Friday, March 13, 2009

KB Bukan Hanya Tanggung Jawab Wanita

Kepala BKKBN Pusat, Dr. Sugiri Syarief, M.P.A., mengatakan saat ini partisipasi pria dalam program keluarga berencana (KB) nasional lebih ditingkatkan. Sebelumnya, peserta KB lebih didominasi oleh kalangan wanita. Padahal KB tidak hanya diperuntukkan bagi kaum wanita. Pria pun memiliki kewajiban untuk berpartisipasi menyukseskan program ini.


“Sampai saat ini para suami masih memiliki pemikiran bahwa KB adalah urusan istri mereka. Padahal perencanaan sebuah keluarga merupakan tanggung jawab bersama antara suami isteri,” kata Sugiri dalam Seminar Annual Scientific Meeting (ASM) 2009 “Peningkatan Partisipasi KB pada Pria,” di University Club (UC) UGM, Sabtu (7/2).


Dijelaskan oleh Sugiri bahwa peran pria dalam program KB tidak berhenti hanya sebagai peserta. Mereka juga harus menjadi motivator wanita dalam ber-KB, ikut merencanakan usia kehamilan, jumlah anak, dan jarak kehamilan.


“Strategi utama yang dilakukan ialah dengan mendorong kesertaan pria dalam memutuskan menggunakan alat KB yang akan dipakai, aktif dalam mendukung pelaksanaan KB di masyarakat, dan ikut sebagai peserta KB, baik dengan menggunakan kondom maupun vasektomi,” lanjutnya.


Sugiri menyebutkan penggunaan kontrasepsi berupa vasektomi dan kondom pada peserta baru (PB) pria mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2006-2008. Peserta kontrasepsi vasektomi mengalami peningkatan hingga 70,3%, sementara penggunaan kondom meningkat sebesar 60,9%.


Berdasarkan data BKKBN, sebaran PB vasektomi per provinsi pada tahun 2008 menunjukkan pencapaian yang menggembirakan, yakni sebesar 78,82%. Dari jumlah tersebut, 24 provinsi termasuk dalam kategori baik, dan hanya 9 provinsi yang kurang baik. Beberapa provinsi yang dinilai belum berhasil adalah Aceh, Riau, Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Tengah, NTB, NTT, dan Sulawesi Selatan. Untuk tahun yang sama, sebaran penggunaan kondom pencapaiannya sebesar 103,8%. Kategorisasinya adalah 21 provinsi tergolong baik, 2 provinsi termasuk sedang (91,67-99,99), dan 10 provinsi masih dalam kategori kurang.


Menyinggung kebijakan tentang peningkatan partisipasi pria dalam ber-KB, Sugiri mengatakan program kerja BKKBN 2005-2009 adalah meningkatkan perencanaan kehamilan dan kesertaan ber-KB. Di samping itu, keterlibatan pria juga ditingkatkan dalam perawatan kehamilan dan anak. Hal lainnya adalah peningkatan kesehatan dan kepuasan seksual melalui pemakaian kontrasepsi.


“Upaya peningkatan partisipasi pria dalam pelaksanaan program KB dan kesehatan reproduksi akan dilaksanakan dengan benar-benar memperhatikan kesamaan hak dan kewajiban reproduksi suami istri untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender,” tambah Sugiri.


Konselor KB Pria DIY, Nurhadi, S.E., M.Hum., juga sekata dengan Sugiri bahwa kalangan pria berkewajiban untuk menyukseskan program KB. Namun pada kenyataannya, tidak semua pria mengerti sepenuhnya tentang program KB khusus pria. Oleh karena itu, dibutuhkan pendamping untuk menentukan pilihan ber-KB bagi pria.


“Di sini peran konselor menjadi sangat penting. Para konselor dalam melakukan pendampingan penyampaiannya juga disesuaikan dengan tingkat intelektual peserta, memfokuskan pada nasihat serta berempati, dan melihat pada prioritas kebutuhan konseli,” ujar Nurhadi.


Sementara itu, Dr. Siswanto Agus Wilopo, S.U., M.Sc., Sc.D. yang juga dosen Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UGM memberikan penjelasan bahwa pengembangan kontrasepsi pria memiliki tantangan yang lebih besar dibandingkan dengan wanita. Secara umum, tantangannya adalah menekan jumlah sperma yang dikeluarkan pada ambang batas pengaruh kontrasepsi dan meminimalkan terjadinya efek klinik serta metabolik yang tidak diinginkan.


Menurut Siswanto, terdapat berbagai metode kontrasepsi bagi pria. Namun, beberapa metode yang dikembangkan saat ini masih belum dapat diedarkan di pasaran sebagaimana pada wanita. Masih dibutuhkan uji klinik sebelum digunakan untuk kepentingan program KB.


”Penyampaian perkembangan teknologi kontrasepsi terkini bagi pria yang mencakup kontrasepsi kondom, vasektomi metode hormonal-non hormonal, dan vaksin kontrasepsi diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang status perkembangan kontrasepsi pria dan pada waktu yang tidak terlalu lama ketimpangan jenis dan efektivitas teknologi kontrasepsi pria dan wanita bisa segera ditangani,” tutur Siswanto.


Di lain pihak, Drs. Wijayanto, M.A. selaku antropolog dan tokoh agama menyatakan rendahnya partisipasi pria dalam ber-KB disebabkan oleh berbagai hal. Beberapa hal yang dimaksud adalah kurangnya pemahaman pria tentang kontrasepsi pria, rendahnya minat suami dalam mengakses informasi tentang KB dan kesehatan reproduksi, dan kurangnya peran tokoh agama. Selain itu, masih ada anggapan di masyarakat bahwa ber-KB akan memengaruhi kenikmatan berhubungan dan stigma negatif bahwa KB bagi pria identik dengan pengebirian.


Melihat beberapa hal tersebut, ia menganjurkan untuk mengembangkan program peningkatan partisipasi pria melalui peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku pria dalam pelayanan KB. “Karena partisipasi pria dalam ber-KB merupakan bentuk keadilan yang menjadi spirit beragama dan pengarusutamaan gender,” kata Wijayanto. (Humas UGM/Ika)

No comments:

Post a Comment

Search Web Here :

Google
Hope all visited can search anything in "Goole Search" above. click button BACK" in page search)