YOGYAKARTA – Sekjen Kemenristek Dikti, Prof. Dr. Ainun Naim, MBA.,
mengatakan pemerintah akan memprioritaskan peningkatan kualitas akademik
pendidikan tinggi secara merata di semua daerah. Hal itu sesuai dengan
rencana kebijakan jangka menengah pemerintahan Jokowi tahun 2015-2019.
“Jika dulu pemerintah masih menempatkan akses (pendidikan) sebagai
prioritas. Saat ini kualitas yang dijadikan prioritas, terutama
peningkatan kapasitas perguruan tinggi di daerah,” kata Ainun Naim
kepada wartawan sebelum melaksanakan pertemuan dengan Dekan Sekolah
Bisnis dari seluruh Indonesia dengan CEO AACSB International di ruang faculty meeting
Gedung Magister Manajemen UGM, Senin (22/6). Hadir dalam pertemuan
tersebut, diantaranya President and CEO AACSB International Tom R
Robinson, Senior Vice President and CEO Asia Pasific AACSB
Internastional Eileen Peacook dan Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis
(FEB) UGM Prof. Wihana Kirana Jaya, M.Soc.Sc., Ph.D.
Untuk meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan tinggi, kata Ainun,
Kemenristek Dikti telah melakukan pembenahan dan perbaikan terkait
dengan kendali mutu dan sistem akreditasi. “Sesuai dengan amanat UU
Dikti, kementerian harus memilki sistem model akreditasi dan sistem
kualitas kontrol untuk meningkatkan kualitas,” ujarnya.
Menurutnya apabila dua sistem tersebut berjalan dengan baik, tidak
menutup kemungkinan perguruan tinggi yang telah menjalan sistem
pendidikan jaminan mutu tersebut akan mendapatkan pengakuan tidak hanya
Badan Akreditasi namun juga dari lembaga akreditasi internasional.
“Lembaga akreditasi internasional yang telah memiliki reputasi tinggi,”
katanya.
Meski demikian, imbuh Ainun, pengakuan akreditasi bukanlah tujuan
dari pelaksanaan pendidikan tinggi. Melainkan misi pendididkan tinggi
untuk memberikan kontribusi pada pembangunan. “Inovasi, keterlibatan dan
kontribusi yang diberikan perguruan tinggi harus punya peran di
masyarakat,” ujarnya.
Wihana Kirana Jaya mengatakan akreditasi internasional merupakan
salah satu cara dari pendidikan sekolah bisnis untuk mendapatkan
pengakuan dari dunia internasional. Dengan pengakuan tersebut akan
membuka peluang kerja sama yang lebih luas dengan institusi pendidikan,
lembaga dan industri di tingkat internasional. Bahkan akan menarik minat
perguruan tinggi asing untuk mengirim mahasiswanya belajar ke
Indonesia.
Wihana menuturkan FEB UGM sejak tahun lalu memperoleh akreditasi
internasional dari AACSB untuk kategori sekolah bisnis. Saat ini, FEB
UGM merupakan sekolah bisnis pertama di indonesia yang mendapatkan
akreditasi dari lembaga akreditasi internasional yang bermarkas di
Amerika Serikat dan sudah berdiri sejak 100 tahun lalu. “Untuk
memperoleh akreditasi ini butuh proses hingga 6-7 tahun,” katanya.
Tom R Robinson mengatakan ada 736 sekolah bisnis terkemuka di dunia
yang tersebar di 48 negara, namun tidak lebih dari 5 persen yang terlah
mendapatkan akreditasi tersebut. Sulitnya mendapatkan akreditasi AACSB
menurut Tom dikarenakan lembaga ini menerapkan proses seleksi yang
ketat.
“Ada 15 standar yang harus dipenuhi, salah satunya melakukan
inovasi pendidikan berkelanjutan,” katanya.
Dia mengatakan saat ini sudah ada 17 perguruan tinggi di indonesia
yang mendaftarkan untuk mendapatkan proses akreditasi namun baru lima
yang telah melakukkan tahapan proses untuk akreditasi. (Humas UGM/Gusti
Grehenson)
No comments:
Post a Comment