Pasien diabetes melitus (DM) berisiko tinggi mengalami kerusakan gusi
dan luka di rongga mulut. Tingginya kadar gula memicu faktor infeksi
luka gusi dan juga menurunnya sistem imun. Tidak hanya itu, proses
penyembuhan luka pada gusi pun menjadi lama.
Selain itu, gusi yang terinfeksi terlalu lama bisa mengakibatkan
gangguan pada tulang penyangga gigi. Gigi menjadi tidak kuat untuk
mengunyah makanan dan rentan untuk lepas sehingga pasien menjadi ompong.
Melihat
kenyataan tersebut mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) dan
Fakultas Farmasi UGM tergerak untuk melakukan penelitian untuk menemukan
solusi bagi penderita diabetes yang acapkali mengalami luka pada bagian
gusi. Mereka adalah Eufrasia Claudia, Lauda Pascha, Effendi Halim, dan
Adityakrisna Yoshi dari FKG dan Dunstania Maria dari Fakultas Farmasi
dibawah bimbingan drg. Juni Handajani, melakukan eksperimen menggunakan
sarang walet untuk mempercepat penyembuhan luka gusi penderita diabetes.
Dunstania menyebutkan sarang walet yang digunakan merupakan air liur dari burung Aerodramus fuciphagus
yang telah mengeras. Pemilihan bahan ini sebagai solusi obat karena
berbagai khasiat yang dimilikinya. Dalam sarang walet mengandung
sejumlah senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan khususnya
bisamempercepat masa penyembuhan luka gusi. “Sarang walet mengandung
asam sialat yang hanya diproduksi dari air liur, kalsium, glikoprotein
dan Epidermal Growth Factor (EGF). Kandungan-kandungan inilah yang mampu
untuk mempercepat penyembuhan luka di gusi,” urainya, Rabu (8/7) di
Kampus UGM.
Komponen EGF pada sarang walet ini, kata dia, jumlahnya cukup banyak
dan mampu menutup luka serta garis luka pada daerah yang rusak.
Disamping hal itu, EGF juga membantu pembentukan sel-sel baru dan
mempengaruhi sel disekitarnya untuk regenerasi sehingga proses penutupan
sel yang rusak dapat cepat terobati. “Gel sarang walet yang kami namai
swiftlet gel ini didapatkan dengan cara mengekstraksi sarang walet
dengan air dan ditambah zat pengental. Untuk menjamin mutu dari gel
sarang walet dilakukan sterilisasi dengan sinar UV,” terangnya.
Guna mengetahui khasiat sarang walet, Dunstania dan keempat rekannya melakukan uji coba pada hewan uji yakni tikus galur Sprague dawley
sebanyak 24 ekor yang dibagi menjadi dua kelompok. Sebelum dilakukan
pengujian, sebelumnya seluruh tikus diinduksi zat Streptozotocin (STZ).
Zat ini mampu untuk menaikan kadar gula darah mamalia seperti tikus.
Setelah pemberian zat tersebut terjadi peningkatan kadar gula darah
tikus yang normalnya kurang dari 110 mg/dL meningkat mencapai 300-500
mg/dL. “Peningkatan kadar gula darah tikus ini diindikasikan bahwa tikus
telah mengalami penyakit diabetes melitus,” ujarnya.
Selanjutnya tikus yang telah terkena DM diberi perlukaan di bagian
rongga mulut. Setelah tikus mengalami luka di rongga mulutnya, kelompok
tikus perlakuan diberi obat menggunakan gel sarang walet sementara
kelompok kontrol positif diberi gel yang mengandung Aloe vera
selama 14 hari. Dari hasil pengamatan pada hari ke-3,7,10 dan 14
menunjukkan bahwa pada kelompok tikus perlakuan dengan gel sarang walet,
lukanya telah menutup sempurna.
“Dari pengamatan mikroskop, sel epitel disekitar luka sudah halus,
serabut kolagen yang terbentuk sudah banyak dan mulai memadat sehingga
bisa mendukung jaringan di atasnya. Jumlah sel pembuluh darah yang
terbentuk pun lebih banyak dibandingkan dengan kelompok tikus yang
diaplikasikan gel aloclair,” imbuh Effendy Halim.
Effendy mengatakan dari hasil tersebut memperlihatkan sel telah
mengalami penyembuhan. Sel-sel rusak mulai tergantikan dengan sel baru
yang menandakan bahwa luka telah sembuh. Penggunaan gel sarang walet
ini mampu memberikan efek sembuh 3 hari lebih cepat dibandingkan dengan
pengobatan kontrol positif. “Gel sarang walet ini memiliki potensi yang
besar bagi pasien DM yang sering mengalami kesulitan penyembuhan luka
rongga mulut. Jadi, gel sarang walet dapat dijadikan refrensi pengobatan
khususnya untuk dokter gigi yang memiliki pasien DM,” pungkasnya.
(Humas UGM/Ika)
No comments:
Post a Comment