Lagi, mahasiswa UGM menorehkan prestasi yang membanggakan di kancah internasional. Empat mahasiswa Jurusan Teknik Kimia berhasil masuk sebagai 30 besar finalis Mondialogo Engineering Award 2009. Dengan mengusung karya tulis berjudul “Zero Waste Production System in Small/Medium Industrial Cluster as The Core of Sustainable Innovative Villages”, Annisa Utami (2006), Annisa Sekar Palupi (2006), Benny (2006), dan M. Aqwi Gibran (2007) mampu menyisihkan kurang lebih 932 proposal dari berbagai negara di dunia. Karena prestasi tersebut, mereka berhak atas funding sebesar lima ribu Euro dan maju ke tahapan selanjutnya di Stuttgart, Jerman, 6-9 November mendatang.
Keberhasilan tim UGM masuk sebagai salah satu finalis karena adanya kerja sama insentif dengan tim Chalmers University, Swedia, mulai dari tahap pengumpulan ide sampai dengan penyusunan proposal. Dikatakan oleh Annisa Utami, dipilihnya Swedia sebagai partner karena negara ini dikenal dengan teknologi biogasnya. Melalui kerja sama yang dijalin diharapkan mampu berperan besar dalam pengembangan biogas dalam proyek ini.
Lebih lanjut dituturkan Annisa Utami, proyek yang mereka ajukan merupakan pengembangan chain center dari proyek yang telah dilakukan oleh dosennya tentang pengolahan sampah di Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo. Di Samigaluh, terdapat sekitar 18 industri pengolahan minyak atsiri. Akan tetapi, belum ada satu pun industri yang melakukan pengelolaan terhadap limbahnya.
Disebutkan Annisa bahwa dalam satu hari, suatu industri biasanya melakukan dua kali proses pembuatan minyak atsiri. Untuk satu kali proses, diolah sebanyak 500 kg daun dan batang cengkeh serta nilam. Dari 500 kg bahan tersebut, hanya dihasilkan sekitar 2,5% minyak atsiri, sedangkan sisanya sebanyak 97,5% merupakan limbah yang berwujud daun kering dan air. Jadi, dapat dibayangkan berapa banyak limbah yang dihasilkan di tempat tersebut.
“Sisa pengolahan minyak atsiri itu belum dimanfaatkan oleh masyarakat, baik daun maupun airnya. Padahal limbah yang berupa daun bisa untuk menghidupkan industri tahu dengan dijadikan sebagai bahan bakar. Sementara air sisa produksi sebenarnya masih memiliki kandungan minyak atsiri. Jadi, bisa diproses lagi dengan memisahkannya dari air dengan menggunakan decater. Selama ini air hanya dibuang begitu saja sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan karena belum dimurnikan,” jelas Annisa Utami di Ruang Fortakgama, Jumat (28/9).
Ditambahkan Benny, inti dari proyek yang mereka ajukan adalah mengajak masyarakat untuk memanfaatkan limbah. Limbah yang semula hanya menimbulkan berbagai persoalan lingkungan, jika dikelola dengan benar dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Mengenai proyek ini, dijelaskan Benny, mereka menggabungkan seluruh potensi yang ada di Desa Sidoarjo, Samigaluh, menjadi sebuah sistem yang terintegrasi. “Industri atsiri, produksi biogas, community organizer, pemerintah, serta universitas akan menjadi pilar penopang sistem ini. Dengan begitu, ke depannya diharapkan adanya keberlanjutan karena ikut melibatkan partisipasi masyarakat di dalamnya,” ujarnya.
Dari 30 peserta yang maju ke Jerman, nantinya hanya akan diambil 10 terbaik yang berhak mendapatkan funding 15 ribu Euro untuk melaksanakan proyeknya. Untuk itu, tim UGM melakukan berbagai persiapan guna menghadapi kompetisi tersebut. Persiapan yang dilakukan, antara lain, berdiskusi secara intens via e-mail dengan mahasiswa Chalmer University, Swedia, dan menyiapkan berbagai foto serta video dokumentasi mengenai proyek yang mereka ajukan.
“Perjuangan kami belum berhenti sampai di sini karena November mendatang kami masih harus bersaing dengan 29 finalis lainnya untuk mempresentasikan proyek yang telah disusun di hadapan juri. Untuk itu, dukungan dari semua pihak agar kami bisa memberikan yang terbaik sangat kami harapkan,” pungkas Benny. (Humas UGM/Ika)
http://post-secret-community.blogspot.com/
http://americanidol-2.blogspot.com/
http://rimdrift.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment