Hak asasi manusia (HAM) atau tepatnya harus disebut dengan istilah 'hak-hak manusia' (human rights) adalah hak-hak yang seharusnya diakui secara universal sebagai hak yang melekat pada manusia agar mampu saling menghargai dan bertoleransi. Namun, dalam dua dekade terakhir, penggunaan istilah HAM tidak lebih sebagai mitos yang dimanfaatkan oleh kelompok atau penguasa untuk kepentingan politik.
Oleh karena itu, penggunaan istilah ‘hak’ perlu dijernihkan dari sebatas retorika dalam diskursus menjadi sebuah fakta dalam penerapannya. “Isu HAM dilihat dari sisi filosofis mengalami demitologi. Anggapan ini harus dikonstruksi untuk menghindari dari penggunaan yang tidak tepat,” ujar filsuf Australia, Prof. Tom Campbell, dalam kuliah umum ‘Fakta dan Retorika Hak Asasi Manusia’ di Auditorium Fakultas Filsafat UGM, Senin (2/11).
Dalam presentasi makalahnya, Direktur Pusat Studi Filsafat Terapan dan Etika Publik Universitas Nasional Australia ini berusaha menjernihkan istilah ‘hak’ (right) yang belakangan menjadi diskursus utama dalam kajian Filsafat Hukum dan sekaligus Filsafat Politik. “Sayangnya, sama dengan nasib ‘keadilan’ (justice) yang terombang-ambing oleh banyak disiplin, ‘hak’ pun menghadapi ambiguitas. Ambiguitas ini mempertegas bahwa ‘hak’ telah melintasi batas diskursus sebagai isu hukum, teori sosial atau bahkan teori moral,” imbuhnya. Untuk mengatasi hal itu, ia menyarankan perlunya membedakan dan menempatkan secara tepat apa yang disebutnya sebagai ‘real’ dan ‘rhetorical’ right.
Seperti disampaikan koordinator kegiatan, Samsul Ma’arif M., S.Fil., M.A., dalam rangkaian kunjungan Prof. Tom Campbell ke Fakultas Filsafat UGM, selain memberikan kuliah umum pada 2 dan 5 November mendatang bersama Dr. Heeyong Park dari Hankuk University of Foreign Studies Korea, penulis buku terkenal Seven Theories of Human Society ini juga akan melakukan penilaian (assessment) terhadap kurikulum pendidikan pada Fakultas Filsafat UGM.
“Diawali dengan memberikan paparan tentang perkembangan pembelajaran filsafat di di dunia, Prof. Campbell akan memberikan masukan-masukan. Masukan-masukan yang diberikan oleh keduanya diharapkan dapat dijadikan bahan dalam penyusunan kurikulum di fakultas,” kata staf pengajar Fakultas Fislsafat UGM ini. (Humas UGM/Gusti Grehenson)
No comments:
Post a Comment