Yogya, KU
Tuntutan industri memang selalu berorientasi ekonomi. Meskipun demikian, dalam menjalankan usaha tetap harus ramah lingkungan. Eco-efficiency adalah salah satu bentuk implementasi pembangunan berkelanjutan dalam dunia industri. Di dalamnya termasuk bagaimana langkah upaya penghematan energi, penghematan bahan baku, pencegahan dispersi bahan-bahan berbahaya dalam lingkungan, dan pencegahan pencemaran. "Juga peningkatan intensitas pemanfaatan limbah, pengembangan biomaterial, serta inovasi untuk peningkatan durabilitas dan fungsionalitas produk," kata Dr. Siti Syamsiah, peneliti Teknik Kimia UGM, di Fakultas Teknik, Jumat (20/11).
Beberapa masalah yang muncul dalam industri kimia, kata Syamsiah, menjadi perhatian dalam simposium internasional “Sustainable Energy and Environmental Protection 2009” yang akan digelar di Grha Sabha Pramana pada 23-26 November mendatang. Sesuai agenda, simposium secara khusus juga menjadi forum berbagi pengalaman dari masing-masing negara dalam mengelola energi secara arif.
Sedikitnya 100 ahli praktisi industri, lembaga riset, dan kalangan akademis yang tergabung dalam Masyarakat Katalis Indonesia juga komponen Forum Pembangunan Energi-Lingkungan Berkelanjutan akan berpartisipasi dalam acara tersebut. "UGM sendiri akan mempresentasikan bagaimana hasil-hasil penelitian mengubah limbah menjadi energi. Itu sesuai tekad UGM yang mendeklarasikan eco-efficiency untuk implementasi pembangunan infrastruktur energi," imbuh Syamsiah.
Salah satunya, UGM bekerja sama dengan Swedia tengah mengembangkan desain biodigaster berbahan beton, berdiameter 6 X 6 meter, yang bisa mengolah sekitar 4 ton sampah buah per hari di Pasar Gamping, Sleman. Nantinya, hasil fermentasi sampah ini akan menghasilkan biogas untuk menggerakkan generator listrik. “Kini masuk tahap desain alat. Kita harapkan pada pertengahan 2010 mendatang sudah bisa beroperasi," pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson
No comments:
Post a Comment