We gift 2 for All visited :
1. download now KLIK THIS LINK free now.
2. download now KLIK THIS LINK free now.(minisite & tutorial wordpress)
limited edition....
Friday, August 28, 2009
Teliti Rumput Mutiara dan Limbah Tongkol Jagung, Mahasiswa UGM Juara PPRI
Mahasiswa UGM kembali mengukir prestasi. Kali ini, dua gelar juara diraih dalam ajang Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia (PPRI) ke-8. Dalam kompetisi yang diselenggarakan oleh LIPI pada 10-12 Agustus lalu, Rifki Febriansyah, mahasiswa Fakultas Farmasi UGM, dinobatkan sebagai peneliti terbaik bidang Ilmu Pengetahuan Alam dan Lingkungan. Rifki Febriansyah beserta timnya, Aditya Ashar dan Dyani Primasari, berhasil meraih prestasi dengan mengajukan karya ilmiah berjudul “Potensi Kemopreventif Ekstrak Etanolik Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa(L) Lamk)”. Rumput mutiara teruji dapat digunakan untuk mengobati kanker.
Dituturkan oleh Rifki, ide untuk meneliti rumput mutiara berawal dari keikutsertaannya dalam kelompok studi Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC). Dirinya beserta tim memang fokus mengkaji berbagai hal yang berkaitan dengan permasalahan kanker. Melalui searching di internet, ia menemukan artikel bahwa rumput mutiara telah dimanfaatkan oleh masyarakat tradisional di Cina sebagai obat kanker, inflamasi/peradangan, serta jerawat. Namun, dalam praktik pengobatannya masih dilakukan secara tradisional, yakni hanya dengan direbus dan kemudian hasilnya diminum.
Melihat fakta tersebut, Rifki tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai rumput mutiara. Di bawah bimbingan Dr. Edi Meiyanto, sang dosen, akhirnya ia memutuskan untuk terjun lebih dalam untuk meneliti tanaman yang sering diabaikan keberadaannya dan bahkan dianggap sebagai pengganggu, tetapi berpotensi sebagai obat anti kanker ini. “Rumput ini merupakan rumput liar yang banyak dijumpai di Indonesia, tapi mungkin karena keterbatasan informasi tentang potensi tanaman ini, jadinya jarang sekali yang memanfaatkannya. Padahal, sebenarnya di balik itu memiliki faedah dan nilai ekonomi yang cukup tinggi,” jelasnya, Kamis (27/8), di Ruang Fortakgama.
Lebih lanjut dikatakan Rifki, rumput mutiara mengandung dua senyawa aktif, yaitu asam ursolat dan asam uleanolat yang terbukti dapat mencegah perkembangan pembelahan sel kanker ke tahap yang lebih ganas. Hal itu diketahui setelah ia mengujicobakannya pada tikus putih yang sebelumnya telah diinduksi secara oral dengan senyawa karsinogen, senyawa yang memacu pertumbuhan kanker. Tikus tersebut diberikan ekstrak rumput mutiara dan setelah 10 minggu dibedah diambil sel heparnya untuk diteliti. “Dan teruji dengan digunakannya ekstrak rumput tersebut mampu menghambat pertumbuhan sel kanker kurang lebih sebesar 30% dibanding dengan tikus yang tidak diberi ekstrak rumput mutiara” terang mahasiswa yang mengambil konsentrasi farmasi bahan alam ini.
Pengolahan rumput mutiara dari bahan awal hingga berbentuk ekstrak, disampaikan Rifki, dibutuhkan waktu sekitar 4 hingga 5 hari untuk proses pengeringannya. Untuk pengeringan masih masih dilakukan secara langsung dengan sinar matahari. Setelah dikeringkan, rumput mutiara akan menyusut kurang lebih 10% dari berat awal. Selanjutnya, setelah diekstrak hanya akan menyisakan hasil sekitar 10%. Dari 100 gram ekstrak rumput mutiara ini, imbuh Rifki, dapat dihasilkan 200 kapsul. Apabila dipasarkan, biasanya untuk setiap 100 gramnya dapat mencapai harga 50 ribu rupiah. Untuk mengonsumsinya, efektif digunakan tiga kali dalam sehari.
Limbah Tongkol Jagung
Sementara di bidang Ilmu Pengetahuan Teknik, dua mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM , Suhadi dan Anisa, juga menorehkan prestasi yang mengharumkan nama besar UGM. Meski tidak segemilang Rifki dan kawan-kawannya, mereka tetap berbangga hati karena telah melakukan yang terbaik dan berhasil menyumbangkan juara tiga di bidang ini.
Suhadi dan Anisa menyumbangkan perunggu dalam ajang ini berkat penelitian mereka tentang limbah tongkol jagung. Penelitian yang mereka lakukan berawal dari keprihatinan terhadap persoalan lingkungan dan isu global warming, yang salah satu penyebabnya adalah banyaknya limbah organik yang kurang termanfaatkan.
Salah satu limbah yang berpotensi untuk dimanfaatkan adalah tongkol jagung. Limbah yang produksinya cukup melimpah di Indonesia ini potensial digunakan sebagai sumber karbon untuk media frementasi dan pertumbuhan jamur Trichoderma harzianum EMXJ3 guna memproduksi enzim xilanase.
Enzim xilanase ini memiliki beberapa manfaat dalam industri pangan dan kertas, seperti digunakan sebagai biobleching pulp/pemutih kertas, pemanis lami berkalori rendah, serta untuk penjernih jus dan anggur. Limbah tongkol jagung ini dapat dimanfaatkan untuk menggantikan bahan yang biasa digunakan untuk memfermentasi Trichoderma harzianum, yaitu brichwood xylan.
“Pemanfaatan tongkol jagung ini bisa menghemat jauh biaya karena harga brichwood xylan sangatlah mahal, per 100 gramnya mencapai kisaran 8 juta. Padahal, kalau untuk tongkol jagung 100 gramnya paling cuma 500 rupiah saja. Sangat menghemat bukan?” ujar Suhadi.
Atas prestasi yang diraih, mereka berhak membawa pulang piala perunggu, piagam penghargaan dari LIPI dan Bumiputera, uang sebesar 8 juta rupiah, dan polis asuransi Bumiputera dengan uang pertanggungan sebesar 6 juta rupiah. (Humas UGM/Ika)
Dituturkan oleh Rifki, ide untuk meneliti rumput mutiara berawal dari keikutsertaannya dalam kelompok studi Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC). Dirinya beserta tim memang fokus mengkaji berbagai hal yang berkaitan dengan permasalahan kanker. Melalui searching di internet, ia menemukan artikel bahwa rumput mutiara telah dimanfaatkan oleh masyarakat tradisional di Cina sebagai obat kanker, inflamasi/peradangan, serta jerawat. Namun, dalam praktik pengobatannya masih dilakukan secara tradisional, yakni hanya dengan direbus dan kemudian hasilnya diminum.
Melihat fakta tersebut, Rifki tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai rumput mutiara. Di bawah bimbingan Dr. Edi Meiyanto, sang dosen, akhirnya ia memutuskan untuk terjun lebih dalam untuk meneliti tanaman yang sering diabaikan keberadaannya dan bahkan dianggap sebagai pengganggu, tetapi berpotensi sebagai obat anti kanker ini. “Rumput ini merupakan rumput liar yang banyak dijumpai di Indonesia, tapi mungkin karena keterbatasan informasi tentang potensi tanaman ini, jadinya jarang sekali yang memanfaatkannya. Padahal, sebenarnya di balik itu memiliki faedah dan nilai ekonomi yang cukup tinggi,” jelasnya, Kamis (27/8), di Ruang Fortakgama.
Lebih lanjut dikatakan Rifki, rumput mutiara mengandung dua senyawa aktif, yaitu asam ursolat dan asam uleanolat yang terbukti dapat mencegah perkembangan pembelahan sel kanker ke tahap yang lebih ganas. Hal itu diketahui setelah ia mengujicobakannya pada tikus putih yang sebelumnya telah diinduksi secara oral dengan senyawa karsinogen, senyawa yang memacu pertumbuhan kanker. Tikus tersebut diberikan ekstrak rumput mutiara dan setelah 10 minggu dibedah diambil sel heparnya untuk diteliti. “Dan teruji dengan digunakannya ekstrak rumput tersebut mampu menghambat pertumbuhan sel kanker kurang lebih sebesar 30% dibanding dengan tikus yang tidak diberi ekstrak rumput mutiara” terang mahasiswa yang mengambil konsentrasi farmasi bahan alam ini.
Pengolahan rumput mutiara dari bahan awal hingga berbentuk ekstrak, disampaikan Rifki, dibutuhkan waktu sekitar 4 hingga 5 hari untuk proses pengeringannya. Untuk pengeringan masih masih dilakukan secara langsung dengan sinar matahari. Setelah dikeringkan, rumput mutiara akan menyusut kurang lebih 10% dari berat awal. Selanjutnya, setelah diekstrak hanya akan menyisakan hasil sekitar 10%. Dari 100 gram ekstrak rumput mutiara ini, imbuh Rifki, dapat dihasilkan 200 kapsul. Apabila dipasarkan, biasanya untuk setiap 100 gramnya dapat mencapai harga 50 ribu rupiah. Untuk mengonsumsinya, efektif digunakan tiga kali dalam sehari.
Limbah Tongkol Jagung
Sementara di bidang Ilmu Pengetahuan Teknik, dua mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM , Suhadi dan Anisa, juga menorehkan prestasi yang mengharumkan nama besar UGM. Meski tidak segemilang Rifki dan kawan-kawannya, mereka tetap berbangga hati karena telah melakukan yang terbaik dan berhasil menyumbangkan juara tiga di bidang ini.
Suhadi dan Anisa menyumbangkan perunggu dalam ajang ini berkat penelitian mereka tentang limbah tongkol jagung. Penelitian yang mereka lakukan berawal dari keprihatinan terhadap persoalan lingkungan dan isu global warming, yang salah satu penyebabnya adalah banyaknya limbah organik yang kurang termanfaatkan.
Salah satu limbah yang berpotensi untuk dimanfaatkan adalah tongkol jagung. Limbah yang produksinya cukup melimpah di Indonesia ini potensial digunakan sebagai sumber karbon untuk media frementasi dan pertumbuhan jamur Trichoderma harzianum EMXJ3 guna memproduksi enzim xilanase.
Enzim xilanase ini memiliki beberapa manfaat dalam industri pangan dan kertas, seperti digunakan sebagai biobleching pulp/pemutih kertas, pemanis lami berkalori rendah, serta untuk penjernih jus dan anggur. Limbah tongkol jagung ini dapat dimanfaatkan untuk menggantikan bahan yang biasa digunakan untuk memfermentasi Trichoderma harzianum, yaitu brichwood xylan.
“Pemanfaatan tongkol jagung ini bisa menghemat jauh biaya karena harga brichwood xylan sangatlah mahal, per 100 gramnya mencapai kisaran 8 juta. Padahal, kalau untuk tongkol jagung 100 gramnya paling cuma 500 rupiah saja. Sangat menghemat bukan?” ujar Suhadi.
Atas prestasi yang diraih, mereka berhak membawa pulang piala perunggu, piagam penghargaan dari LIPI dan Bumiputera, uang sebesar 8 juta rupiah, dan polis asuransi Bumiputera dengan uang pertanggungan sebesar 6 juta rupiah. (Humas UGM/Ika)
http://post-secret-community.blogspot.com/
http://americanidol-2.blogspot.com/
http://rimdrift.blogspot.com/
Serah Terima Karyasiswa Kursus Survei Pemetaan Kadastral
Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik (FT) UGM, belum lama ini menjalin kerja sama dengan Pemerintah Timor Leste. Dalam kerja sama ini, kedua belah pihak sepakat berupaya untuk mencetak tenaga-tenaga siap pakai di bidang pemetaan kadastral, yani mempersiapkan profesional pemetaan bidang-bidang tanah untuk keperluan sertifikasi tanah.
Dedi Atunggal S.P., S.T., M.Sc., staf pengajar Jurusan Teknik Geodesi UGM, menyatakan kerja sama ini merupakan salah satu upaya yang terus dilakukan di bidang pengembangan kerja sama internasional. Sebagai langkah nyata, Jurusan Teknik Geodesi menyelenggarakan Kursus Survei Pemetaan Kadastral bagi mahasiswa yang berasal dari Timor Leste.
"Secara khusus, dalam kursus ini peserta dibekali materi tentang prinsip dan praktik pengukuran bidang tanah, pengolahan data kadastral berbasis komputer, pengukuran ulang dan pengembalian batas tanah, dan beberapa materi penting lain terkait dengan proses penerbitan sertifikat," jelasnya, Kamis (27/8), di kampus UGM.
Dedi menjelaskan program kursus pemetaan kadastral ini berlangsung selama sepuluh bulan dan telah berakhir pada 20 Agustus 2009 lalu. Seiring dengan berakhirnya program tersebut, telah dilaksanakan pula serah terima karyasiswa untuk angkatan yang pertama. "Mereka yang telah menyelesaikan program ini berhak menerima sertifikat kursus dan sertifikat tersebut dapat disetarakan dengan jenjang pendidikan diploma satu," katanya.
Acara serah terima dihadiri oleh Dirjen Kementerian Kehakiman Pemerintah Timor Leste, Crisogno da Costa Neto, Sekretaris Eksekutif UGM, Drs. Djoko Moerdiyanto, M.A., Wakil Dekan II FT UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono M.Eng. D. Eng., Sekretaris DAA UGM, Drs. Agus Wiranta, beserta staf pengajar Jurusan Teknik Geodesi, FT-UGM. Sebelumnya, telah dilakukan penandatangan Berita Acara Serah Terima oleh Dirjen Kementerian Kehakiman Timor Leste dan Wakil Dekan II Fakultas Teknik UGM. Dalam kesempatan yang sama, juga dilakukan penganugerahaan sertifikat kepada tiga peserta terbaik yang lulus berpredikat dengan pujian. (Humas UGM)
Dedi Atunggal S.P., S.T., M.Sc., staf pengajar Jurusan Teknik Geodesi UGM, menyatakan kerja sama ini merupakan salah satu upaya yang terus dilakukan di bidang pengembangan kerja sama internasional. Sebagai langkah nyata, Jurusan Teknik Geodesi menyelenggarakan Kursus Survei Pemetaan Kadastral bagi mahasiswa yang berasal dari Timor Leste.
"Secara khusus, dalam kursus ini peserta dibekali materi tentang prinsip dan praktik pengukuran bidang tanah, pengolahan data kadastral berbasis komputer, pengukuran ulang dan pengembalian batas tanah, dan beberapa materi penting lain terkait dengan proses penerbitan sertifikat," jelasnya, Kamis (27/8), di kampus UGM.
Dedi menjelaskan program kursus pemetaan kadastral ini berlangsung selama sepuluh bulan dan telah berakhir pada 20 Agustus 2009 lalu. Seiring dengan berakhirnya program tersebut, telah dilaksanakan pula serah terima karyasiswa untuk angkatan yang pertama. "Mereka yang telah menyelesaikan program ini berhak menerima sertifikat kursus dan sertifikat tersebut dapat disetarakan dengan jenjang pendidikan diploma satu," katanya.
Acara serah terima dihadiri oleh Dirjen Kementerian Kehakiman Pemerintah Timor Leste, Crisogno da Costa Neto, Sekretaris Eksekutif UGM, Drs. Djoko Moerdiyanto, M.A., Wakil Dekan II FT UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono M.Eng. D. Eng., Sekretaris DAA UGM, Drs. Agus Wiranta, beserta staf pengajar Jurusan Teknik Geodesi, FT-UGM. Sebelumnya, telah dilakukan penandatangan Berita Acara Serah Terima oleh Dirjen Kementerian Kehakiman Timor Leste dan Wakil Dekan II Fakultas Teknik UGM. Dalam kesempatan yang sama, juga dilakukan penganugerahaan sertifikat kepada tiga peserta terbaik yang lulus berpredikat dengan pujian. (Humas UGM)
Tuesday, August 25, 2009
Rektor Lantik Kepala Kantor Administrasi APU
Bersamaan dengan acara rapat Pimpinan Universitas, Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., melantik Ir. Moch. Santosa, M.S. sebagai Kepala Kantor Administrasi Alumni dan Pengembangan Usaha (APU) UGM. Pelantikan berlangsung di Ruang Sidang Pimpinan UGM, Senin (24/8), disaksikan oleh Wakil Rektor Senior Bidang Administrasi, Keuangan, dan Sumber Daya Manusia, Prof. Ainun Na'im, Ph.D., dan Wakil Rektor Bidang Alumni dan Pengembangan Usaha, Prof. Ir. Atyanto Dharoko, M.Phil., beserta jajaran pimpinan lainnya.
Berdasarkan Keputusan Rektor UGM Nomor 329/P/SK/HT/2009, jabatan Kepala Kantor Administrasi Alumni dan Pengembangan Usaha merupakan jabatan baru di bawah kantor Wakil Rektor Bidang Alumni dan Pengembangan Usaha. Pejabat yang dilantik bertugas untuk menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis di bidang alumni dan pengembangan usaha, serta menyusun data alumni dan proses rekrutmen.
Kepala Kantor Administrasi APU juga mengemban tugas untuk melakukan penyelenggaraan temu alumni secara berkala setiap dies natalis Universitas. Selain itu, tugas lainnya adalah melakukan koordinasi pengelolaan dan pemeliharaan website alumni serta menyajikan data alumni kepada Pimpinan Universitas. Secara lebih rinci, ia pun melakukan pendataan, pengelolaan, dan pemeliharaan hubungan dengan alumni.
"Ke depan, memang Kantor Pengembangan Usaha dan Alumni kita usahakan dapat memiliki peran yang strategis, tentu saja dalam hal koneksi dengan para alumni agar UGM selalu bersinergi dan salah satu sasaran yang akan kita bidik adalah pengembangan usaha," kata Rektor.
Dikatakan Rektor dalam sambutannya, melalui alumni di tingkat lokal, nasional, dan internasional, pejabat baru Kepala Kantor Administrasi APU diharapkan mampu memberikan penjelasan-penjelasan tentang kebijakan-kebijakan yang diambil UGM. UGM saat ini sesungguhnya tengah memikirkan tentang pencitraan Universitas yang hampir berusia seabad. "Beberapa alumni memang telah memberikan masukan. Peran mereka nanti akan kita giatkan sebagai bagian stakeholder UGM yang penting. Bahkan dengan memiliki cita-cita yang besar, saya berharap kerja sama dengan alumni ini betul-betul sangat dibutuhkan," ujar Rektor. (Humas UGM)
Peluncuran Buku FK UGM: Penderita Stroke Usia Produktif Meningkat
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), sekitar 12 persen populasi penduduk Indonesia saat ini menderita penyakit stroke. Dari jumlah itu, penderita stroke di usia produktif meningkat daripada beberapa tahun lalu. "Kondisi ini berbeda dari beberapa tahun lalu karena saat ini penderita stroke yang dijumpai di bangsal neurologi banyak yang merupakan usia produktif," ujar Dekan Fakultas Kedokteran (FK) UGM, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D., saat memberikan sambutan pada peluncuran buku karya dosen FK UGM, di KPTU fakultas tersebut, Jumat (21/8).
Dalam kesempatan itu, tiga buah buku diluncurkan sekaligus. Ketiga buku yang dimaksud, masing-masing berjudul 'Promosi Kesehatan dalam Lingkup Kesehatan Reproduksi' karya dr. Ova Emilia, Sp.OG, Ph.D., 'Obstetri Fisiologi' karya dr. Risanto Siswosudarmo, Sp.OG(K) dan dr. Ova Emilia, Sp.OG, Ph.D., dan 'Manajemen Stroke, Evidance Based Medicine' karya dr. Abdul Ghofir, Sp.S.
Salah satu penulis, dr. Abdul Ghofir, Sp.S., menuturkan munculnya penyakit stroke karena dipicu faktor risiko penyakit pendukung lain, seperti penyakit jantung, saraf, diabetes militus, darah tinggi, dislipidemia, usia tua, dan obesitas yang menyebabkan fungsi motorik, sensorik, saraf kranialis, dan fungsi kognitif menjadi terhambat. Selain itu, katanya, gaya hidup yang tidak sehat juga menjadi faktor pemercepat datangnya penyakit ini.
"Di antaranya kebiasaan merokok, pemakaian alkohol, pengkonsumsian makanan berkolesterol tinggi, dan sebagainya," terang Ghofir saat membedah bukunya. Menurutnya jenis kelamin dan ras juga menjadi penentu munculnya penyakit stroke. Angka kejadian penyakit stroke lebih banyak dialami wanita daripada laki-laki, yang diakibatkan perbedaan profil faktor risiko vaskular dan substipe dari stroke. Hal itu disebabkan wanita memiliki kecacatan stroke yang lebih berat dibandingkan lawan jenisnya.
Penyakit stroke bila terjadi dalam jangka waktu yang panjang akan memunculkan komplikasi neurologis dan medis, bahkan dapat berakibat mortalitas akibat perburukan stroke. "Sedangkan bila dikaitkan dengan ras, berdasarkan hasil dari data follow up selama 13,4 tahun ternyata didapatkan hasil ras kulit hitam memiliki multivariate adjusted risk ratio sebesar tiga kali lipat dibandingkan dengan kulit putih," jelasnya.
Untuk menangani penyakit ini, dr. Ghofir menyarankan perlu terapi yang komprehensif. Terapi ini diperlukan guna menurunkan angka kematian akibat stroke. Di samping itu, diperlukan pula penanganan secara dini untuk menghindari timbulnya komplikasi dan tindakan-tindakan rehabilitasi serta terapi nutrisi pada pasien pascastroke. "Manajemens stroke dengan pendekatan evidence based medicine atau penanganan berdasarkan obat juga bisa menjadi acuan terapi yang komprehensif," tambahnya.
Sementara pembicara lainnya, dr. Ova Emilia, Sp.OG, Ph.D, yang menulis buku berjudul 'Promosi Kesehatan dalan Lingkup Reproduksi' menyatakan banyak kematian ibu melahirkan justru terjadi di rumah sakit (RS). Hal ini mengindikasikan terdapat kesalahan saat penanganan pasien ibu hamil di RS tersebut. Sebagai akibatnya, berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes), angka kematian ibu melahirkan pada saat ini cukup tinggi, yakni sebesar 228 per 100 ribu penduduk di Indonesia. "Kematian ini bisa dikarenakan perilaku perempuan maupun petugas kesehatan sehingga sistem kesehatan reproduksi secara keseluruhan harus diperbaiki, tidak hanya sumber daya manusia tenaga medisnya," kata Ova. (Humas UGM)
Dalam kesempatan itu, tiga buah buku diluncurkan sekaligus. Ketiga buku yang dimaksud, masing-masing berjudul 'Promosi Kesehatan dalam Lingkup Kesehatan Reproduksi' karya dr. Ova Emilia, Sp.OG, Ph.D., 'Obstetri Fisiologi' karya dr. Risanto Siswosudarmo, Sp.OG(K) dan dr. Ova Emilia, Sp.OG, Ph.D., dan 'Manajemen Stroke, Evidance Based Medicine' karya dr. Abdul Ghofir, Sp.S.
Salah satu penulis, dr. Abdul Ghofir, Sp.S., menuturkan munculnya penyakit stroke karena dipicu faktor risiko penyakit pendukung lain, seperti penyakit jantung, saraf, diabetes militus, darah tinggi, dislipidemia, usia tua, dan obesitas yang menyebabkan fungsi motorik, sensorik, saraf kranialis, dan fungsi kognitif menjadi terhambat. Selain itu, katanya, gaya hidup yang tidak sehat juga menjadi faktor pemercepat datangnya penyakit ini.
"Di antaranya kebiasaan merokok, pemakaian alkohol, pengkonsumsian makanan berkolesterol tinggi, dan sebagainya," terang Ghofir saat membedah bukunya. Menurutnya jenis kelamin dan ras juga menjadi penentu munculnya penyakit stroke. Angka kejadian penyakit stroke lebih banyak dialami wanita daripada laki-laki, yang diakibatkan perbedaan profil faktor risiko vaskular dan substipe dari stroke. Hal itu disebabkan wanita memiliki kecacatan stroke yang lebih berat dibandingkan lawan jenisnya.
Penyakit stroke bila terjadi dalam jangka waktu yang panjang akan memunculkan komplikasi neurologis dan medis, bahkan dapat berakibat mortalitas akibat perburukan stroke. "Sedangkan bila dikaitkan dengan ras, berdasarkan hasil dari data follow up selama 13,4 tahun ternyata didapatkan hasil ras kulit hitam memiliki multivariate adjusted risk ratio sebesar tiga kali lipat dibandingkan dengan kulit putih," jelasnya.
Untuk menangani penyakit ini, dr. Ghofir menyarankan perlu terapi yang komprehensif. Terapi ini diperlukan guna menurunkan angka kematian akibat stroke. Di samping itu, diperlukan pula penanganan secara dini untuk menghindari timbulnya komplikasi dan tindakan-tindakan rehabilitasi serta terapi nutrisi pada pasien pascastroke. "Manajemens stroke dengan pendekatan evidence based medicine atau penanganan berdasarkan obat juga bisa menjadi acuan terapi yang komprehensif," tambahnya.
Sementara pembicara lainnya, dr. Ova Emilia, Sp.OG, Ph.D, yang menulis buku berjudul 'Promosi Kesehatan dalan Lingkup Reproduksi' menyatakan banyak kematian ibu melahirkan justru terjadi di rumah sakit (RS). Hal ini mengindikasikan terdapat kesalahan saat penanganan pasien ibu hamil di RS tersebut. Sebagai akibatnya, berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes), angka kematian ibu melahirkan pada saat ini cukup tinggi, yakni sebesar 228 per 100 ribu penduduk di Indonesia. "Kematian ini bisa dikarenakan perilaku perempuan maupun petugas kesehatan sehingga sistem kesehatan reproduksi secara keseluruhan harus diperbaiki, tidak hanya sumber daya manusia tenaga medisnya," kata Ova. (Humas UGM)
Melalui Pameran Foto, KKN UGM Kenalkan Potensi Wisata Hutan Wonosadi
Lestarinya Hutan Wonosadi di Desa Beji, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi DIY, mengundang daya tarik tersendiri bagi KKN PPM UGM. Hutan yang masih dijaga oleh masyarakat sekitar ini menyimpan beberapa koleksi tanaman berusia ratusan tahun. Di puncak Ngenuman yang berada di bagian tengah hutan, masih dapat ditemukan sekitar empat tanaman munggur (asam jawa) berusia ratusan tahun.
Tidak hanya sebatas pada pohon-pohon besar, berbagai jenis anggrek dan pohon lain pun masih dapat dijumpai. Kelestarian hutan ini memberikan manfaat tersendiri bagi warga sekitar. Mereka hampir tidak pernah kekurangan air sebagaimana yang terjadi di masyarakat Gunung Kidul pada umumnya pada saat musim kemarau. Melalui pipa-pipa, sumber air dari Hutan Wonosadi bahkan dapat dialirkan ke rumah-rumah warga.
Menurut Tengku Rasdisyah selaku Koordinator KKN PPM di unit tersebut, Hutan Wonosadi yang berada di atas bukit sesungguhnya menawarkan pemandangan sangat apik. Daerah yang menyimpan cerita mitos mistis itu, menurutnya, memiliki banyak kesenian tradisional yang masih hidup, misalnya musik tradisional gumbeng. "Alat musik ini terbuat dari bambu dan hingga kini masih tetap diminati masyarakat," ujarnya, Jumat (21/8) di kampus UGM.
Terkait dengan KKN yang dilakukan di desa tersebut, Tengku menjelaskan banyak hal yang dapat diperbuat. Salah satunya adalah melakukan pengembangan Wonosadi sebagai desa berbasis ESD (Education for Sustainable Development) dalam pengelolaan biodiversitas (keanekaragaman hayati). Sebagai hasil akhir, tim KKN pun menggelar pameran foto bertajuk "Pesona Wisata Desa Wisata dan Hutan Wonosadi". Pameran yang menampilkan 22 foto ini berlangsung pada 21 s.d. 23 Agustus 2009 di Djendelo Cafe, lantai 2 Toko Buku Toga Mas Gejayan, Yogyakarta.
Swasti Triana C. selaku penanggung jawab kegiatan menuturkan foto-foto yang ditampilkan, antara lain, foto pohon yang mengeluarkan asap berjudul "Misteri di Ngenuman", foto ritual adat masyarakat Wonosadi, dan foto berbagai kerajinan yang dihasilkan warga Wonosadi. Selain untuk mengenalkan potensi Hutan Wonosadi dan masyarakat sekitar, kata Swasti, pameran ini diharapkan dapat menjadi contoh kearifan lokal yang mampu membuat hutan lestari dalam beberapa ratus tahun.
"Di samping itu, banyak usaha kecil dan menengah di daerah Wonosadi yang bisa menjadi daya tarik tersendiri, contohnya kerajinan pot dari batang pohon kelapa. Pot yang dihasilkan Pak Sugimo dari Desa Duren ini terlihat elok dan rupawan," pungkasnya. (Humas UGM)
Tidak hanya sebatas pada pohon-pohon besar, berbagai jenis anggrek dan pohon lain pun masih dapat dijumpai. Kelestarian hutan ini memberikan manfaat tersendiri bagi warga sekitar. Mereka hampir tidak pernah kekurangan air sebagaimana yang terjadi di masyarakat Gunung Kidul pada umumnya pada saat musim kemarau. Melalui pipa-pipa, sumber air dari Hutan Wonosadi bahkan dapat dialirkan ke rumah-rumah warga.
Menurut Tengku Rasdisyah selaku Koordinator KKN PPM di unit tersebut, Hutan Wonosadi yang berada di atas bukit sesungguhnya menawarkan pemandangan sangat apik. Daerah yang menyimpan cerita mitos mistis itu, menurutnya, memiliki banyak kesenian tradisional yang masih hidup, misalnya musik tradisional gumbeng. "Alat musik ini terbuat dari bambu dan hingga kini masih tetap diminati masyarakat," ujarnya, Jumat (21/8) di kampus UGM.
Terkait dengan KKN yang dilakukan di desa tersebut, Tengku menjelaskan banyak hal yang dapat diperbuat. Salah satunya adalah melakukan pengembangan Wonosadi sebagai desa berbasis ESD (Education for Sustainable Development) dalam pengelolaan biodiversitas (keanekaragaman hayati). Sebagai hasil akhir, tim KKN pun menggelar pameran foto bertajuk "Pesona Wisata Desa Wisata dan Hutan Wonosadi". Pameran yang menampilkan 22 foto ini berlangsung pada 21 s.d. 23 Agustus 2009 di Djendelo Cafe, lantai 2 Toko Buku Toga Mas Gejayan, Yogyakarta.
Swasti Triana C. selaku penanggung jawab kegiatan menuturkan foto-foto yang ditampilkan, antara lain, foto pohon yang mengeluarkan asap berjudul "Misteri di Ngenuman", foto ritual adat masyarakat Wonosadi, dan foto berbagai kerajinan yang dihasilkan warga Wonosadi. Selain untuk mengenalkan potensi Hutan Wonosadi dan masyarakat sekitar, kata Swasti, pameran ini diharapkan dapat menjadi contoh kearifan lokal yang mampu membuat hutan lestari dalam beberapa ratus tahun.
"Di samping itu, banyak usaha kecil dan menengah di daerah Wonosadi yang bisa menjadi daya tarik tersendiri, contohnya kerajinan pot dari batang pohon kelapa. Pot yang dihasilkan Pak Sugimo dari Desa Duren ini terlihat elok dan rupawan," pungkasnya. (Humas UGM)
Prof. Dibyo Prabowo Berpulang
Universitas Gadjah Mada berduka. Prof. Dr. Dibyo Prabowo, M.Sc., guru besar pensiun pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis, tutup usia pada 19 Agustus 2009 pukul 15.45. Setelah sempat dirawat di ICU RS Panti Rapih karena penyakit jantung, Prof. Dibyo akhirnya meninggal dunia dalam usia 69 tahun. Profesor lulusan Washington State University ini meninggalkan seorang istri, dua orang anak, dan seorang cucu.
Sebelum jenazah dikebumikan di Makam Keluarga UGM Sawitsari, Pimpinan Universitas dan Fakultas, staf pengajar, serta mahasiswa di lingkungan Universitas Gadjah Mada (UGM), juga segenap keluarga memberikan penghormatan terakhir di Balairung UGM (21/8) pukul 14.00.
Dalam kesempatan tersebut, Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng, Ph.D., mewakili seluruh sivitas akademika menyampaikan duka cita dan rasa kehilangan atas kepergian Prof. Dibyo, yang pada akhir hayatnya juga menjabat sebagai Rektor Universitas Atmajaya Yogyakarta. Rektor berharap agar keteladanan Prof. Dibyo dapat ditiru oleh para anak didiknya sehingga jasa-jasanya tetap berkelanjutan.
Semasa hidup, Prof. Dibyo yang pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomi UGM (1988-1991) ini telah memperoleh penghargaan Satya Lencana Karya Satya Kesetiaan 25 tahun (2006), Most Outstanding Career dari Departemen Tenaga Kerja (2006), dan Most Outstanding Student/Cumlaude dari University of Colorado (1973). (Humas UGM)
Sebelum jenazah dikebumikan di Makam Keluarga UGM Sawitsari, Pimpinan Universitas dan Fakultas, staf pengajar, serta mahasiswa di lingkungan Universitas Gadjah Mada (UGM), juga segenap keluarga memberikan penghormatan terakhir di Balairung UGM (21/8) pukul 14.00.
Dalam kesempatan tersebut, Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng, Ph.D., mewakili seluruh sivitas akademika menyampaikan duka cita dan rasa kehilangan atas kepergian Prof. Dibyo, yang pada akhir hayatnya juga menjabat sebagai Rektor Universitas Atmajaya Yogyakarta. Rektor berharap agar keteladanan Prof. Dibyo dapat ditiru oleh para anak didiknya sehingga jasa-jasanya tetap berkelanjutan.
Semasa hidup, Prof. Dibyo yang pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomi UGM (1988-1991) ini telah memperoleh penghargaan Satya Lencana Karya Satya Kesetiaan 25 tahun (2006), Most Outstanding Career dari Departemen Tenaga Kerja (2006), dan Most Outstanding Student/Cumlaude dari University of Colorado (1973). (Humas UGM)
Mahasiswa UGM Ikuti "2009 International Youth Summer Camp on Astronomy and World Heritage"
Empat mahasiswa UGM mengikuti "2009 International Youth Summer Camp on Astronomy and World Heritage (IYSCA-WH)" ke-6 di Suzhou, Jiangsu, Cina, pada 17-29 Juli lalu. Para mahasiswa tersebut merupakan satu-satunya tim yang terpilih dari kawasan Asia Tenggara. Mereka mengikuti program bersama dengan 50 peserta lainnya yang berasal dari 10 negara, yakni Amerika Serikat, Kanada, Cina, dan beberapa negara di kawasan Asia Pasifik.
Keempat mahasiswa yang mendapat kesempatan berharga itu adalah I Gede Arya Pardita (Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya), Aryasatyani Dhyani Karuna (Ilmu Komunikasi, Fisipol), A.A.S. Mirah Mahaswari J.M. (Ilmu Komunikasi, Fisipol), dan Nur Adhib Angayomi (Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya). Mereka dipertemukan dalam satu tim karena adanya kesamaan minat di bidang seni dan memiliki keinginan menjadi heritage defender/penjaga warisan budaya Indonesia.
Kegiatan ini merupakan event tahunan yang digelar oleh World Heritage Institute of Training and Research for the Asia and the Pasific Region (WHITR-AP) bekerja sama dengan China National Federation of Unesco. IYSCA-WH bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang budaya pada generasi muda sebagai penjaga warisan dunia.
“Kami sangat bangga bisa menjadi wakil Indonesia, bahkan menjadi satu-satunya perwakilan di kawasan Asia Tenggara dalam acara ini setelah Indonesia absen beberapa waktu dalam acara ini sejak tahun 2002. Selain itu, kami juga mendapatkan beasiswa sebesar 220 USD per orang dari WHITR-AP,” kata Aryasatyani mewakili rekan-rekannya, Jumat (21/8), di Ruang Fortakgama UGM.
Selama mengikuti IYSCA-WH, para peserta mendapatkan berbagai kuliah dan pelatihan sebagai generasi muda penjaga warisan dunia, kunjungan ke berbagai situs bersejarah di Cina, dan berpartisipasi dalam Model Unesco World Heritage Committee Conference. Dituturkan oleh Arya Pardita, kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh mereka untuk memperkenalkan kekayaan warisan budaya dan potensi wisata Indonesia. Hal itu dilakukan dengan menggabungkan pemutaran video wisata Indonesia dan film dokumenter Borobudur, presentasi, penampilan tari tradisional, serta peragaan membatik.
Banyak yang terkesan dengan apa yang telah ditampilkan oleh delegasi UGM. “Selama ini mereka hanya mengenal Indonesia unggul dalam olahraga bulu tangkis, tetapi setelah melihat apa yang kami tunjukkan, mereka menyadari bahwa Indonesia sebenarnya merupakan negara yang cukup indah dengan kekayaan budaya yang cukup berlimpah. Bahkan, dengan melihat apa yang kami presentasikan, mereka menjadi tertarik untuk mengunjungi situs-situs budaya di Indonesia,” katanya bangga.
Pada kesempatan itu, keempat mahasiswa juga membedah tentang pemilihan lokasi pendirian Candi Borobudur dikaitkan dengan ilmu astronomi. Pemilihan Candi Borobudur tidak hanya karena alasan memilih tempat yang tinggi/bukit, seperti kebanyakan candi lainnya. Namun, di balik itu terdapat pertimbangan bahwa tempat tersebut tepat terletak di bawah rasi orsa mayor dan orsa minor. Kedua rasi akan memancarkan cahaya tepat ke bangunan Candi sehingga menimbulkan kesan hidup pada relief-relief candi. Selain itu, keduanya ternyata juga menginspirasikan bentuk dari bangunan candi itu sendiri.
Salah seorang koordinator 2009 International Years of Astronomy PBB, Dr. Pedro Russo, lanjut Arya Pardita, sangat terkesan dengan penjelasan delegasi UGM mengenai hal tersebut. Sebelumnya Pedro Russo tidak mengetahui rahasia astronomi di balik pendirian Candi Borobudur.
Ditambahkan oleh Adhib, banyak hal dapat dipetik dari kegiatan yang telah mereka ikuti. Salah satunya adalah mereka dapat mempelajari pariwisata yang ramah budaya karena selama ini banyak kegiatan pariwisata yang justru merusak warisan budaya. Di samping hal tersebut, mereka juga memperoleh pengetahuan mengenai situs-situs warisan budaya Cina yang termasuk dalam world heritage.
"Kalau melihat warisan budaya di Indonesia, sebenarnya juga cukup banyak. Namun, hanya sebagian kecil saja yang baru masuk dalam world heritage. Tidak seperti Cina, di mana kurang lebih terdapat 100 warisan budaya yang masuk dalam world heritage. Ini cukup disayangkan, Indonesia sebenarnya mempunyai potensi yang cukup besar, tetapi lemah dalam pengelolaannya sehingga tidak bisa masuk dalam world heritage,"terangnya menutup perbincangan. (Humas UGM/Ika)
Keempat mahasiswa yang mendapat kesempatan berharga itu adalah I Gede Arya Pardita (Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya), Aryasatyani Dhyani Karuna (Ilmu Komunikasi, Fisipol), A.A.S. Mirah Mahaswari J.M. (Ilmu Komunikasi, Fisipol), dan Nur Adhib Angayomi (Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya). Mereka dipertemukan dalam satu tim karena adanya kesamaan minat di bidang seni dan memiliki keinginan menjadi heritage defender/penjaga warisan budaya Indonesia.
Kegiatan ini merupakan event tahunan yang digelar oleh World Heritage Institute of Training and Research for the Asia and the Pasific Region (WHITR-AP) bekerja sama dengan China National Federation of Unesco. IYSCA-WH bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang budaya pada generasi muda sebagai penjaga warisan dunia.
“Kami sangat bangga bisa menjadi wakil Indonesia, bahkan menjadi satu-satunya perwakilan di kawasan Asia Tenggara dalam acara ini setelah Indonesia absen beberapa waktu dalam acara ini sejak tahun 2002. Selain itu, kami juga mendapatkan beasiswa sebesar 220 USD per orang dari WHITR-AP,” kata Aryasatyani mewakili rekan-rekannya, Jumat (21/8), di Ruang Fortakgama UGM.
Selama mengikuti IYSCA-WH, para peserta mendapatkan berbagai kuliah dan pelatihan sebagai generasi muda penjaga warisan dunia, kunjungan ke berbagai situs bersejarah di Cina, dan berpartisipasi dalam Model Unesco World Heritage Committee Conference. Dituturkan oleh Arya Pardita, kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh mereka untuk memperkenalkan kekayaan warisan budaya dan potensi wisata Indonesia. Hal itu dilakukan dengan menggabungkan pemutaran video wisata Indonesia dan film dokumenter Borobudur, presentasi, penampilan tari tradisional, serta peragaan membatik.
Banyak yang terkesan dengan apa yang telah ditampilkan oleh delegasi UGM. “Selama ini mereka hanya mengenal Indonesia unggul dalam olahraga bulu tangkis, tetapi setelah melihat apa yang kami tunjukkan, mereka menyadari bahwa Indonesia sebenarnya merupakan negara yang cukup indah dengan kekayaan budaya yang cukup berlimpah. Bahkan, dengan melihat apa yang kami presentasikan, mereka menjadi tertarik untuk mengunjungi situs-situs budaya di Indonesia,” katanya bangga.
Pada kesempatan itu, keempat mahasiswa juga membedah tentang pemilihan lokasi pendirian Candi Borobudur dikaitkan dengan ilmu astronomi. Pemilihan Candi Borobudur tidak hanya karena alasan memilih tempat yang tinggi/bukit, seperti kebanyakan candi lainnya. Namun, di balik itu terdapat pertimbangan bahwa tempat tersebut tepat terletak di bawah rasi orsa mayor dan orsa minor. Kedua rasi akan memancarkan cahaya tepat ke bangunan Candi sehingga menimbulkan kesan hidup pada relief-relief candi. Selain itu, keduanya ternyata juga menginspirasikan bentuk dari bangunan candi itu sendiri.
Salah seorang koordinator 2009 International Years of Astronomy PBB, Dr. Pedro Russo, lanjut Arya Pardita, sangat terkesan dengan penjelasan delegasi UGM mengenai hal tersebut. Sebelumnya Pedro Russo tidak mengetahui rahasia astronomi di balik pendirian Candi Borobudur.
Ditambahkan oleh Adhib, banyak hal dapat dipetik dari kegiatan yang telah mereka ikuti. Salah satunya adalah mereka dapat mempelajari pariwisata yang ramah budaya karena selama ini banyak kegiatan pariwisata yang justru merusak warisan budaya. Di samping hal tersebut, mereka juga memperoleh pengetahuan mengenai situs-situs warisan budaya Cina yang termasuk dalam world heritage.
"Kalau melihat warisan budaya di Indonesia, sebenarnya juga cukup banyak. Namun, hanya sebagian kecil saja yang baru masuk dalam world heritage. Tidak seperti Cina, di mana kurang lebih terdapat 100 warisan budaya yang masuk dalam world heritage. Ini cukup disayangkan, Indonesia sebenarnya mempunyai potensi yang cukup besar, tetapi lemah dalam pengelolaannya sehingga tidak bisa masuk dalam world heritage,"terangnya menutup perbincangan. (Humas UGM/Ika)
Tidak Konsisten, Putusan MA terhadap Upaya Hukum PK
Ketua Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi), Dr. Otto Hasibuan, S.H., M.M., mengkritisi beberapa putusan MA mengenai peninjauan kembali (PK) yang diajukan jaksa penuntut umum. Menurutnya, putusan yang menyangkut high-profile cases, secara jelas tampak inkosisten antara satu putusan dengan putusan lain. Hal inilah yang dituding menimbulkan kekacauan praktik penegakan hukum PK.
“Dalam satu kasus, MA mengabulkan permohonan PK yang diajukan jaksa penuntut umum, tapi di lain kesempatan ditolak,” katanya dalam seminar nasional “Mengembalikan Fungsi Lembaga Peninjauan Kembali Sesuai Ketentuan Undang-Undang”, Kamis (20/8), di Fakultas Hukum UGM.
Putusan MA yang menerima permohonan PK jaksa penuntut umum, berdasarkan tafsiran atas dasar paradigma baru, merupakan kebijakan yang konstitusional dan memenuhi tuntutan perubahan zaman. Namun, MA bukan pemegang kekuasaan kebijakan hukum dalam pembuat undang-undang. Konsekuensi tentang inkonsistensi yang timbul akibat kemandirian hakim di antara majelis hakim di MA yang melakukan penafsiran secara bebas terhadap norma hukum acara pidana secara ekstensif dan a contariro atas pasal 263 ayat 1 KUHP dikaitkan dengan tafsiran sistematis terhadap pasal 23 ayat 1 UU No. 4 Tahun 2004, akan mengacaukan penerapan dan penegakan hukum. Hal tersebut akan sangat membahayakan kepastian hukum.
Dikatakannya, “Keadilan memang menuntut keseimbangan antara perlindungan hak perseorangan dengan hak masyarakat umum yang merupakan dasar yang sah memberikan jaksa penutut umum hak untuk mengajukan PK atas putusan pidana yang berkekuatan tetap”. Namun, pembuat undang-undang harus merumuskan kebijakan hukum baru terlebih dulu dengan mengubah undang-undang hukum acara pidana yang mengatur pengajuan PK terhadap putusan pidana yang sudah berkekuatan hukum tetap.
Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Jaksa Agung Muda Pidana Khusus RI, Dr. Marwan Effendi, S.H. Dikatakannya bahwa jaksa tidak berhak mengusulkan peninjauan kembali terhadap putusan hakim dalam sebuah perkara. “Apabila seseorang telah diputuskan bebas dalam peradilan maka tidak diperlukan lagi PK, yang berhak mengajukan PK adalah terpidana ataupun ahli warisnya, bukan jaksa,” ujarnya.
Jaksa harus diberikan hak untuk melakukan upaya hukum luar biasa PK dalam perkara pidana sebagai upaya penegakan hukum, keadilan, dan perlindungan kepentingan umum. Di samping hal tersebut, juga dibutuhkan adanya ketentuan perundang-undangan yang mengatur secara limitatif hak jaksa untuk mengajukan upaya hukum luar biasa PK untuk menghindari timbulnya polemik.
“Produk legislasi yang mengatur tentang masalah peninjauan kembali harus disinkronkan supaya tidak menimbulkan multitafsir karena bersifat ambigu,” imbuhnya.
Sementara itu, Dr. Eddy O.S. Hiariej, S.H., M.Hum, staf pengajar Fakultas Hukum UGM, mengatakan terdapat dua persoalan utama yang perlu dikritik terkait dengan upaya hukum peninjauan kembali oleh jaksa penuntut umum. Yang pertama, mengenai putusan bebas itu sendiri. Jika seseorang diputus bebas oleh pengadilan berarti perbuatan yang dituduhkan terhadapnya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan. Terhadap putusan bebas ini tidak dapat diajukan upaya hukum apapun, baik banding maupun kasasi, demi kepentingan hukum ataupun PK. Apabila putusan bebas yang dijatuhkan adalah semata-mata kekeliruan hakim, tidak sepantasnya kekeliruan hakim itu ditanggung oleh terdakwa yang diputuskan bebas.
Lebih lanjut dituturkan Eddy, permasalahan yang kedua tentang hakikat peninjauan kembali berdasar ketentuan pasal 263 ayat 2 KUHP adalah hak terpidana/ahli warisnya jika terdapat bukti baru, adanya pertentangan antara pertimbangan dan putusan hakim, dan adanya kekhilafan yang nyata dari putusan hakim. Tidak disebutkannya jaksa dalam pasal ini sebagai pihak yang berhak mengajukan PK ini menimbulkan persepsi jaksa tidak dilarang untuk mengajukan PK.
“Hal tersebut keliru jika jaksa mengartikan bahwa dia berhak mengajukan PK sebab tujuan dibentuknya undang-undang ini adalah untuk melindungi kepentingan terpidana. Dengan begitu, upaya hukum PK yang dilakukan jaksa penuntut umum tidak bisa diterima dengan logika hukum yang sehat karena upaya yang dilakukan jaksa adalah untuk memperberat hukuman terpidana,” terangya. (Humas UGM/Ika)
“Dalam satu kasus, MA mengabulkan permohonan PK yang diajukan jaksa penuntut umum, tapi di lain kesempatan ditolak,” katanya dalam seminar nasional “Mengembalikan Fungsi Lembaga Peninjauan Kembali Sesuai Ketentuan Undang-Undang”, Kamis (20/8), di Fakultas Hukum UGM.
Putusan MA yang menerima permohonan PK jaksa penuntut umum, berdasarkan tafsiran atas dasar paradigma baru, merupakan kebijakan yang konstitusional dan memenuhi tuntutan perubahan zaman. Namun, MA bukan pemegang kekuasaan kebijakan hukum dalam pembuat undang-undang. Konsekuensi tentang inkonsistensi yang timbul akibat kemandirian hakim di antara majelis hakim di MA yang melakukan penafsiran secara bebas terhadap norma hukum acara pidana secara ekstensif dan a contariro atas pasal 263 ayat 1 KUHP dikaitkan dengan tafsiran sistematis terhadap pasal 23 ayat 1 UU No. 4 Tahun 2004, akan mengacaukan penerapan dan penegakan hukum. Hal tersebut akan sangat membahayakan kepastian hukum.
Dikatakannya, “Keadilan memang menuntut keseimbangan antara perlindungan hak perseorangan dengan hak masyarakat umum yang merupakan dasar yang sah memberikan jaksa penutut umum hak untuk mengajukan PK atas putusan pidana yang berkekuatan tetap”. Namun, pembuat undang-undang harus merumuskan kebijakan hukum baru terlebih dulu dengan mengubah undang-undang hukum acara pidana yang mengatur pengajuan PK terhadap putusan pidana yang sudah berkekuatan hukum tetap.
Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Jaksa Agung Muda Pidana Khusus RI, Dr. Marwan Effendi, S.H. Dikatakannya bahwa jaksa tidak berhak mengusulkan peninjauan kembali terhadap putusan hakim dalam sebuah perkara. “Apabila seseorang telah diputuskan bebas dalam peradilan maka tidak diperlukan lagi PK, yang berhak mengajukan PK adalah terpidana ataupun ahli warisnya, bukan jaksa,” ujarnya.
Jaksa harus diberikan hak untuk melakukan upaya hukum luar biasa PK dalam perkara pidana sebagai upaya penegakan hukum, keadilan, dan perlindungan kepentingan umum. Di samping hal tersebut, juga dibutuhkan adanya ketentuan perundang-undangan yang mengatur secara limitatif hak jaksa untuk mengajukan upaya hukum luar biasa PK untuk menghindari timbulnya polemik.
“Produk legislasi yang mengatur tentang masalah peninjauan kembali harus disinkronkan supaya tidak menimbulkan multitafsir karena bersifat ambigu,” imbuhnya.
Sementara itu, Dr. Eddy O.S. Hiariej, S.H., M.Hum, staf pengajar Fakultas Hukum UGM, mengatakan terdapat dua persoalan utama yang perlu dikritik terkait dengan upaya hukum peninjauan kembali oleh jaksa penuntut umum. Yang pertama, mengenai putusan bebas itu sendiri. Jika seseorang diputus bebas oleh pengadilan berarti perbuatan yang dituduhkan terhadapnya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan. Terhadap putusan bebas ini tidak dapat diajukan upaya hukum apapun, baik banding maupun kasasi, demi kepentingan hukum ataupun PK. Apabila putusan bebas yang dijatuhkan adalah semata-mata kekeliruan hakim, tidak sepantasnya kekeliruan hakim itu ditanggung oleh terdakwa yang diputuskan bebas.
Lebih lanjut dituturkan Eddy, permasalahan yang kedua tentang hakikat peninjauan kembali berdasar ketentuan pasal 263 ayat 2 KUHP adalah hak terpidana/ahli warisnya jika terdapat bukti baru, adanya pertentangan antara pertimbangan dan putusan hakim, dan adanya kekhilafan yang nyata dari putusan hakim. Tidak disebutkannya jaksa dalam pasal ini sebagai pihak yang berhak mengajukan PK ini menimbulkan persepsi jaksa tidak dilarang untuk mengajukan PK.
“Hal tersebut keliru jika jaksa mengartikan bahwa dia berhak mengajukan PK sebab tujuan dibentuknya undang-undang ini adalah untuk melindungi kepentingan terpidana. Dengan begitu, upaya hukum PK yang dilakukan jaksa penuntut umum tidak bisa diterima dengan logika hukum yang sehat karena upaya yang dilakukan jaksa adalah untuk memperberat hukuman terpidana,” terangya. (Humas UGM/Ika)
Sunday, August 23, 2009
UGM Gelar Workshop Hibah bagi Tenaga Kependidikan
Untuk mendukung pelaksanaan program dalam rangka mewujudkan UGM sebagai World Class Research University (WCRU), Direktorat Sumber Daya Manusia (SDM) menggelar workshop “Hibah Tenaga Kependidikan”. Workshop yang berlangsung selama setengah hari, Kamis (20/9), diikuti oleh jajaran pimpinan unit-unit kerja di lingkungan UGM.
Dra. Emmy Indjatmiati, M.Si, Sekretaris Direktorat SDM UGM, mengatakan penyelenggaraan workshop ini selain bertujuan untuk meningkatkan dan mempercepat proses pencapaian visi UGM sebagai WCRU, juga diharapkan mampu memberikan stimuli untuk pelayanan prima pegawai dan unit-unit pelayanan administrasi, akademik, dan umum. Beberapa di antaranya adalah dalam hal pelayanan registrasi kuliah, pembayaran, keamanan, kebersihan, ekspedisi surat, permintaan dan legalisasi transkrip serta surat keterangan.
Dalam pelaksanaan, workshop dibagi menjadi dua kelompok, yakni untuk tenaga kependidikan bidang akademik dan nonakademik bertempat di Ruang Multimedia dan Ruang Sidang LPPM, Kantor Pusat UGM. Sementara itu, materi yang disampaikan, meliputi informasi umum usaha-usaha meningkatkan kualitas layanan menuju WCRU, pelayanan prima, serta penyusunan proposal hibah layanan.
Pada kesempatan tersebut, disampaikan bahwa UGM menyediakan 20 hibah kompetisi pelayanan prima sesuai dengan standar internasional bagi pegawai kependidikan dan unit-unit pelayanan administrasi akdemik, keuangan, SDM, serta umum, dengan masing-masing dana maksimal sebesar Rp17.000.000,00. Kegiatan ini bersifat terbuka untuk semua tenaga kependidikan UGM, baik PNS maupun non-PNS. Proposal dapat diusulkan oleh tenaga kependidikan UGM secara berkelompok, dalam arti unit pelayanan mulai dari subdirektorat ke bawah dan setiap tenaga kependidikan dapat mengajukan lebih dari satu proposal.
Untuk pengumpulan proposal hibah, dibatasi sampai dengan tanggal 4 September 2009. Selanjutnya, pemenang akan diumumkan pada 11 September 2009 sedangkan untuk pelaksanaan dan monev hibah direncanakan akan dimulai pada 15 Oktober-15 November 2009. (Humas UGM/Ika)
Hutan Rakyat Dukung Kesejahteraan Petani Gunung Kidul
Yogya, KU
Pemanfaatan lahan untuk hutan rakyat di Kabupaten Gunung Kidul dirasakan petani sangat besar manfaatnya, terutama dalam mendukung kesejahteraan hidup. Dampak penghasilan dari pemanfaatan lahan hutan rakyat pada kesejahteraan rumah tangga petani bersifat positif, dalam arti mampu meningkatkan pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani hutan rakyat meskipun belum mampu mengentaskan kemiskinan secara tuntas.
“Keberlanjutan pemanfaatan lahan hutan rakyat di Gunung Kidul secara umum dapat dinyatakan termasuk kategori cukup tinggi,” kata staf pengajar Fakultas Geografi UGM, Drs. Su Rito Hardoyo, M.A., saat mempertahankan disertasi doktoral di Fakultas Geografi UGM, Kamis (20/8).
Namun demikian, kata Rito Hardoyo, pengembangan hutan rakyat tidak hanya bertujuan untuk konservasi lahan, tetapi juga sebagai sumber ekonomi. Hal tersebut dapat berakibat pembebanan ekonomi pada hutan rakyat, juga berakibat kemiskinan. “Salah satu sasaran penghijauan untuk mengatasi kemiskinan di daerah pedesaan terkendala oleh fakta sebagian petani berlahan sempit dan buruh tani sehingga dapat berakibat pada pendapatan petani tidak mencukupi kebutuhan minimum yang dapat berakibat pada kemiskinan,” jelasnya.
Rehabilitasi Hutan Tidak Sesuai
Pemberitaan keberhasilan gerakan rehabilitasi hutan dan lahan (Gerhan) selama ini dinilai terlalu dibesar-besarkan dan tidak sesuai dengan kenyataan. "Yang dikatakan berhasil 80 persen terlalu bombastis karena kenyataan hanya 60 persen," kata Rito Hardoyo kepada wartawan. Oleh karena itu, harus ada pembaruan menyangkut kebijakan pengelolaan hutan. Pengambilan keuntungan ekonomi harus dikendalikan. Prinsip maksimalisasi harus diubah menjadi optimalisasi. "Termasuk menghilangkan banyaknya penyimpangan yang terjadi pada Gerhan," tuturnya.
Pilihan utama, menurutnya, harus dikembalikan ke pengelolaan hutan rakyat. "Harus menjadi pilar utama karena berdasarkan penelitian, keberhasilan pengelolaan hutan rakyat sudah terbukti," jelas Rito Hardoyo sambil menyampaikan hasil penelitiannya mengenai pemanfaatan lahan hutan rakyat di Gunung Kidul, DIY.
Tanpa harus dibebani bantuan dan pesan yang bermacam-macam, sebenarnya masyarakat sudah memiliki kearifan untuk mengelola lahan hutan yang mereka miliki. "Jika masyarakat diberi keleluasaan untuk mengelola hutan dengan cara mereka sendiri, hasilnya justru lebih baik," tutur Rito Hardoyo kemudian.
Kalau pun pemerintah akan memberi bantuan, ia menyarankan sebaiknya lebih bersifat informal. "Bantuan yang diberikan pemerintah secara resmi kadang bersifat mengikat sehingga rakyat merasa tidak bebas dan hasilnya justru tidak memuaskan," ujarnya lebih jauh.
Variasi partisipasi petani dalam pemanfaatan lahan untuk hutan rakyat dan berbagai kegiatan penghijauan sangat dipengaruhi oleh perbedaan, baik pengetahuan tentang penghijauan maupun persepsi petani terhadap penghijauan. "Makin tinggi tingkat pengetahuan dan persepsi, makin tinggi peran serta petani dalam pemanfaatan lahan hutan rakyat,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)
Pemanfaatan lahan untuk hutan rakyat di Kabupaten Gunung Kidul dirasakan petani sangat besar manfaatnya, terutama dalam mendukung kesejahteraan hidup. Dampak penghasilan dari pemanfaatan lahan hutan rakyat pada kesejahteraan rumah tangga petani bersifat positif, dalam arti mampu meningkatkan pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani hutan rakyat meskipun belum mampu mengentaskan kemiskinan secara tuntas.
“Keberlanjutan pemanfaatan lahan hutan rakyat di Gunung Kidul secara umum dapat dinyatakan termasuk kategori cukup tinggi,” kata staf pengajar Fakultas Geografi UGM, Drs. Su Rito Hardoyo, M.A., saat mempertahankan disertasi doktoral di Fakultas Geografi UGM, Kamis (20/8).
Namun demikian, kata Rito Hardoyo, pengembangan hutan rakyat tidak hanya bertujuan untuk konservasi lahan, tetapi juga sebagai sumber ekonomi. Hal tersebut dapat berakibat pembebanan ekonomi pada hutan rakyat, juga berakibat kemiskinan. “Salah satu sasaran penghijauan untuk mengatasi kemiskinan di daerah pedesaan terkendala oleh fakta sebagian petani berlahan sempit dan buruh tani sehingga dapat berakibat pada pendapatan petani tidak mencukupi kebutuhan minimum yang dapat berakibat pada kemiskinan,” jelasnya.
Rehabilitasi Hutan Tidak Sesuai
Pemberitaan keberhasilan gerakan rehabilitasi hutan dan lahan (Gerhan) selama ini dinilai terlalu dibesar-besarkan dan tidak sesuai dengan kenyataan. "Yang dikatakan berhasil 80 persen terlalu bombastis karena kenyataan hanya 60 persen," kata Rito Hardoyo kepada wartawan. Oleh karena itu, harus ada pembaruan menyangkut kebijakan pengelolaan hutan. Pengambilan keuntungan ekonomi harus dikendalikan. Prinsip maksimalisasi harus diubah menjadi optimalisasi. "Termasuk menghilangkan banyaknya penyimpangan yang terjadi pada Gerhan," tuturnya.
Pilihan utama, menurutnya, harus dikembalikan ke pengelolaan hutan rakyat. "Harus menjadi pilar utama karena berdasarkan penelitian, keberhasilan pengelolaan hutan rakyat sudah terbukti," jelas Rito Hardoyo sambil menyampaikan hasil penelitiannya mengenai pemanfaatan lahan hutan rakyat di Gunung Kidul, DIY.
Tanpa harus dibebani bantuan dan pesan yang bermacam-macam, sebenarnya masyarakat sudah memiliki kearifan untuk mengelola lahan hutan yang mereka miliki. "Jika masyarakat diberi keleluasaan untuk mengelola hutan dengan cara mereka sendiri, hasilnya justru lebih baik," tutur Rito Hardoyo kemudian.
Kalau pun pemerintah akan memberi bantuan, ia menyarankan sebaiknya lebih bersifat informal. "Bantuan yang diberikan pemerintah secara resmi kadang bersifat mengikat sehingga rakyat merasa tidak bebas dan hasilnya justru tidak memuaskan," ujarnya lebih jauh.
Variasi partisipasi petani dalam pemanfaatan lahan untuk hutan rakyat dan berbagai kegiatan penghijauan sangat dipengaruhi oleh perbedaan, baik pengetahuan tentang penghijauan maupun persepsi petani terhadap penghijauan. "Makin tinggi tingkat pengetahuan dan persepsi, makin tinggi peran serta petani dalam pemanfaatan lahan hutan rakyat,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)
UGM Luluskan 547 Ahli Madya
Untuk menjadi institusi yang mandiri dan berkualitas internasional, dalam pembelajaran tingkat diploma, Universitas Gadjah Mada (UGM) tengah mengembangkan sekolah vokasi. Pengembangan perlu dilakukan karena saat ini, khususnya di pasar kerja nasional, masih terdapat dua macam kesenjangan dalam hal ketersediaan tenaga ahli madya.
Kesenjangan yang pertama adalah karena institusi-institusi pendidikan masih belum cukup banyak mencetak para ahli madya. Sementara kesenjangan kedua adalah masih belum cukup tersedianya ahli madya yang berkualitas internasional. Kedua kesenjangan tersebut menyebabkan banyak sekali posisi atau jabatan level madya pada berbagai perusahaan dan institusi tidak diisi oleh tenaga berkemampuan profesional yang sesuai.
"Hal tersebut di satu sisi membuka peluang bagi kita untuk mengembangkan sekolah vokasi dan di sisi lain lain lulusan program diploma Universitas Gadjah Mada berpeluang besar mendapatkan posisi yang baik dan yang sesuai dengan keahliannya," kata Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., saat melepas 547 lulusan ahli madya UGM di Grha Sabha Pramana, Kamis (20/8).
Menurut Rektor, tujuan utama meningkatkan program diploma dalam manajemen sekolah vokasi adalah agar bangsa Indonesia mampu meningkatkan produktivitasnya. Dengan demikian, para ahli madya sebagaimana yang dikehendaki bangsa ini semakin terampil dan mempunyai nilai tambah di berbagai jenis sumber daya. Para ahli madya diarahkan untuk bekerja terampil berbasis ilmu pengetahuan agar nilai tambah yang diberikan pada bahan dikerjakan melalui sistem yang efektif, efisien, dan produktif.
"Mereka saya yakin akan memberikan nilai tambah setinggi mungkin yang dapat dicapai. Dengan demikian, produk bangsa akan semakin banyak yang masuk dan lancar pada pasaran nasional maupun internasional," tutur Rektor.
Lulusan program diploma juga diarahkan untuk menguasai sistem produksi, melakukan kegiatan pemasaran dengan baik, menyelenggarakan sistem manajemen finansial yang efektif dan efisien, serta memiliki sistim pelayanan yang bermutu, yakni pelayanan yang dilakukan secara baik ke arah nasional maupun global di semua jenis kegiatan, pelayanan informasi di perpustakaan, fasilitas umum, dan berbagai pelayanan khusus menggunakan keterampilan tenaga profesional berilmu berbasis keterampilan.
"Itulah jalan maju yang menjadi harapan bangsa kita saat ini. Di banyak lini kegiatan kerja di Indonesia, ruang perbaikan kerja tersebut betul-betul masih sangat diperlukan. Oleh karena itu, sungguh besar harapan UGM terhadap karya-karya Saudara di masa depan untuk memperbaiki lingkungan kerja Saudara dalam posisi apapun juga," ujar Rektor.
Dengan diwisudanya 547 ahli madya hari ini, UGM telah meluluskan 202.781 orang. Mereka terdiri atas 28.783 lulusan program diploma, 130.365 lulusan program sarjana, 41.263 lulusan program magister, 1.269 lulusan program spesialis, dan 1.101 lulusan program doktor. Lama studi rata-rata wisudawan ahli madya kali ini adalah 3 tahun 2 bulan. Tercatat sebagai lulusan termuda adalah Heri Kurniawan dari Fakultas Kedokteran Hewan, yang genap berusia 18 tahun 6 bulan 13 hari. Sebanyak 47 lulusan berhasil lulus dengan predikat cumlaude dan indeks prestasi kumulatif tertinggi, yakni 3,91, diraih oleh Besti Pramesti, lulusan Fakultas Ilmu Budaya. (Humas UGM)
Kesenjangan yang pertama adalah karena institusi-institusi pendidikan masih belum cukup banyak mencetak para ahli madya. Sementara kesenjangan kedua adalah masih belum cukup tersedianya ahli madya yang berkualitas internasional. Kedua kesenjangan tersebut menyebabkan banyak sekali posisi atau jabatan level madya pada berbagai perusahaan dan institusi tidak diisi oleh tenaga berkemampuan profesional yang sesuai.
"Hal tersebut di satu sisi membuka peluang bagi kita untuk mengembangkan sekolah vokasi dan di sisi lain lain lulusan program diploma Universitas Gadjah Mada berpeluang besar mendapatkan posisi yang baik dan yang sesuai dengan keahliannya," kata Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., saat melepas 547 lulusan ahli madya UGM di Grha Sabha Pramana, Kamis (20/8).
Menurut Rektor, tujuan utama meningkatkan program diploma dalam manajemen sekolah vokasi adalah agar bangsa Indonesia mampu meningkatkan produktivitasnya. Dengan demikian, para ahli madya sebagaimana yang dikehendaki bangsa ini semakin terampil dan mempunyai nilai tambah di berbagai jenis sumber daya. Para ahli madya diarahkan untuk bekerja terampil berbasis ilmu pengetahuan agar nilai tambah yang diberikan pada bahan dikerjakan melalui sistem yang efektif, efisien, dan produktif.
"Mereka saya yakin akan memberikan nilai tambah setinggi mungkin yang dapat dicapai. Dengan demikian, produk bangsa akan semakin banyak yang masuk dan lancar pada pasaran nasional maupun internasional," tutur Rektor.
Lulusan program diploma juga diarahkan untuk menguasai sistem produksi, melakukan kegiatan pemasaran dengan baik, menyelenggarakan sistem manajemen finansial yang efektif dan efisien, serta memiliki sistim pelayanan yang bermutu, yakni pelayanan yang dilakukan secara baik ke arah nasional maupun global di semua jenis kegiatan, pelayanan informasi di perpustakaan, fasilitas umum, dan berbagai pelayanan khusus menggunakan keterampilan tenaga profesional berilmu berbasis keterampilan.
"Itulah jalan maju yang menjadi harapan bangsa kita saat ini. Di banyak lini kegiatan kerja di Indonesia, ruang perbaikan kerja tersebut betul-betul masih sangat diperlukan. Oleh karena itu, sungguh besar harapan UGM terhadap karya-karya Saudara di masa depan untuk memperbaiki lingkungan kerja Saudara dalam posisi apapun juga," ujar Rektor.
Dengan diwisudanya 547 ahli madya hari ini, UGM telah meluluskan 202.781 orang. Mereka terdiri atas 28.783 lulusan program diploma, 130.365 lulusan program sarjana, 41.263 lulusan program magister, 1.269 lulusan program spesialis, dan 1.101 lulusan program doktor. Lama studi rata-rata wisudawan ahli madya kali ini adalah 3 tahun 2 bulan. Tercatat sebagai lulusan termuda adalah Heri Kurniawan dari Fakultas Kedokteran Hewan, yang genap berusia 18 tahun 6 bulan 13 hari. Sebanyak 47 lulusan berhasil lulus dengan predikat cumlaude dan indeks prestasi kumulatif tertinggi, yakni 3,91, diraih oleh Besti Pramesti, lulusan Fakultas Ilmu Budaya. (Humas UGM)
UGM Mewisuda 1.571 Mahasiswa Program Sarjana
Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali mewisuda 1.571 mahasiswa program sarjana. Dengan demikian, sampai dengan Agustus 2009 ini, UGM telah meluluskan 130.365 orang sarjana dengan rata-rata waktu studi yang ditempuh adalah 4 tahun 8 bulan.
Dari jumlah 1.571 orang, 729 adalah wisudawan pria dan 842 wanita. Masa studi tersingkat diraih oleh Melati Nurkirana Yunisari dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) dengan waktu 3 tahun 5 bulan. Sementara itu, lulusan termuda adalah Arief Setiawan dari Fakultas Teknik, dengan usia 19 tahun 6 bulan 25 hari. Pada wisuda kali ini, tercatat 310 orang atau 23,57% dari keseluruhan wisudawan lulus dengan meraih predikat cumlaude. Indeks prestasi kumulatif (IPK) tertinggi diraih oleh Karina Nugrahati Putri dan Sa’ida Rusdiana, keduanya dari Fakultas Hukum, dengan IPK sempurna, yaitu 4,00.
Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., menyampaikan ucapan selamat kepada seluruh wisudawan atas keberhasilan yang telah diraih. “Peristiwa yang sedang kita ikuti saat ini merupakan bukti bahwa pengorbanan yang selama ini diberikan oleh keluarga telah menghasilkan buah yang memberikan rasa syukur atas tercapainya sebuah harapan kelulusan,” tutur Rektor dalam pidato sambutan acara tersebut, Rabu (19/8) di Grha Sabha Pramana UGM.
Dikatakan Rektor, UGM mengharapkan alumninya mampu mengambil peran penting sebagai trendsetter deregulasi yang terus bergulir mencari bentuk terbaik, berorientasi pada cita-cita kemakmuran, keamanan, kesejahteraan, dan keadilan. Hal tersebut memang tidak mudah karena proses ekonomi dan bisnis dunia dipengaruhi oleh proses politik, pendidikan, dan berbagai parameter nonsektoral.
Saat ini, UGM semakin intensif menjalankan program-program perbaikan kultural berbasis pendidikan dan pembentukan karakter. “Untuk itu, UGM menitipkan bagian cita-cita pada Saudara di manapun berada, untuk menjalani pendidikan sepanjang hayat dalam usaha memperbaiki kualitas kepemimpinan bangsa,” pesan Rektor.
Di UGM, imbuh Rektor, terdapat berbagai akses yang mendukung alumni. Akses tersebut makin intensif mutu dan perannya melalui upaya khusus bidang alumni. Oleh karena itu, Rektor menyeru para wisudawan agar tidak gamang untuk mengakses website UGM dan tidak ragu-ragu berinisiatif untuk berkomunikasi. UGM senantiasa mendukung dan menunggu kabar kesuksesan alumninya yang bekerja untuk memberi kontribusi besar pada solusi persoalan bangsa dan negara.
Pada wisuda kali ini, UGM sengaja menghadirkan mahasiswa berprestasi dalam berbagai bidang, baik di tingkat nasional maupun internasional. Beberapa mahasiswa tersebut, antara lain, peraih juara I Shell Live Wire Business Star-up Award 2009 dan juara I Kompetisi Statistik Nasional 2009. Selain mengundang mahasiswa berprestasi, UGM juga mengundang perwakilan korps guru yang diwakili oleh beberapa Kepala SD, SMP, dan SMA untuk menyaksikan alumni sekolahnya diwisuda. Mereka, antara lain, berasal dari SD Nglipar Gunungkidul, SD Tuksono Sentolo, SMP N 1 Sentolo, SMP N 2 Pandak, SMP N 12 Yogyakarta, SMA N 1 Kasihan, Bantul, dan SMA N 10 Yogyakarta.(Humas UGM/Ika)
Dari jumlah 1.571 orang, 729 adalah wisudawan pria dan 842 wanita. Masa studi tersingkat diraih oleh Melati Nurkirana Yunisari dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) dengan waktu 3 tahun 5 bulan. Sementara itu, lulusan termuda adalah Arief Setiawan dari Fakultas Teknik, dengan usia 19 tahun 6 bulan 25 hari. Pada wisuda kali ini, tercatat 310 orang atau 23,57% dari keseluruhan wisudawan lulus dengan meraih predikat cumlaude. Indeks prestasi kumulatif (IPK) tertinggi diraih oleh Karina Nugrahati Putri dan Sa’ida Rusdiana, keduanya dari Fakultas Hukum, dengan IPK sempurna, yaitu 4,00.
Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., menyampaikan ucapan selamat kepada seluruh wisudawan atas keberhasilan yang telah diraih. “Peristiwa yang sedang kita ikuti saat ini merupakan bukti bahwa pengorbanan yang selama ini diberikan oleh keluarga telah menghasilkan buah yang memberikan rasa syukur atas tercapainya sebuah harapan kelulusan,” tutur Rektor dalam pidato sambutan acara tersebut, Rabu (19/8) di Grha Sabha Pramana UGM.
Dikatakan Rektor, UGM mengharapkan alumninya mampu mengambil peran penting sebagai trendsetter deregulasi yang terus bergulir mencari bentuk terbaik, berorientasi pada cita-cita kemakmuran, keamanan, kesejahteraan, dan keadilan. Hal tersebut memang tidak mudah karena proses ekonomi dan bisnis dunia dipengaruhi oleh proses politik, pendidikan, dan berbagai parameter nonsektoral.
Saat ini, UGM semakin intensif menjalankan program-program perbaikan kultural berbasis pendidikan dan pembentukan karakter. “Untuk itu, UGM menitipkan bagian cita-cita pada Saudara di manapun berada, untuk menjalani pendidikan sepanjang hayat dalam usaha memperbaiki kualitas kepemimpinan bangsa,” pesan Rektor.
Di UGM, imbuh Rektor, terdapat berbagai akses yang mendukung alumni. Akses tersebut makin intensif mutu dan perannya melalui upaya khusus bidang alumni. Oleh karena itu, Rektor menyeru para wisudawan agar tidak gamang untuk mengakses website UGM dan tidak ragu-ragu berinisiatif untuk berkomunikasi. UGM senantiasa mendukung dan menunggu kabar kesuksesan alumninya yang bekerja untuk memberi kontribusi besar pada solusi persoalan bangsa dan negara.
Pada wisuda kali ini, UGM sengaja menghadirkan mahasiswa berprestasi dalam berbagai bidang, baik di tingkat nasional maupun internasional. Beberapa mahasiswa tersebut, antara lain, peraih juara I Shell Live Wire Business Star-up Award 2009 dan juara I Kompetisi Statistik Nasional 2009. Selain mengundang mahasiswa berprestasi, UGM juga mengundang perwakilan korps guru yang diwakili oleh beberapa Kepala SD, SMP, dan SMA untuk menyaksikan alumni sekolahnya diwisuda. Mereka, antara lain, berasal dari SD Nglipar Gunungkidul, SD Tuksono Sentolo, SMP N 1 Sentolo, SMP N 2 Pandak, SMP N 12 Yogyakarta, SMA N 1 Kasihan, Bantul, dan SMA N 10 Yogyakarta.(Humas UGM/Ika)
UGM Terbaik II Arsiparis Teladan Tingkat Nasional
Zaenudin, arsiparis UGM, terpilih menjadi terbaik II dalam penilaian Arsiparis Teladan Tingkat Nasional tahun 2009. Terpilih sebagai terbaik I, wakil dari Universitas Sebelas Maret (UNS), sedangkan terbaik III diraih arsiparis dari Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Ditjen Mandikdasmen). Penghargaan ini diberikan oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) RI dalam rangka memperingati HUT ke-64 Republik Indonesia.
Tahun ini, pemilihan Arsiparis Teladan Depdiknas kembali melakukan penilaian terhadap unit kearsipan perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Setelah dilakukan penilaian, terpilih sebagai terbaik I adalah Unit Kearsipan Universitas Negeri Malang (UN Malang). Terbaik II diraih oleh Unit Kearsipan Universitas Hasanuddin dan posisi terbaik III diduduki oleh Unit Kearsipan Institut Pertanian Bogor.
Menurut keterangan Kepala Arsip UGM, Drs. Machfud Effendi, M.Si., beberapa perguruan tinggi memang tidak diikutsertakan dalam penilaian unit kearsipan perguruan tinggi. UGM, UI dan UNS, yang pada 2007 lalu telah menjadi terbaik I, II dan III, pada kali ini tidak diikutsertakan dalam penilaian. "Karena ketiga perguruan tinggi tersebut dalam pengelolaan arsip sudah dianggap establish," terang Machfud, Rabu (19/8), di kampus UGM. (Humas UGM)
Tahun ini, pemilihan Arsiparis Teladan Depdiknas kembali melakukan penilaian terhadap unit kearsipan perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Setelah dilakukan penilaian, terpilih sebagai terbaik I adalah Unit Kearsipan Universitas Negeri Malang (UN Malang). Terbaik II diraih oleh Unit Kearsipan Universitas Hasanuddin dan posisi terbaik III diduduki oleh Unit Kearsipan Institut Pertanian Bogor.
Menurut keterangan Kepala Arsip UGM, Drs. Machfud Effendi, M.Si., beberapa perguruan tinggi memang tidak diikutsertakan dalam penilaian unit kearsipan perguruan tinggi. UGM, UI dan UNS, yang pada 2007 lalu telah menjadi terbaik I, II dan III, pada kali ini tidak diikutsertakan dalam penilaian. "Karena ketiga perguruan tinggi tersebut dalam pengelolaan arsip sudah dianggap establish," terang Machfud, Rabu (19/8), di kampus UGM. (Humas UGM)
Subscribe to:
Posts (Atom)