala Pusat Studi Bioteknologi), Prof. Dr. Ur. Umar Santoso, M.Sc. (Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi), Ir. Agam Marsoyo, M.Sc., Ph.D. (Kepala Pusat Studi Perencanaan dan Pembangunan Regional), Dr. Deendarlianto, S.T.,M.Eng. (Kepala Pusat Studi Energi), dan Dr. Djati Mardianto, S.Si., M.Si. (Kepala Pusat Studi Bencana).
Berikutnya, Ir. Subaryono, M.A., Ph.D., (Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup), Dr.Bambang Hudayana, M.A. (Kepala Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan), Dr. Agus Heruanto Hadna, S.IP., M.Si. (Kepala Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan), Dr. Poppy Sulistyaning Winanti, S.IP., M.P.P, M.Sc. (Kepala Pusat Studi Perdagangan Dunia), Dr.Phil. Hermin Indah Wahyuni, S.IP., M.Si. (Kepala Pusat Studi Sosial Asia Tenggara), Dr. Anthonius Tony Prasentiantono, M.Sc. (Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik), dan Dr. Aprinus Salam, M.Hum. (Kepala Pusat Studi Kebudayaan).
Kemudian, Dr. Ir. Djoko Wijono, M.Arch. (Kepala Pusat Studi Parwisata), Dr.rer.nat. Yosi Bayu Murti, S.Si., M.Si. (Kepala Pusat Studi Sumberdaya dan Teknologi Kelautan), Drs. Soperapto, S.U. (Plt. Kepala Pusat Studi Wanita), Dr. Ir. Soewarno, M.S. (Plt. Kepala Pusat Studi Pengelolaan Sumber Daya Hayati), dan Drs. Dumairy, M.A. (Kepala Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan). Dalam kesempatan itu turut dilantik  Dr.biol.hom. Nastiti Wijayanti, M.Si. (Kepala Subdirektorat Program Penelitian pada Direktorat Penelitian), dan Arif Nurwidyantoro, M.Cs. (Kepala Subdirektorat Integrasi dan Tata Kelola Sistem Informasi pada Direktorat Sistem dan Sumber Daya Informasi). (Humas UGM/Ika)

Tuesday, May 12, 2015

Mahasiswa UGM Raih Penghargaan Internasional Kompetisi UNESCO 2015

Agam Budi Satria, mahasiswa Fakultas Farmasi UGM angkatan 2011 meraih penghargaan internasional dalam US Federation UNESCO Clubs (USFUCA) Worldwide Multimedia Competition 2015. Pada kompetisi ini Agam meraih juara 2 dengan mengangkat keberhasilan program KKN PPM yang pernah dilaksanakan bersama teman-temannya di Papua Barat, Juli-Agustus 2014 lalu.

Agam menjelaskan pada kompetisi ini dirinya membuat video berdurasi 3 menit mengenai Program Pemasangan Panel Surya di Pulau Manyaifun, Raja Ampat, Papua Barat. Video ini menceritakan tentang perjalanan 30 mahasiswa UGM dalam menghadirkan sumber energi terbarukan melalui pemasangan panel surya di Pulau Manyaifun.

“Panel surya disana cukup penting karena pasokan listrik sangat terbatas. Kebetulan tema kompetisi ini adalah Year of Light,” papar Agam, Senin (20/4) di UGM.

Ia menuturkan kompetisi tersebut diikuti oleh ratusan pemuda dari 78 negara dalam 3 kategori, yaitu umur 11-15 tahun, 16-20 tahun dan 20-24 tahun. Mereka ditantang untuk berinovasi dalam memanfaatkan teknologi sustainable berbasis cahaya yang dapat digunakan bagi pendidikan, pertanian, kesehatan maupun energi.

“Selain video, ide bisa dituangkan dalam bentuk esai, presentasi maupun karya seni lain,” imbuhnya.
Menurut Agam kompetisi ini dibuka 17 November 2014 hingga 25 Januari 2015. Pada tahap penjurian dilakukan penilaian berdasarkan relevansi, kreativitas, orisinalitas, pengembangan, audiensi, serta kohesi. Setelah itu, pada 30 Maret 2015 UNESCO mengumumkan Top Nine Winners, dan Agam, masuk menjadi salah satunya.

“Juara pertama diraih oleh Universitas di Iran sedangkan yang ketiga diraih ITS,” papar Agam.
Pemasangan panel surya di Manyaifun, kata Agam, selain bermanfaat untuk penerangan sekaligus membantu kesuksesan program rumah belajar di sana. Sebagai bentuk apresiasi dari UNESCO-World Genesis Foundation, Agam mendapatkan kesempatan untuk menghadiri perkemahan musim panas, UNESCO Center for Peace Summer Cam, yang akan diselenggarakan di Maryland, AS selama 2 minggu, yaitu 19 Juli-1 Agustus 2015 sekaligus akan ada Special Ceremony untuk para pemenang. (Humas UGM/Satria)

Monday, May 11, 2015

Produksi Kedelai Nasional Masih Rendah

Selain beras dan jagung, kedelai merupakan salah satu komoditi pangan utama di Indonesia. Kebutuhan terhadap komoditas kedelai ini terus meningkat dari tahun ke tahun karena mempunyai banyak fungsi, baik sebagai bahan pangan utama, pakan ternak, maupun sebagai bahan baku industri skala besar hingga kecil atau rumah tangga.

Menurut Dr. Dudik Harnowo dari Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, rata-rata kebutuhan kedelai setiap tahun mencapai 2,2 juta. Sayangnya, produksi kedelai dalam negeri belum mampu memenuhi permintaan secara baik.

“Produksi kedelai dalam negeri baru mampu memenuhi kebutuhan sekitar 30% dan setidaknya 70% harus impor,” papar Dudik pada Seminar Nasional Agribisnis Kedelai: Antara Swasembada dan Kesejahteraan Petani di Fakultas Pertanian UGM, Kamis (7/5).

Dudik mencontohkan tahun 2013 produksi kedelai dalam negeri hanya mencapai 779.992 ton atau 33,9% dari total kebutuhan yang mencapai 2,2 juta ton sehingga kekurangannya sekitar 1,4 juta ton. Sementara tahun 2014 produksi kedelai mencapai 921.336 ton. Di sisi lain, peluang peningkatan produksi kedelai di dalam negeri masih terbuka lebar, baik melalui peningkatan produktivitas maupun perluasan areal tanam.

“Produksi kedelai di tingkat petani sebenarnya masih bisa ditingkatkan melalui inovasi teknologi, strategi peningkatan produktivitas dan areal tanam,” imbuhnya.

Dosen Fakultas Pertanian UGM, Prof. Dr. Ir. Masyhuri melihat selain terbatasnya lahan, teknologi bercocok tanam petani juga kurang baik. Kurang lebih 20% petani tidak menggunakan pupuk dan 31% yang menggunakan pupuk organik dan anorganik.

“Belum jika kita bicara tentang modal minim untuk produksi hingga pemasaran hasil,” kata Masyhuri.
Melihat kondisi tersebut Masyhuri menilai perlu peningkatan daya saing dan kesejahteraan petani maupun peningkatan produksi. Beberapa langkah yang bisa dilakukan yaitu perluasan lahan, teknologi budidaya dan akses penjaminan usaha.

Senada dengan Masyhuri, dosen Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Prof. Dr. Ir. Mary Astuti, MS mengatakan bahwa agroindustri kedelai dapat berkembang dengan baik jika didukung oleh petani dan kelompok tani yang melakukan kemitraan dengan industri pangan dan non pangan. Pengembangan industri berbasis kedelai harus didukung oleh pemerintah dengan mempermudah perijinan dan perbaikan infrastruktur. (Humas UGM/Satria)

Sunday, May 10, 2015

Calon Mahasiswa UGM Diterima Melalui SNMPTN 2015

Direktur Pendidikan dan Pengajaran UGM, Dr. Agr. Ir. Sri Peni Wastutiningsih, menyampaikan bahwa pada tahun ini ‎UGM menerima 3.371 calon mahasiswa Program Sarjana melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Calon mahasiswa yang diterima ini merupakan 5% dari jumlah pendaftar SNMPTN yang mendaftar di UGM. "Calon mahasiswa yang diterima ini berhasil masuk UGM setelah rekam prestasi akademiknya unggul bersaing dengan 66.748 peserta SNMPTN yang mendaftar di UGM," papar Peni. 

Peni juga menyampaikan informasi dari Panitia Nasional, bahwa pada tahun ini secara nasional pendaftar SNMPTN mencapai 852.093. “Pendaftar yang diterima secara nasional sebanyak 137.005 atau 16,08% dari pendaftar keseluruhan,” tutur Peni.

Peni menyampaikan bahwa prodi dengan pendaftar terbanyak dalam SNMPTN di UGM ‎kali ini adalah Program Studi Manajemen. Lima prodi bidang IPA dengan pendaftar terbanyak adalah Farmasi, Pendidikan Dokter, Teknologi Informasi, Teknik Sipil, dan Teknik Mesin. Sedangkan untuk bidang IPS adalah Manajemen, Psikologi, Akuntansi, Ilmu Hukum, dan Ilmu Komunikasi.

Selanjutnya Peni menjelaskan setelah ‎dinyatakan diterima di UGM, calon mahasiswa harus mengisi biodata yang tersedia di laman penerimaan mahasiswa baru UGM um.ugm.ac.id pada tanggal 12-18 Mei 2015. Selain mengisi biodata, calon mahasiswa harus mengunggah dokumen yang disyaratkan di laman tersebut. Peni menghimbau sebaiknya calon mahasiswa mempersiapkan dengan baik dokumen-dokumen yang akan diunggah tersebut seawal mungkin supaya dapat menyelesaikan pengisian biodata dengan baik.

Registrasi dilakukan secara online melalui tautan di laman um.ugm.ac.id pada tanggal 9-11 Juni 2015. Selain itu calon mahasiswa juga wajib mengikuti Academic English Proficiency Test (AcEPT) dan Tes Potensi Akademik (TPA) pada tanggal 9 Juni 2015 di kampus UGM sebagai salah satu syarat registrasi. “Lokasi dan waktu tes dapat dilihat di laman um.ugm.ac.id pada tanggal 5 Juni 2015 mulai pukul 17.00 WIB,’ kata Peni.

"Calon mahasiswa yang tidak melaksanakan re‎gistrasi sampai dengan tanggal 11 Juni 2015 pukul 16.00 WIB dianggap melepaskan haknya sebagai mahasiswa UGM di Tahun Akademik 2015/2016," pungkasnya. (Humas UGM)

Friday, May 8, 2015

Iptek Pengelasan Penting Bagi Pengembangan Industri Strategis di Indonesia

Dalam rangka menghadapi perdagangan bebas ASEAN (AFTA) dan antarnegara Asia-Pasifik (APEC) yang akan diberlakukan tahun 2020, pemerintah Indonesia meningkatkan daya saing industri di tingkat regional maupun internasional dengan mencanangkan visi Pembangunan Industri Nasional. Peraturan Presiden No 8 tahun 2008 menyebut Kebijakan Industri Nasional, visi Indonesia adalah menjadi negara industri tangguh di tahun 2025, dan sebagai visi antara Indonesia menjadi negara industri maju baru pada tahun 2020.

Bahkan selama kurun waktu 2010 s.d 2020, pertumbuhan industri rata-rata ditargetkan sebesar 9,43 persen dengan pertumbuhan industri kecil, menengah, dan industri besar masing-masing 10 persen, 17,47 persen dan 6,34 persen. Oleh karena itu, untuk merealisasikan target tersebut, salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi industri.
Pertumbuhan produksi manufaktur besar dan kecil pada triwulan II 2014 (BPS 2014), khususnya industri mesin, logam dasar, dan otomotif yang mengalami kenaikan cukup signifikan dibanding tahun sebelumnya merupakan kondisi yang menggembirakan bagi perekonomian Indonesia. Mengingat industri manufaktur merupakan sektor yang menyerap banyak tenaga kerja.

"Untuk itu, peran ilmu dan teknologi pengelasan menjadi penting bagi industri manufaktur di Indonesia, mengingat sebagian besar proses produksi di industri permesinan dan struktur menggunakan teknik pengelasan," ucap Prof. Mochammad Noer Ilman, S.T., M.Sc., Ph.D di Balai Senat, Selasa (7/4) saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
Noer Ilman menyatakan teknik pengelasan logam merupakan salah satu proses manufaktur yang banyak digunakan di berbagai industri. Disamping di bidang otomotif, teknik pengelasan logam dipergunakan pula di perpipaan, perkapalan, jembatan, bengunan lepas pantai, dan bahkan akhir-akhir ini dipergunakan untuk menyambung panel-panel pada bodi pesawat terbang (faselage).

Pemakaian las ini lebih luas dibanding dengan teknik penyambungan lainnya. Selain konstruksi mesin/struktur menjadi ringan las dapat dibuat dengan kekuatan tarik mendekati atau bahkan melebihi logam induknya, keandalan tinggi dan proses pengelasan relatif mudah dilakukan.
"Keunggulan lainnya pekerjaan pengelasan dapat dilakukan robot dan otomatisasi seperti di industri otomotif sehingga pekerjaan menjadi lebih efektif, menghasilkan produk dengan presisi tinggi, dan pekerjaan yang berbahaya dan sulit dikerjakan secara manual oleh manusia dapat dilakukan dengan mudah", ujar pria kelahiran Purwodadi, 28 November 1967 yang mengucap pidato berjudul "Inovasi Teknologi Pengelasan untuk Menunjang Industri Manufaktur di Indonesia".

Di luar itu, kata Noer Ilman, faktor ekonomi juga menjadi dasar dalam pemilihan las sebagai teknik penyambungan pada proses perakitan di industri manufaktur. Biaya total pengelasan meliputi biaya peralatan las, tenaga kerja, material consumable dan energi.
"Pada kondisi dimana industri manufaktur dituntut lebih kompetitif dan konsumen menuntut produk yang berkualitas, tetapi murah maka pemakaian robot dalam proses pengelasan merupakan salah satu alternatif untuk menekan komponen biaya tenaga kerja seperti pada industri otomotif", paparnya.
Ditinjau dari kepentingan nasional, menurut Noer Ilman, beberapa industri manufaktur dapat dikelompokkan sebagai industri strategis. Industri strategis yang menekankan penguasaan teknologi guna kepentingan nasional dalam upaya menciptakan kemandirian dalam bidang teknologi maupun pertahanan dan keamanan negara. Industri strategis ini meliputi industri yang terkait dengan kepentingan wilayah kelautan, udara, darat dan lingkungan hidup seperti industri perkapalan, kedirgantaraan, permesinan dan lain-lain.

"Di era globalisasi, industri-industri strategis ini dituntut padat modal, melakukan inovasi, dan bersifat integratif agar mampu bersaing di tingkat regional dan internasional. Industri strategis membutuhkan added cost yang cukup tinggi terutama untuk kepentingan penelitian dan pengembangan guna menciptakan added value sebesar-besarnya. Karena itulah peranan ilmu dan teknologi pengelasan sangat penting dalam pengembangan industri strategis di Indonesia", pungkasnya. (Humas UGM/ Agung)

Thursday, May 7, 2015

Dosen UNY Raih Doktor Usai Teliti Dimensi Estetik Seni Rupa Publik Yogyakarta

Dosen Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta, Drs. Hadjar Pamadhi, M.A., meraih gelar doktor dari Fakultas Filsafat UGM, Jum’at (24/4) usai menjalani ujian terbuka promosi doktor. Pria kelahiran Yogyakarta, 60 tahun silam ini berhasil mempertahankan disertasi yang mengkaji dimensi estetik seni rupa publik di Yogyakarta dalam relevansinya bagi pengembangan pendidikan seni di Indonesia.
Dihadapan tim penguji, Hadjar mengatakan bahwa seni rupa publik tidak menyekat medium dan gaya yang dipengaruhi oleh filsafat kontemporer dan posmodernisme. Ditandai dengan kebebasan mencipta, mengolah bentuk, medium seperti lukis, grafis, patung, musik dan tari. Misalnya dalam wayang dekonstruksi karya Heri Dono yang mendasarkan proporsi golden section dengan realis atau naturalis. Proporsi wayang sesuai pakem (kanon) seperti proporsi tubuh manusia secara realistik. Sedangkan pemikiran dekonstruksi bentuk wayang oleh Heri Dono terletak pada usaha melakukan penolakan proporsi metafisik bentuk wayang pakem seperti mengubah parodial bentuk ksatria menjadi Kstaria Kelelawar (Batman). “Gerakan ini menunjukkan karakteristik estetika urban Yogyakarta yaitu apropriasi terhadap seni tradisi dan prinsip modernisme pada penciptaan pada sisi fisik atau bentukan luar,”katanya.


Konteks perkembangan ideologi, apropriasi ide kerakyatan, lanjutnya, masih dipertahankan sebagai platfrom penciptaan. Posmodernisme mendorong bebas menggunakan mendium dan menjadikan estetika sebagai alat reprentasi ideologi dan sejarah sosial. Sehingga hal tersebut memberikan kemungkinan pembelajaran ekspresi bebas kepada anak.
Sementara hasil penelitian Hadjar yang lain memperlihatkan bahwa dimensi estetik yang terkandung dalam seni rupa publik berupa nilai sosial yang dikemas dalam abstraksi bentuk, abstraksi fisik, abstraksi metafisik bersifat dekonstruktif. Dalam dimensi proses estetika hadir saat penikmat dan perupa memberikan arti pada sebuah karya. Sedangkan dimensi pendidikan estetika seni rupa publik terletak pada kemampuan transfer nilai dan tarnsfer pelatihan perupa seni rupa publik yang menghasilkan habitus seni dan pendidikan karakter.
Terkait estetika seni rupa dalam pengembangan pendidikan seni di Indonesia, Hadjar mengatakan estetika radikal atau paralogi memberikan kesempatan anak memberi nilai dan melatih memahamai arti, bentuk, dan nilai sebuah objek. Pergeseran nilai estetika radikal dapat dijadikan model untuk mengajarkan berseni dan mengapresiasi karya seni. Lalu konsep paralogisme untuk memahami pergeseran subjek estetika secara histori dan radikal estetika bawah dapat dikemas untuk pendidikan rasa. (Humas UGM/Ika)

Dosen STAIN Kudus Raih Doktor Usai Teliti Tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah

Dosen STAIN Kudus, Saliyo, S.Ag., M.Si.,  memperoleh gelar doktor usai menjalani ujian terbuka program doktor dari Fakultas Psikologi UGM, Kamis (7/5). Dalam kesempatan tersebut Saliyo mempertahankan disertasi berjudul “Intensitas Zikir, Religiusitas, Makna Hidup dengan Subjective Well Being Santri Spiritual Tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah”.

Dari penelitian yang dilakukan pria kelahiran Kebumen, 43 tahun silam ini pada tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah di Pondok Pesantren Al-Huda Kebumen diketahui bahwa intensitas zikir, religiusitas, dan makna hidup yang dimiliki oleh pengikut tarekat tersebut secara bersama-sama tau mandiri berpengaruh terhadap pemenuhan fungsi kesejahteraan psikologis individu berkaitan dengan kehidupan lingkungannya (subjective well being). Anggota tarekat yang secara teratur dan berkualitas dalam berzikir, pengalaman agama dan makna hidupnya akan meningkat subjective well being-nya. “Secara psikologis, kata dia, orang yang baik subjective well being-nya akah melahirkan rasa tenang, damai, bahagia, dan kualitas hidup yang lebih baik. Orang itu akan dihiasi dengan sifat pasrah, ikhlas, ridho, legowo dan selalu bersyukur menjalani hidup,” terangnya.

Saliyo menyebutkan bahwa anggota tarekat yang melakukan zikir secara intensif, pengalaman keagamaan yang berkualitas, hidup bermakna dan memiliki kesejahteraan psikologis serta teratur berolahraga berpengaruh terhadap kesehatan hidupnya. Hal tersebut terbukti banyak anggota yang memiliki umur panjang dan sehat.

Menurutnya, pendidikan spiritual tarekat Naqsabandiyah Holidiyah ini merupakan pendidikan yang positif dan menyehatkan secara psikologis dan fisiologis dan dapat diterapkan pada usia dewasa. Sehingga pendidikan spiritual tarekat ini dapat dijadikan contoh bagi pendidikan lainnya karena mendidik karakter yang menciptakan peserta didik berakhlak mulia. (Humas UGM/Ika)

Search Web Here :

Google
Hope all visited can search anything in "Goole Search" above. click button BACK" in page search)