Friday, November 20, 2009

Disaksikan 200 Petani, FTP UGM Panen Demplot Padi SRI

Yogya, KU

Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM dan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak melaksanakan panen demplot padi SRI (System Rice Intensification) di lahan demplot SRI, Dusun Jering, Sidorejo, Godean, Sleman, Rabu (11/11). Sedikitnya 200 petani yang berasal dari empat kabupaten di DIY diajak menyaksikan panen budidaya padi SRI. Para petani tersebut sebelumnya telah mengikuti lomba padi SRI.

Salah seorang pembina budidaya padi SRI dari FTP UGM, Prof Dr. Ir. Sigit Supadmo Arif, M.Eng., mengatakan pelaksanaan panen demplot padi tersebut sebagai salah satu upaya untuk membudidayakan sistem padi SRI di kalangan petani. Ia juga menyebutkan sekitar seribu petani di DIY telah menanam padi SRI. “Sudah seribuan lebih petani yang menanam padi SRI. Kita membuat kerja sama dengan dinas-dinas pertanian di kabupaten untuk memperkenalkan ke petani,” katanya.

Diakui Sigit Supadmo, tidak mudah memperkenalkan sistem budaya padi SRI di kalangan petani. Para petani telah terbiasa dengan sistem konvensional karena mereka mendapatkan pupuk, benih, dan sistem tanam secara instan. Padahal, sistem padi SRI dapat meningkatkan produksi padi hingga 3-5 ton per hektar dan lebih hemat air. Rata-rata satu hektar dapat panen minimal 9-12 ton.

Dibandingkan dengan sistem konvensional, konsep tanam padi SRI menggunakan air lebih sedikit, jarak tanam lebih lebar dan dangkal, serta menggunakan bibit muda, satu lubang satu tanaman. “Mungkin belum percaya diri. Apalagi ibu-ibu yang nanam, tidak terbiasa angkut pupuk, buat pupuk organik sendiri, terbiasa yang serba instan,” katanya.

Selain padi SRI, kata Supadmo, FTP UGM juga mengembangkan bibit benih varietas padi lokal yang dikembangkan di dua lokasi, yakni di wilayah Godean (Sleman) dan Kulon Progo. Beberapa jenis padi varietas lokal yang dikembangkan, yakni padi pelangi, bangsari, membramo, selendang biru, code, cimelati, maros, laka, mutiara, padi hitam, singkil, cibodas, raja lele, linggawangi, pandanwangi, himalaya, lau tawar, cigelis, batanghari, linggawangi, laut tawar, dan cere merah.

Minwaluyo, 46 tahun, dari Kelompok Tani Gemah Ripah Lestari, Sleman, yang diundang menyaksikan panen padi SRI mengatakan ia bersama kelompok taninya yang beranggotakan 30 orang akan merintis penggunaan padi SRI. “Sudah ada rencana buat pupuk cair dari kotoran hewan, bahan jamu jawa empon-empon, air seni hewan dan manusia. Baru mau dirintis,” kata ibu paruh baya ini.

Sementara itu, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Penelitian FTP UGM, Dr. Ir. Bambang Purwantana, M.Agr., menuturkan dengan sistem padi SRI penggunaan air akan dihemat sekitar 30-40 persen. Menurutnya, penghematan air tersebut akan ikut membantu sebagai solusi permasahan yang dihadapi dunia saat ini di bidang pangan, air, energi, dan lingkungan. “Bisa memberi sumbangan yang besar pada pembangunan, memperluas area pertanaman dengan hemat air,” jelasnya.

Terkait dengan pengembangan varietas padi lokal, menurut Bambang, adalah sebagai upaya penyelamatan plasma nutfah varietas padi. “Coba angkat padi lokal karena plasma nutfah lokal yang cocok dengan lingkungan kita,” imbuhnya. Kendati demikian, perlu dilakukan riset dan teknologi lanjutan oleh dinas terkait untuk menghasilkan 10 ton padi per hektar di daerah yang berbeda. ”Daerah yang berbeda belum tentu hasilkan produksi yang sama karena perlu ada penelitian dan teknologi lebih lanjut,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, diumumkan pemenang lomba SRI yang diikuti oleh 200 petani se-DIY. Untuk juara pertama tingkat provinsi, telah disediakan hadiah berupa satu ekor sapi. Sementara pemenang pertama tingkat kabupaten berhak mendapatkan satu ekor kambing. Salah satu petani dari Bantul terpilih sebagai juara pertama kompetisi tersebut karena berhasil memanen padi SRI sebanyak 13 ton per hektar. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

No comments:

Post a Comment

Search Web Here :

Google
Hope all visited can search anything in "Goole Search" above. click button BACK" in page search)