Sebagian besar wilayah di Indonesia rentan mengalami kekeringan saat
musim kemarau tiba. Demikian halnya di sebagian wilayah Jawa Tengah dan
DIY . Musim kemarau yang panjang ini sangat mengganggu kegiatan
pertanian sehingga mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani.
Dosen
prodi Kartografi dan Penginderaan Jauh Fakultas Geografi UGM, Drs.
Sudaryatno,M.Si., menyampaikan dengan memanfaatkan sistem informasi
geografi (SIG) dapat digunakan untuk deteksi dini dan pemantaun wilayah
yang dilanda kekeringan. Melalui interpretasi citra penginderaan jauh
bia diperoleh berbagai informasi yang berguna untuk penentuan kekeringan
lahan dan kekeringan pertanian. Misalnya, dari data citra Landsat 8
dapat diketahui informasi tentang kondisi drainasi, bentuk lahan, dan
penggunaan lahan. “Informasi tersebut bisa dipakai untuk menentukan
tingkat kerentanan dan kekeringan lahan di suatu wilayah,”terangnya,
Selasa (16/6) saat menjalani ujian terbuka program doktor di Fakultas
Geografi UGM.
Sudaryatno mengatakan dari saluran merah dan infra
merah citra MODIS dapat menghasilkan informasi indeks vegetasi (NDVI).
Sedangkan dari saluran termal citra MODIS melalui proses ekstraksi suhu
permukaan dihasilkan informasi sebaran suhu permukaan (LST). Sementara
dari citra STRM bisa diketahui informasi mengenai kontur yang kemudian
diolah menjadi peta kemiringan lereng sebagai input penyusunan satuan
lahan. Dari penelitian yang dilakukan di wilayah Jawa Tengah dan DIY
diperoleh tingkat ketelitian nilai NDVI sebesar 80 persen dan nilai
ketelitian nilai ekstraksi suhu citra terhadap suhu lapangan 84,87
persen, dan uji ketelitian kekeringan lahan menggunakan data lapangan
diperoleh ketelitian 91 persen.
Menurut Sudaryatno dari
data-data fisik lahan itu bisa disusun peta kekeringan lahan yang
berguna untuk menilai kemampuan lahan terhadap dampak kekurangan air.
Paremeter paling dominan dalam penentuan tingkat kerentanan kekeringan
lahan adalah bentuk lahan dan tanah. Hasil penelitian menunjukkan di
zona utara meliputi Kabupaten Brebes, Tegal, Kota Tegal, Pemalang,
Pekalongan, Kota Pekalongan BatangKendal, Kota Semarang, Demak, Kudus,
Jepara, Pati, Grobogan, Rembang dan Blora mengalami tingkat kekeringan
lahan tinggi dijumpai di sebagian besar wilayah terutatama sisi timur
zona ini karena adanya perbukitan Kendeng yang berbatuan gamping.
Sementara
di bagian zona tengah yaitu Kabupaten Banyumas, Purbalingga,
Banjarnegara, Wonosobo, Temanggung, Magelang, Kota Magelang, Boyolali,
Selman, Kota Yogyakarta, Semarang, Kota Salatiga, Klaten, Sukoharjo,
Kota Surakarta, Karanganyar, dan Sragen mengalami kekeringan lahan
tinggi dikarenakan faktor kereng yang terjal di daerah pegunungan.
Sedangkan di zona selatan kekeringan lahan tinggi lebih dipengaruhi dari
topografi karst. Zona selatan mencakup Kabupaten Cilacap, Kebumen,
Purworejo, Kulon Progo, Bantul, Gunung Kidul, dan Wonogiri.
Saat
mempertahankan disertasi berjudul Integrasi Citra Penginderaan Jauh dan
Sistem Informasi Geografis Untuk Penyusunan Model Kerentanan Kekeringan
(Kasus di Jawa Tengah dan DIY), Sudaryatno mengatakan model kerentanan
kekeringan wilayah yang dibentuk dari tumpang susun peta kekeringan
meteorologi, peta kekeringan lahan dan peta kekeringan pertanian dapat
diamati secara spasial dari bulan ke bulan. Suatu wilayah yang potensial
masuk pada kekeringan lahan namun jika curah hujan tinggi maka di
wilayah tersebut tidak terjadi kekeringan demikian pula sebaliknya.
Hasil
penelitian memperlihatkan di zona utara daerah penelitian awal
kekeringan sudah terasa mulai bulan April dengan tingkat kekeringan
tinggi dan puncak kekeringan pada bulan Juni-September. Pada zona
tersebut semakin ke arah timur tingkat kekeringan yang terjadi semakin
tinggi dengan cakupan wilayah yang lebih luas dibanding wilayah barat.
Sementara zona selatan kekeringan dimulai sejak April dengan puncak
kekeringan mulai Juni-September. Di wilayah itu kekeringan terjadi
semakin tinggi mengarah ke timur dengan cakupan wilayah yang lebih luas
dibandingkan wilayah barat. Selanjutnya di zona tengah awal kekeringan
mulai terilhat bulan Mei dan puncak kekeringan di bulan
Agustus-September dengan tingkat kekeringan sedang dengan cakupan luwas
wilayah yang terdampak kekeringan tingkat tinggi tidak seluas wilayah
di zona selatan maupun utara. (Humas UGM/Ika)
No comments:
Post a Comment